Ramadhan di 2030 akan Berlangsung 2 Kali, Puasa 36 Hari, Pernah Terjadi di 1997, Ini Penjelasannya
Ada yang berbeda di bulan Ramadhan tahun 2030 mendatang, bulan suci akan berlangsung selama dua kali dalam setahun, ini penjelasannya.
Editor: ninda iswara
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Ada yang berbeda di bulan Ramadhan tahun 2030 mendatang, bulan suci akan berlangsung selama dua kali dalam setahun, ini penjelasannya.
Bulan Ramadhan yang biasa dilaksanakan sekali di tiap tahunnya, tampaknya akan berbeda pada tahun 2030 mendatang.
Ahli astronomi memprediksi, umat Muslim di dunia akan menghadapi dua bulan Ramadan pada 2030.
Fenomena itu dipastikan terjadi berdasarkan penghitungan kalender Hijriah dan Masehi.
Tentu pelaksanaan ramadhan dua kali dalam setahun pernah terjadi terakhir kali terjadi pada 1997 silam.
Ibrahim Al Jarwan, anggota Federasi Arab Ilmu Antariksa dan Astronomi, menjelaskan perihal fenomena ini kepada surat kabar Dubai, Gulf News pada Kamis (29/4/2021).
Ibrahim menjelaskan kalender Islam saat ini terpaku pada tahun bulan atau Qomariyah.
Baca juga: NIAT & TATA CARA Sholat Lailatul Qadar, Simak Tanda-tanda Datangnya Malam 1000 Bulan saat Ramadhan
Baca juga: Manfaat Tidur Siang saat Puasa Ramadhan, Maksimal 30 Menit, Bisa Kelola Stres dan Kembalikan Tenaga

Itu artinya secara konsisten bergerak sekitar 11 hari pendek dari tahun matahari atau Hijriah.
Sudah menjadi hal yang lazim setiap tahun berlalu dan tergantung pada penampakan hilal bulan, Ramadan selalu mundur sekitar 10 atau 11 hari dari tanggal semula.
"Tahun 2030 akan umat islam akan menjalani bulan Ramadan yang penuh berkah dua kali. Yang pertama akan berlangsung ketika Ramadan akan dimulai pada 5 Januari 2030 untuk tahun Hijriah 1451, dan kemudian lagi, bulan Ramadan akan dimulai pada 26 Desember 2030 untuk tahun Hijriah 1452," jelas Al Jarwan seperti dikutip dari Gulf News, Sabtu (1/5/2021).
Sementara untuk total hari puasa yang dijalani di tahun 2030 adalah sebanyak 36 hari.
"Dan total hari puasa akan kurang lebih 36 hari, Insya Allah," jelasnya tentang bulan Ramadan, seperti yang TribunNewsmaker.com kutip dari Tribunnews.com berjudul : Ramadhan di Tahun 2030 Akan Berlangsung Dua Kali, Bagaimana Ceritanya?
Ibrahim kembali menegaskan bahwa fenomena ini bukanlah kejadian yang aneh atau bersebrangan dengan sains.
Seperti diketahui kalender Hijriah berjumlah 354 hari, yaitu 11 hari lebih sedikit dari Gregorian, kedua sistem kalender pada akhirnya akan datang lingkaran penuh dan mengulangi diri mereka sendiri.
"Dibutuhkan waktu 33 tahun sampai tahun Hijriah telah melewati penuh tahun Gregorian. Diulangi sebelumnya pada tahun 1997, dan setelah tahun 2030, akan terulang lagi nanti pada tahun 2063," ujar Ibrahim.
Berbeda dengan Masehi, kalender Islam sulit diprediksi dan selalu bergantung pada fenomena terlihatnya hilal atau bulan.
Ditambah dalam penghitungan hijriah membutuhkan orang atau komite yang berwenang untuk membuat penampakan bulan sabit yang sebenarnya untuk menentukan awal setiap bulan.
Apabila kondisi atmosfer bumi terganggu visualnya, tentu dapat menghalangi penampakan bulan sabit.
Bulan sabit merupakan pengawal di tiap bulan mendatang dan akan mengalami penambahan hari bila hilal tak terlihat.
Selain itu, kondisi geografis belahan dunia yang berbeda-beda membuat awal bulan dimulai pada hari yang berbeda di berbagai negara.
Karena waktu moonset di suatu lokasi tergantung pada bujurnya, bulan baru dan ritual keagamaan kunci seperti puasa Ramadhan.
Tiga amalan penuh curahan rahmat di 10 hari terakhir bulan Ramadan
Tak terasa sebentar lagi umat muslim akan memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadan.
Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh keberkahan.
Dikutip dari Abdul Manan dalam bukunya Kesempurnaan Ibadah Ramadhan menyebutkan bahwa bulan ini memiliki nama yang banyak, dengan arti yang sama-sama mulia.
Disebut sebagai syahrullah karena Allah menyandarkan puasa pada diri-Nya.
Disebut Syahrul Qur’an karena di dalamnya diturunkan Alquran.
Disebut Syahrus Siyam karena di bulan ini dilatih diri untuk melaksanakan ibadah yang Allah sandarkan kepada diri-Nya bagi yang berpuasa.
Syahrul Rahmah karena di bulan ini, Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
Kemuliaan bulan ini berlanjut hingga di 10 hari terakhir di Bulan Ramadhan.
Baca juga: Masuk 10 Hari Terakhir Ramadhan, Ini Keistimewaan Malam Lailatul Qadar, Simak Tanda-tanda dan Doanya
Baca juga: Apa Tanda-tandanya Datangnya Malam Lailatul Qadar di Ramadhan? Berikut Penjelasan, Doa, dan Amalan
10 hari terakhir bulan Ramadhan sering disebut juga dengan malam Lailatul Qadar.
