Breaking News:

Virus Corona

WHO Jelaskan Efek Samping yang Sangat Langka pada Penerima Vaksin Covid-19 Pfizer & Moderna

Gejala radang jantung setelah vaksinasi meliputi sesak napas, detak jantung tidak teratur, dan nyeri dada.

Orlando SIERRA / AFP
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan regulator di Eropa menemukan hubungan potensial antara vaksin mRNA, yaitu Pfizer dan Moderna, dengan kondisi peradangan jantung seperti miokarditis dan perikarditis. 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan regulator di Eropa menemukan hubungan potensial antara vaksin mRNA, yaitu Pfizer dan Moderna, dengan kondisi peradangan jantung seperti miokarditis dan perikarditis, CGTN Eupore melaporkan.

European Medicines Agency (EMA) mengatakan bahwa efek samping itu terjadi pada "kasus yang sangat jarang".

Kondisi itu lebih sering terjadi pada pria dan anak laki-laki di bawah 30 tahun.

Kebanyakan, radang terjadi setelah dosis kedua vaksin diberikan.

Gejala radang jantung setelah vaksinasi meliputi sesak napas, detak jantung tidak teratur, dan nyeri dada.

Analisis dari badan keamanan obat-obatan Eropa menemukan bahwa dari 117 juta dosis Pfizer yang diberikan di UE, Islandia, Norwegia, dan Liechtenstein, terdapat 145 kasus miokarditis dan 138 kasus perikarditis.

Sementara itu, dalam vaksin mRNA lainnya, Moderna, ada 19 kasus miokarditis dan 19 kasus perikarditis dari 20 juta dosis yang diberikan.

WHO mengatakan bahwa meskipun kondisi tersebut dapat menyebabkan penyakit serius, kondisi tersebut seringkali ringan dan merespon dengan baik terhadap pengobatan konservatif.

Tetapi dalam lima kasus, orang yang mengalami kondisi jantung ini akhirnya meninggal.

EMA mengatakan para pasien itu berusia lanjut atau memiliki kondisi kesehatan bawaan.

Kesimpulan dari regulator Eropa ini mengonfirmasi temuan AS bulan lalu.

Baca juga: VAKSIN Covid-19 Moderna Dinilai Miliki Efikasi Tinggi, Akan Dipakai Vaksinasi Booster untuk Nakes

Baca juga: 13 Stasiun Kereta Api Indonesia yang Layani Vaksinasi Covid-19, Erick Thohir Sebut Berjalan Lancar

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sebelumnya menyimpulkan bahwa peradangan jantung setelah dosis kedua Pfizer lebih tinggi dari yang diprediksi di kalangan pria muda.

EMA tidak menemukan hubungan potensial yang sama antara peradangan jantung dengan vaksin COVID-19 lainnya, seperti AstraZeneca atau Johnson & Johnson, yang cara pembuatannya menggunakan metode berbeda.

Tetapi EMA menyarankan bahwa orang dengan riwayat kelainan darah langka seperti sindrom kebocoran kapiler tidak boleh diberikan suntikan Johnson & Johnson.

Pada bulan Juni lalu, mereka meminta sindrom kebocoran kapiler untuk ditambahkan sebagai potensi efek samping dari AstraZeneca.

Meski ada efek samping, baik EMA maupun WHO menyimpulkan bahwa manfaat vaksin COVID-19 masih lebih besar daripada risikonya.

Tetapi regulator UE menyarankan bahwa efek samping ini harus secara resmi tercantum dalam informasi produk untuk vaksin mRNA sebagai peringatan untuk dokter dan pasien.

Dalam berita lain seputar vaksin Pfizer, Israel melaporkan pada hari Senin penurunan kemanjuran Pfizer dalam mencegah infeksi.

Hal itu diduga karena merebaknya kasus varian Delta di seluruh negara.

Tetapi disebutkan bahwa vaksin tetap efisien dalam mencegah penyakit serius.

Pfizer juga mengatakan bahwa pihaknya sedang bekerja untuk menciptakan suntikan booster.

Bosster itu dapat digunakan setelah dosis kedua untuk meningkatkan kemanjuran dalam kasus varian yang sangat menular seperti Delta.

Sementara itu, regulator Uni Eropa mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menentukan apakah lebih dari dua dosis vaksin saat ini diperlukan.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Efek Samping Sangat Langka, Radang Jantung Terjadi pada Penerima Vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna

-Artikel lainnya terkait Vaksin di sini

Sumber: Tribunnews.com
Tags:
vaksinWHOModernaefek sampingPfizerCovid-19
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved