Kerap Mimisan, Pilu Pemuda Ini Ternyata Idap Kanker, Hidup Tanpa Orangtua, Kerja Demi Biaya Berobat
Divonis idap kanker hidung dan leher, Hamri Hairol harus bekerja demi biaya pengobatan, hidup tanpa orangtua.
Penulis: ninda iswara
Editor: Candra Isriadhi
Melansir mStar, gadis tersebut diketahui bernama Nurin Adriana Arifah.
Gadis yang akrab disapa Yana ini menjelaskan bahwa ia mengidap penyakit tulang yakni skoliosis, sejak tahun 2019.
"Pertama kali saya tahu mengidap penyakit skoliosis ketika berusia 18 tahun. Saya sering merasa pegal di bagian leher. Saya pikir mungkin efek pernah kecelakaan saat naik motor ke rumah teman dulu, tapi ternyata bukan," ujar Yana.
Kondisi semakin tak beres, Yana mengajak orangtuanya untuk memeriksakan kondisi yang ia alami.
Baca juga: Jalan di Mekkah Pakai Seragam SMA, Pemuda Ini Simpan Kisah Haru, Ayah Meninggal Setelah Naik Haji
Baca juga: Ayah di Penjara, Ibunya Meninggal, Bocah Ini Malah Diusir Guru Saat ke Sekolah, Kisah Pilunya Viral

"Saya makin merasa tidak enak. Kemudian saya mengajak ayah dan ibu pergi ke klinik untuk periksa. Setelah diperiksa dokter, saya disarankan untuk menjalani X-ray di Rumah Sakit Kajang di Selangor," lanjutnya, seperti yang TribunNewsmaker.com kutip dari mStar.
Setelah hasil X-ray keluar, diketahui tulang belakang Yana sudah bengkok.
"Hasil X-ray menunjukkan kalau tulang belakang saya sudah bengkok. Tapi penyebabnya bukan karena kecelakaan. Sebab sebelum kecelakaan motor, saya pernah mengalami sakit pinggang. Selama ini saya pikir sakit pinggang merupakan hal biasa karena terlalu banyak aktivitas atau karena datang bulan," beber gadis berusia 21 tahun ini.
Setelah penyakitnya terkuak, Yana menjalani pengobatan di Hospital Kuala Lumpur (HKL) setelah konsultasi dengan dokter spesialis.
Namun dikarenakan Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) atau PPKM di Malaysia, pihak rumah sakit terpaksa menghentikan pengobatan dan baru menjalani 2 sesi perawatan.
Setelah 2 tahun berhenti dirawat, Yana justru mendapat kabar kurang mengenakkan.
Sang adik, Nurin Adriana Qistina, yang masih berusia 13 tahun juga mengalami hal serupa.
"Saya tidak menyangka kalau ini penyakit keturunan karena adik saya juga kena. Kami sekeluarga juga baru tahu adik mengidap skoliosis setelah mengadu ke ibu kalau tulang rusuknya tinggi sebelah," papar Yana.
Setelah adiknya diperiksa, dokter menyarankan Yana untuk pemeriksaan lebih lanjut ke pakar tulang.
"Kami membawa adik periksa dekat Rumah Sakit Kajang. Dokter memberitahu kalau adik juga mengidap skoliosis. Tapi keadaan adik saya lebih parah karena tulang yang bengkok lebih tinggi," kata anak kedua dari 4 bersaudara ini.
"Dokter menyarankan agar kami bertemu dengan pakar tulang dekat Hospital Pengajar Universiti Putra Malaysia (HPUPM) dekat Serdang. Dari sinilah saya dan adik menjalani fisioterapi setiap satu atau tiga bulan sekali," beber Yana.