POPULER - Megawati Luruskan Pernyataan Viralnya: Saya Tahu Banyak Anak Muda Berhasil, tapi Pengusaha
Megawati mengamini banyak pemuda yang sukses. Hanya saja, menurutnya kesuksesan tersebut seringkali tidak bermanfaat bagi orang lain.
Penulis: Irsan Yamananda
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Sosok Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sempat menjadi topik perbincangan hangat selama beberapa hari terakhir.
Semua bermula dari pernyataan putri Presiden Soekarno itu yang mempertanyakan sumbangsih milenial untuk bangsa dan negara.
Sontak, tak sedikit pihak yang menyayangkan pernyataan Megawati tersebut.
Beberapa waktu kemudian, Megawati menjelaskan maksud dari pertanyaannya tersebut.
Megawati mengamini banyak pemuda yang sukses.
Hanya saja, menurutnya kesuksesan tersebut seringkali tidak bermanfaat bagi orang lain.
Baca juga: Bela Megawati, Arteria Dahlan Sebut Pendidikan Milenial Tak Ada Budi Pekerti, Hanya Besarkan Badan
Baca juga: Tanggapi Pernyataan Megawati Soal Sumbangsih Milenial ke Bangsa, Dedi Mulyadi Singgung Bintang Emon
Baca juga: Soal Megawati Pertanyakan Sumbangsih Milenial untuk Bangsa, Fahri Hamzah: Mereka Tak Bisa Disalahkan

Hal tersebut ia sampaikan dalam pidato pembukaan Rakorbidnas Kebudayaan PDI-P, Sabtu (31/10/2020).
"Saya tanya, milenial itu baktinya untuk negeri. Bukan orang per orang."
"Saya tahu banyak anak muda berhasil, tapi kan jadi pengusaha. "
"Yang saya maksud, berapa yang kamu tolong untuk rakyat?" kata Megawati.
Megawati juga mengaku dapat menerima beragam kritik publik terhadap pertanyaannya tersebut.
Ia bahkan justru merasa senang karena pertanyaannya itu memantik berbagai diskusi.
Baca juga: Mengenal Kelompok Milenial, Generasi yang Dipertanyakan Sumbangsihnya untuk Negara oleh Megawati
"Lha, kalau saya ngomong begini, ngapain saya kok di-bully. Orang benar, kok," ujarnya.
Dia lalu mengatakan bahwa kepopuleran PDI-P terus berada di posisi teratas dalam berbagai survei.
Megawati menganggap hal itu sebagai bukti bahwa rakyat mempercayai PDI-P sebagai saluran pembawa kemajuan.
Presiden kelima Indonesia itu pun mengingatkan para kader untuk bekerja keras demi menjaga amanah rakyat tersebut.
"Kalau lihat survei, kita selalu tertinggi."
"Why, karena orang simpati dengan kita."
"Merasa punya harapan ke depan bahwa partai ini bisa membawa kita kepada sebuah kemajuan."
"Gimana kalau mandek, ya ngamuk saya," kata dia.
Doberitakan sebelumnya, pada hari Rabu (28/10/2020), dalam pidato yang ditayangkan secara daring, Mega mempertanyakan sumbangsih milenial untuk negeri.
Menurut Megawati, sumbangsih generasi milenial belum tampak, selain aksi demonstrasi besar-besaran menolak UU Cipta Kerja yang berlangsung dalam beberapa waktu terakhir.
"Apa sumbangsih kalian terhadap bangsa dan negara ini? Masa hanya demo saja," kata Megawati.
Baca juga: Megawati Pertanyakan Sumbangsih Milenial untuk Negara, Ketua DPP Demokrat: Tidak Boleh Asal Tuduh
Hal tersebut sontak menuai beragam tanggapan publik.
Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi-Dewan Nasional (LMND-DN) meminta Megawati tidak mengerdilkan sikap politik para pemuda yang berdemonstrasi.
Ketua LMND-DN, Muhammad Arira Fitra, mengatakan Mega dan partai yang dipimpinnya semestinya melakukan evaluasi diri.
"Megawati stop mengerdilkan demo yang dilakukan oleh kaum milenial," ujar Arira, Jumat (30/10/2020).
Arira menegaskan bahwa keterlibatan kaum milenial dalam aksi demonstrasi merupakan sebagai bentuk respons atas kegagalan pemerintah mengurs negara.
"Aksi massa merupakan sikap politik yang ditempuh kaum milenial sebagai respons dari ketidaksehatan rezim dalam mengurus negara," ucapnya.
Ketua DPP Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin juga menyayangkan pernyataan Megawati tersebut.
Menurut Didik, Megawati seharusnya tidak menggeneralisasi milenial dengan aksi anarkistis sekelompok orang di demo menolak Undang-Undang Cipta Kerja beberapa hari yang lalu.
