Kunci Jawaban
KUNCI JAWABAN IPS Kelas 7 SMP Halaman 160 Kurikulum Merdeka, Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji
Soal dan kunci jawaban pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas 7 halaman 160 Kurikulum Merdeka
Editor: Talitha Desena
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Soal dan kunci jawaban pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas 7 halaman 160 Kurikulum Merdeka yang akan mengulik mengenai konflik Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji.
Berikut ini soal dan kunci jawaban pelajaranIlmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas 7 halaman 160 Kurikulum Merdeka, dimana anak-anak akan menjelaskan penyebab terjadinya perang saudara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji.
Usia mengerjakan soal dan kunci jawaban pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas 7 halaman 160 Kurikulum Merdeka, anak-anak dapat mengerti mengenai konflik Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji di materi pelajaran IPS.
Berikut ini kunci jawaban Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas 7 halaman 160 Kurikulum Merdeka.
Kunci jawaban mata pelajaran IPS kelas 7 SMP dalam artikel ini hanya sebagai referensi atau panduan siswa dalam belajar.
Sebelum melihat kunci jawaban IPS kelas 7 halaman 154 Kurikulum Merdeka, siswa dapat terlebih dahulu mengerjakan soalnya sendiri.
Di halaman 160 Bab 3 tentang potensi ekonomi lingkungan pada bagian Lembar Aktivitas 8 membahas soal konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji.
Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 94: Struktur Teks Sikap Berbahasa Para Siswa
Baca juga: KUNCI JAWABAN Bahasa Indonesia Kelas 8 Halaman 15, Laporan Hasil Observasi Sepeda Motor di Indonesia

Lembar Aktivitas 11
Soal
Bagaimana konflik yang teradi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji?
Jawaban
Konflik yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji merupakan konflik internal.
Konflik ini menyebabkan terjadinya perang saudara antara Sultan ageng Tirtayasa dan Sultan Haji yang disebabkan karena Sultan Haji cenderung bekerjasama dengan pihak Belanda ketika Sultan Ageng mengangkatnya menjadi raja pembantu pada tahun 1676.
Akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa menarik kembali tahta tersebut. Namun, dengan bantuan dan dukungan Belanda, Sultan Haji berusaha mempertahankan tahtanya.
Hal inilah yang akhirnya menimbulkan perang saudara antara ayah dan anaknya.
Berkat bantuan Belanda, Sultan Haji berhasil mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa. Kemenangan Sultan Haji tersebut menjadi awal mula kehancuran Banten.
Sultan Ageng Tirtayasa: Asal-usul, Peran, dan Perjuangan
Sultan Ageng Tirtayasa adalah sultan Banten ke-6 yang berhasil membawa Kerajaan Banten menuju puncak kejayaannya.
Sultan Ageng Tirtayasa atau Pangeran Surya berkuasa antara tahun 1651-1683.
Selama berkuasa, perannya tidak sebatas memajukan Kesultanan Banten.
Raja dari Banten yang gigih menentang VOC adalah Sultan Ageng Tirtayasa.
Berkat kegigihannya dalam membela bangsa Indonesia, ia bahkan dicap sebagai musuh bebuyutan Belanda.
Asal-usul dan keturunan Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad (sultan Banten ke-5) dan Ratu Martakusuma yang lahir pada 1631.
Kakeknya bernama Sultan Abdulmafakhir Mahmud Abdulkadir atau dikenal sebagai Sultan Agung, sultan Banten ke-4 yang juga gigih memerangi Belanda.
Setelah ayahnya wafat pada 1650, Sultan Ageng Tirtayasa diangkat oleh kakeknya sebagai Sultanmuda dengan gelar Pangeran Dipati.
Kemudian setelah kakeknya wafat pada 1651, ia resmi naik takhta menjadi raja Banten ke-6 dengan gelar Sultan Abdul Fattah Al-Mafaqih.
Dari istri-istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa memiliki 18 orang anak.
Putranya yang terkenal adalah Sultan Abu Nashar Abdulqahar atau Sultan Haji dan Pangeran Purabaya.
Menjelang akhir pemerintahannya, Sultan Ageng Tirtayasa berselisih dengan Sultan Haji hingga memaksanya meninggalkan takhta dan mundur ke dusun Tirtayasa yang terletak di Kabupaten Serang.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa dikenal setelah dirinya mendirikan keraton baru di tempat tersebut.
Peran Sultan Ageng Tirtayasa untuk Kesultanan Banten
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten terus mengalami kemajuan.
Berikut ini beberapa hal yang dilakukannya untuk memajukan Kesultanan Banten.
- Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau Sumatera dan Kalimantan
- Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang memertemukan pedagang lokal dengan pedagang Eropa
- Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam
- Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel
- Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan serangan pasukan Eropa
Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah salah satu raja di nusantara yang gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia.
Demi meneruskan perjuangan kakeknya, pada 1652 Sultan Ageng Tirtayasa mengirimkan tentaranya untuk menyerang VOC di Jakarta.
Sejak saat itu, pertempuran antara Banten dan Belanda terus terjadi.
Karena Banten terus menerus melancarkan gerilya, Belanda berusaha membalas dengan memblokade pelabuhan-pelabuhan.
Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Sultan Ageng Tirtayasa untuk mengacaukan Belanda.
Pada 1655, VOC mengirim utusan ke Banten guna mendesak Sultan Ageng Tirtayasa untuk memperbarui perjanjian perdamaian 1645.
Sultan Ageng Tirtayasa dengan berani menolak pembaruan perjanjian dan bertekad menentang Belanda.
Pada 1656, perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC dilakukan dengan cara melakukan sabotase dan perusakan kebun tebu serta pabrik-pabrik penggilingannya.
Tentara Banten juga membakar kampung-kampung yang digunakan sebagai sarang pertahanan Belanda.
Di samping itu, Kerajaan Banten juga berhasil menguasai sejumlah kapal VOC dan beberapa pos penting.
Sekitar sebelum tahun 1671, terjadi konflik di dalam istana dan Sultan Ageng Tirtayasa memilih untuk pindah kediaman di luar Banten.
Hal ini dilakukan untuk mencegah kudeta yang sewaktu-waktu bisa dilancarkan putra pertamanya, Sultan Haji.
Pada 1680, Sultan Ageng Tirtayasa kembali mengumumkan perang setelah terjadi penganiayaan terhadap para pedagang Banten oleh VOC.
Konflik dengan Sultan Haji
Semangat Sultan Ageng Tirtayasa untuk menentang VOC kurang disetujui oleh putranya, Sultan Haji.
Perselisihan di dalam istana ini dimanfaatkan VOC dengan melancarkan politik adu domba.
Siasat VOC pun berhasil, hingga Sultan Haji mau bekerjasama dengan Belanda demi meruntuhkan kekuasaan ayahnya.
Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara di Batavia sehingga harus menyerahkan kekuasaannya kepada putranya.
Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dunia dalam penjara pada 1692 dan kemudian dimakamkan di Komplek Pemakaman Raja-raja Banten.
*) Disclaimer:
Jawaban di atas hanya digunakan untuk memandu proses belajar.
Soal ini berupa pertanyaan terbuka yang artinya ada beberapa jawaban tidak terpaku seperti di atas.
(Tribunnews.com/Pondra Puger/Kompas.com/Widya Lestari Ningsih)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kunci Jawaban IPS Kelas 7 Halaman 160 Kurikulum Merdeka: Konflik Sultan Tirtayasa dan Sultan Haji dan di Kompas.com dengan judul Sultan Ageng Tirtayasa: Asal-usul, Peran, dan Perjuangan
Sumber: Tribunnews.com
Prediksi Soal dan Kunci Jawaban PTS Matematika Kelas 7 Semester 1: Hasil dari 4/5 - 1/5 Adalah |
![]() |
---|
Jawaban Pendidikan Agama Katolik Kelas 8 Halaman 76 77 78: Bagaimana Peristiwa Yesus Naik ke surga? |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 62 63 64 Mengapa Mereka Berdoa kepada Pohon |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 12 Halaman 119 Unfriend You: Masihkah Kau Temanku? |
![]() |
---|
Jawaban IPS Kelas 8 Halaman 80 Laporan Sederhana yang Berkaitan dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup |
![]() |
---|