Berita Viral
'YA TUHAN!' Curiga Anak Jarang Kuliah, Ortu Datangi Tempat Tinggalnya, Ternyata Tewas, Wajah Hancur!
Mahasiswi di Universitas Sumatera Utara tewas di tempat tinggalnya dengan kondisi mengenaskan.'Wajah Hancur & Badan Utuh'
Editor: Dika Pradana
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Seorang mahasiswi Universitas Sumatera Utara ditemukan tewas mengenaskan di tempat tinggalnya. Mahasiswi tersebut ditemukan meninggal dengan kondisi wajahnya yang nyaris menjadi tengkorak.
Diketahui, mahasiswi bernasib nahas tersebut bernama Mahira Dinabila.
Mendapati kondisi anaknya yang mengenaskan, keluarga langsung tercengang dan syok.
Jasad korban ditemukan oleh keluarga di rumah orang tua angkatnya di Komplek Rivera, Kecamatan Medan Amplas, pada Rabu (3/5/2023) lalu.

Menurut kerabat korban, M Ridho, jasad korban ditemukan pihak keluarga sudah tergeletak di lantai rumah.
Penemuan itu berawal dari teman korban yang menghubungi pihak keluarga, karena Mahira tak pernah kuliah padahal waktu itu sedang ada ujian.
Merasa curiga, keluarga pun langsung mendatangi rumah tempat korban tinggal dan mendapati korban dalam keadaan meninggal.

“Waktu itu malam sekitar jam 11, saya ditelpon disuruh mengantarkan keluarganya, untuk melihat lokasi. Lalu, saya bawa keluarganya datang ke lokasi,” kata Ridho kepada Tribun-medan, Senin (8/5/2023).
Ia menjelaskan, setibanya di lokasi dirinya bertemu dengan keluarga yang lain dan termasuk Mawardi, ayah angkat korban.
“Waktu itu kondisi rumah masih gelap, disitulah saya lihat korban dalam posisi tergeletak,” sebutnya.
Baca juga: PURA-PURA Panik! Suami Cekik Istri Bilangnya Tewas Tersedak Bakso, Anak Diminta Anteng di Ruang Tamu
Dikatakannya, didekat jenazah korban juga ditemukan sepucuk surat.
Namun, ia tidak tahu secara pasti apa isi surat tersebut.
Karena surat tersebut langsung diambil oleh ayah angkat korban yang ketika itu juga ikut masuk menyaksikan jasad korban.
“Sama melihat sekeliling, saya temukan kertas rapi di atasnya pulpen, saya bilang sama om Mawardi ada surat, disenter pakai handphone, lalu dibacanya sepintas. Isi suratnya tentang keluarga,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, ketika itu pihak keluarga sempat cekcok membahas apakah jenazah dilakukan autopsi atau tidak.
“Sempat diskusi soal autopsi, Mawardi bilang sudahlah memang aku yang salah katanya gitu,” ucapnya.
Kemudian, setelah itu jenazah korban pun dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Medan.
Di sana, Ridho sempat menyaksikan bahwa ada ditemukan luka di bagian paha korban sebelum dikafani.
“Saya lihat kondisinya dari arah belakang, di bagian kakinya melepuh. Kepalanya saya nggak melihat,” pungkasnya.
Baca juga: TABRAK LARI, Tragis Pejalan Kaki Terlindas Truk, Korban Tewas di Tempat, Polisi Dalam Penyelidikan

Menurut orang tua kandung korban, Pariono, awalnya ia mendapatkan kabar duka itu dari pihak keluarga.
Mendapatkan informasi tersebut, dia langsung mendatangi lokasi dan mendapati anaknya sudah dalam keadaan terbungkus.
“Waktu itu saya lihat sudah terbungkus, lalu ada pihak kepolisian menyuruh saya ngambil Baygon, karena nggak ada yang berani ngambil,” kata Pariono kepada Tribun-medan, Senin (8/5/2023).
“Baygon semprotan bukan botol Baygon, posisinya tertutup rapat, saya ambil saya serahkan kepada polisi, Habis itu polisi menanyakan barang bukti lagi sebuah hp milik Mahira, tapi ditahan oleh bapak angkatnya, tidak diberikan pada polisi,” sambungnya.
Kemudian, ia mengatakan jenazah korban langsung dievakuasi ke mobil ambulan dan dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Medan.
Lalu, ia pun pergi kerumah sakit untuk mendampingi jenazah korban.
Sementara ayah angkat korban bernama Mawardi pergi ke Polsek Patumbak.
Baca juga: ASTAGFIRULLAH! Pilu Ibu Rumah Tangga Tertabrak Truk Boks, Korban Tewas di Tempat, Motor Hancur

“Setelah itu dia (Mawardi) berangkat ke Polsek Patumbak saya mengantar jenazah anak saya ke rumah sakit,” sebutnya.
Pariono juga membeberkan kondisi jenazah saat berada di rumah Sakit Bhayangkara Medan.
“Kondisi jenazah saya nggak pasti tau, karena sudah dibungkus.
Kondisi muka ya sudah hancur tinggal tengkorak, tapi badan utuh,” ungkapnya.
Dikatakannya, setelah melihat kondisi korban yang begitu mengenaskan dan sudah membusuk, keluarga menduga jenazah korban sudah meninggal sekitar 10 hari.
Pariono juga menceritakan bahwa, putri keempat dari lima bersaudara ini sudah tinggal bersama dengan keluarga Mawardi sejak umur empat bulan.
Korban diangkat oleh keluarga Mawardi, karena tidak memiliki anak.