"Megawati tidak boleh asal tuduh kepada kaum milenial terkait demo anarkis yang lalu," kata Didi dalam keterangan tertulis, Jumat (30/10/2020) seperti dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: Melihat Peluang Gibran Rakabuming di Pilkada Solo, Lawan Orang Biasa, Megawati Jadi Juru Kampanye
Baca juga: Setelah Megawati dan Puan Maharani, Kini Sandiaga Uno Jadi Jurkam Gibran Rakabuming di Pilkada Solo
Baca juga: POLEMIK Megawati Minta Jokowi Tak Manjakan Milenials, PKS Ungkit Andil Kesalahan Generasi Senior

Didi mempersilakan Megawati mempermasalahkan demo anarkistis dalam aksi demo menolak UU Cipta Kerja.
Namun, ia meminta Megawati untuk tidak menuduh generasi milenial sebagai penyebabnya.
Didi menduga, demo anarkistis tersebut sudah direkayasa kelompok penyusup yang ingin memperkeruh suasana.
"Konteks oleh ibu Megawati sangat keliru dan tidak tepat, demo anarkis dikaitkan dengan milenial."
"Demo anarkis sudah pasti rekayasa kaum penyusup yang hendak bermain di air keruh. Tidak ada kaitan sama sekali dengan konteks kaum milenial," ucapnya.
Lebih lanjut, Didi berharap Megawati lebih berhati-hati dan bijak dalam menilai generasi milenial.
Selain itu, ia meminta Presiden Jokowi tetap memberi perhatian khusus bagi generasi milenial agar langkah mereka sukses ke depannya.
"Aksi demo mahasiswa menolak omnibus law perlu diapresiasi sebagai niat baik rakyat menyampaikan pesan dan kritiknya terhadap pemerintahan, demonstrasi merupakan hak rakyat yang dilindungi undang-undang," pungkasnya.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah juga turut memberikan pendapatnya.
Ia mengatakan, politisi seharusnya tidak menanyakan apa sumbangsih yang diberikan generasi milenial untuk bangsa dan negara.
Apalagi menyalahkan generasi milenial atas kondisi demokrasi saat sekarang ini.
Hal tersebut disampaikan Fahri pada hari Jumat, 30 Oktober 2020.
"Kaum milenial itu tidak bisa disalahkan, mereka tumbuh dengan zaman dan kompleksitas yang mempengaruhi, tapi politisi tidak boleh menanyakan apa yang telah mereka lakukan, sebab mereka akan bertanya balik apa yang kalian contohkan kepada kami."
"Apa yang kita sudah buat cukup untuk menjelaskan kepada mereka?," kata Fahri saat dihubungi, Jumat (30/10/2020) seperti dikutip dari Kompas.com.
Menurut Fahri, elite politik sebaiknya menyadari bahwa kegagalan berdemokrasi ada pada generasi yang seharusnya menjadi contoh bagi generasi milenial.
"Oleh karena itu, introspeksi paling besar dilakukan oleh politisi, karena politisi yang diberi amanah untuk menjadi political educated, pendidik politik, menjadi pemimpin bangsa."
"Dia dikasih uang dan anggaran untuk itu," ujarnya.
Baca juga: Melihat Peluang Gibran Rakabuming di Pilkada Solo, Lawan Orang Biasa, Megawati Jadi Juru Kampanye
Lebih lanjut, Fahri menilai, para elite politik saat ini tidak mendominasi iklim demokrasi Indonesia.
Padahal, kata Fahri, hal tersebut merupakan pilihan yang baik agar generasi milenial memiliki alternatif yang baik untuk menyongsong masa depan.
"Jadi kalau harus disalahkan, salahin lah pemimpin dan pemimpin akan bertanggung jawab terhadap keadaan bangsanya, ini introspeksi bagi kita semua terutama yang senior," pungkasnya.
Baca juga: Megawati Pertanyakan Sumbangsih Milenial untuk Negara, Ketua DPP Demokrat: Tidak Boleh Asal Tuduh
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto kemudian sempat berupaya menjelaskan maksud pernyataan Mega.
Menurut Hasto, Mega menginginkan generasi muda menjadi penentu masa depan bangsa.
"Ibu Mega berpesan bahwa pemuda penentu masa depan bangsa, harus dilihat kekinian, bagaimana para pemuda-pemudi Indonesia menggembleng diri dan kesemuanya digerakkan oleh semangat untuk membawa kemajuan bagi Indonesia Raya," kata Hasto dalam keterangan pers, Jumat (30/10/2020). (TribunNewsmaker/ Irsan Yamananda)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tegaskan Pernyataan, Megawati Kini Bertanya Berapa Banyak Anak Muda Tolong Rakyat".
dan di Tribunnews Megawati Luruskan Pernyataan Kontroversialnya: 'Saya Tahu Banyak Anak Muda Berhasil, tapi Pengusaha'