Malam ini disebutkan dalam Al-Quran lebih baik dari malam seribu bulan.
Quraish Shihab dalam buku Wawasan Al-Quran menegaskan bahwa lailatul qadar merupakan malam yang mulia, yang bila diraih maka ia akan menetapkan masa depan umat manusia.
Pada malam itu para malaikat turun ke bumi membawa ketenangan dan kedamaian.
Amalan 10 Hari Terakhir di Bulan Ramadan
Dirangkum TribunJakarta dari zakat.or.id, ada beberapa amalan utama yang patut dikerjakan ketika 10 hari terakhir di bulan Ramadan.
Menurut Syekh Zainuddin Al-Malibari, penulis Fathul Baari menyebut ada tiga amalan yang mesti diamalkan.
Pertama memperbanyak sedekah, kedua memperbanyak membaca Al-Quran dan ketiga memperbanyak i’tikaf di masjid.

1. Memperbanyak Sedekah
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar.
Maka, orang yang bersedekah merupakan orang yang benar pengakuan imannya.
Sedangkan menurut syariat, sedekah hampir sama dengan infaq yaitu mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu.
Sebagaimana TribunNewsmaker.com kutip dari TribunJakarta berjudul : 10 Hari Terakhir Bulan Ramadan, Perbanyak 3 Amalan ini Penuh Curahan Rahmat, dalam pengertian ini, sedekah lebih luas cakupannya karena tidak terbatas pada barang materi saja.
Namun juga non-materi seperti amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam 10 hari terakhir Ramadan, sedekah merupakan amalan yang utama.
Sebab keutamaan ini tidak hanya didapatkan oleh orang yang bersedekah, namun dinikmati juga oleh orang yang menerimanya.
Hal ini menggambarkan bahwa sedekah tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah namun juga mendekatkan hubungan baik kepada sesama.
Maka tak heran jika di hari-hari itu setiap orang berlomba-lomba untuk menghidangkan makanan dan minuman untuk sahur dan berbuka puasa.
Memberikan santunan kepada anak yatim piatu dan memberikan sedekah untuk kegiatan keagamaan lainnya.
Sebagian ulama menyebutkan bahwa keutamaan sedekah ini tidak hanya di 10 hari terakhir Ramadan.
Melainkan keseluruhan setiap harinya meskipun sedekah itu nominalnya sedikit.
Karena yang lebih utama dari sedekah bukanlah jumlah nominalnya, melainkan keistiqamahannya.
2. Memperbanyak Membaca Alquran
Membaca Alquran termasuk amalan yang utama saat 10 hari terakhir di bulan Ramadan.
Pada bulan inilah Nuzulul Quran diperingati.
Peringatan seperti ini biasa disambut oleh umat muslim untuk tadarus bersama, kajian Alquran, khataman bin-nadhar (khataman Alquran dengan membaca Alquran menggunakan mushaf), hingga khataman bil-ghaib (khataman Alquran tanpa menggunakan mushaf yang biasa dilakukan oleh para huffadz).
Membaca Alquran menurut Rasulullah, sebagai upaya untuk berbincang dan berkomunikasi kepada Allah SWT.
Selain itu, membaca Alquran juga akan mendapatkan berbagai keistimewaan.
Seperti hidup lebih bahagia, selamat dari hisab di hari mahsyar, mendapat naungan (rahmat) Allah di hari pembalasan, dan mendapatkan petunjuk sehingga tidak akan tersesat.
Menurut Imam Nawawi, membaca Alquran di 10 hari terakhir Ramadan lebih utama dilakukan setelah shalat subuh.
Sedangkan menurut Abu Bakar Syatha lebih utama dilakukan ketika malam hari, karena lebih fokus.
Baca juga: ARTI Malam Lailatul Qadar: Pengertian, Kapan Terjadi & Ciri Datangnya di Setiap Bulan Ramadhan
Baca juga: BENARKAH Lailatul Qadar Segera Tiba? Ketahui 7 Maknanya & Sebab Rasulullah Merahasiakan Waktunya
3. Memperbanyak I’tikaf di Masjid
I’tikaf artinya berdiam di dalam masjid dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Menurut berbagai riwayat hadis, Rasulullah selalu rutin beri’tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadan.
Bahkan sebelum wafatnya, Rasulullah beri’tikaf selama 20 hari seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah.
Pelaksanaan i’tikaf ini, tidak bisa dipisahkan dari momentum pencarian lailatu qadar.
I’tikaf seperti ini harus dilakukan di masjid sebagai wujud syiar agama Allah.
Lantas, apa saja yang perlu dilakukan saat beri’tikaf?
Untuk menggapai kemuliaan 10 hari terakhir bulan Ramadan ini, i’tikaf tidak hanya serta-merta berdiam saja tanpa melakukan apapun.
Sesuai dengan tujuan i’tikaf untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka orang beri’tikaf seyogyanya mengisi amal ibadah.
Amalan-amalan seperti salat sunnat, membaca Alquran, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, istighfar, shalawat Nabi, serta memperbanyak do’a dan tafakkur harus menjadi pelengkap i’tikaf.
Selain itu, dapat juga dilakukan dengan amalan kebajikan lainnya, seperti; mempelajari tafsir, hadits, dan atau ilmu-ilmu agama Islam lainnya, serta menghindari segala hal yang tidak ada manfaatnya.
Ketiga amalan tadi merupakan upaya untuk menggapai keridhaan Allah melalui perantara 10 hari terakhir di bulan Ramadan.
Demikian amalan yang dapat dikerjakan di 10 hari terakhir bulan Ramadan, semoga bermanfaat.
(TribunJakarta/Muji Lestari)