Sekeluarga Tewas di Magelang
PAKAI Baju Oranye & Diborgol, Dhio Tak Nyesel Bunuh Keluarganya, Polisi: 'Gak Ada Tanda Kehilangan'
Kini sudah pakai baju oranye dan tangan diborgol, Dhio masih saja tak menyesal sudah bunuh keluarganya sendiri. Polisi sampai heran.
Editor: octaviamonalisa
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Kini sudah pakai baju tahanan, Dhio Daffa, pembunuh keluarga di Magelang, Jawa Tengah tak tunjukkan penyesalan.
Malahan Dhio Daffa bersikap santai saat dirinya diperiksa polisi.
Dhio Daffa seolah tidak menyesal telah meracuni ayah, ibu, dan kakaknya hingga tewas.
Alih-alih menunduk dan menyesal, Dhio Daffa justru bersikap tegap saat memakai baju oranye dan diborgol.
Padahal akibat perbuatannya, Dhio terancam hukuman mati.
Baca juga: Ya Allah Lemes Guru Ngaji Dhio Syok, Muridnya Tega Racuni Keluarga Sampai Tewas, Kini Ogah Jenguk

Sebelum ditetapkan sebagai tersangka, sikap Dhio di lokasi tewasnya ketiga korban di rumahnya yang terletak di Dusun Prajen, Desa Mertoyudan, Kabupaten Magelang pada Senin (28/11/2022) juga membuat polisi heran
Pasalnya, sikap Dhio begitu tenang tak seperti sedang berduka meski satu keluarganya tewas secara bersamaan.
"Memang pada saat datang ke TKP, lakukan interogasi dan wawancara kepada yang bersangkutan memang tenang sekali.
"Tidak ada tanda-tanda kehilangan keluarga dekat, terlebih orang tua dan kakak kandungnya," ujar Plt Kapolres Magelang, AKBP Mochmammad Sajarod Zakun dilansir dari Youtube TV One News, Rabu (30/11/2022).
Sikap Dhio itulah yang memunculkan kecurigaan polisi.
Baca juga: POSTINGAN Dhea Sebelum Tewas Diracun Adik di Magelang Bak Firasat, Bahas Soal Racun & Tubuh Kaku
Terlebih, Dhio bersikeras menolak agar ketiga korban untuk diautopsi.
"Disini muncul kecurigaan ketika saya menanyakan kepada yang bersangkutan untuk para korban ini akan diatuopsi, yang bersangkutan menolak secara tegas.
Padahal kerabat korban ingin untuk seluruh korban dilakukan autopsi," kata Kapolres.
Bohong Soal Pekerjaan

Kepada polisi, pelaku mengaku nekat membunuh keluarganya menggunakan racun karena sakit hati menjadi tumpuan keluarganya setelah sang ayah pensiun dan sakit.