Lalu, seiring berjalannya waktu Mawardi dan istrinya bercerai dan rumah tersebut jatuh kepada istrinya.
Setelah itu, pada tahun 2020 istrinya meninggal dunia.
Sebelum meninggal dunia, istri Mawardi yang merupakan ibu angkat korban mewariskan rumah tersebut kepada Mahira Dinabila.
Sementara, Mawardi menikah lagi dan tinggal bersama dengan istri barunya.
“Saya pernah lihat surat pernyataan, rumah itu jatuh ke tangan istrinya, dari istrinya rumah itu diserahkan ke korban,” ujarnya.
Sejauh ini, dikatakannya bahwa pihak keluarga masih curiga terhadap kematian korban dan banyak hal ditemukan kejanggalan.
“Banyak sekali, seperti bagian kepala sudah jadi tengkorak dan badannya utuh.

Kenapa handphonenya itu, mau dijadikan barang bukti bapak menahannya, tidak dikasih sama polisi, ” ujarnya.
“Kedua itu masalah visum, itu tanpa sepengetahuan saya Mawardi yang mengajukan surat ke Polsek jangan sampai jenazah diautopsi, lalu pagarnya digembok dari luar,” tuturnya.
Lebih lanjut, pria yang berprofesi penarik becak ini juga menyampaikan bahwa pihaknya masih berencana melaporkan kejanggalan tersebut kepada polisi.
“Tadi kita ke polisi, polisi mengatakan kenapa waktu kejadian itu tidak diautopsi, jadi kemarin saya mengantar jenazah ke rumah sakit,” ungkapnya.
“Sementara bapak angkatnya mengurusi surat ke Polsek, surat yang diajukannya itu terkait penolakan autopsi,” pungkasnya.
Meninggalnya Mahira Dinabila meninggalkan luka yang mendalam bagi keluarga.
Sebab, pihak keluarga tidak menyangka korban meninggal dengan cara yang dianggap tak wajar.
Saat ditemukan, pada Rabu (3/5/2023) lalu, kondisi jenazah dalam keadaan muka hancur dan telah membusuk.

Di dekat korban juga ditemukan, obat penyemprot nyamuk merek Baygon.
Menurut Rahmat Wilman sepupu korban, mahasiswi semester dua itu selama hidupnya dikenal sebagai sosok yang baik hati serta pintar.
Korban juga mendapatkan biaya siswa untuk berkuliah di USU.
“Kesehariannya baik, pintar.
Dia orangnya tertutup, nggak mau ngerepotin orang lain walaupun ditanya,” kata Rahmat, Senin (8/5/2023).
Ia mengatakan, dirinya sempat syok mengetahui kabar bahwa sepupunya itu tewas dalam keadaan tidak wajar.
“Tau kabar dari tanggal 3 Mei kemarin, saya dikabari sama adik kandung, saya kalau kak Ira (panggilan korban) nggak ada lagi. Nggak tau, perkiraan bunuh diri,” sebutnya.
Dikatakannya, selama ini memang korban tinggal bersama dengan orang tua angkatnya di Komplek Rivera, Kecamatan Medan Amplas, tempat jasadnya ditemukan.

Namun, setelah orang tua angkatnya ini bercerai dan ibu angkatnya meninggal dunia korban tinggal sendirian di rumah tersebut.
Sementara, ayah angkatnya Mawardi yang bekerja di kantor Pos Lubukpakam itu tinggal bersama istri barunya.
Ia mengungkapkan, selama hidupnya ayah angkat korban ini diduga juga sengaja menjauhi korban dengan para keluarga.
“Sempat dijauhi, dikasih jarak biar nggak dekat sama keluarga yang lain, kalau dia mau kuliah harus tinggal sama ayah angkatnya, di situ timbul curiga kami, kenapa harus dipisahkan,” bebernya.
Ia dan pihak keluarga menduga sepupunya itu korban pembunuhan.
“Kejanggalan pasti ada, menurut nenek saya beranggapan bahwa bapak angkatnya ini sudah tau si Ira ini meninggal,” ujarnya.
“Tapi dia nggak mau memberi tahu kepada keluarga, biar keluarga ini tahu sendiri. Dibiarkan dulu,” pungkasnya.
Kapolsek Patumbak, Kompol Faidir Chaniago korban meninggal dunia karena menenggak obat nyamuk merek Baygon.
Karena saat jenazah ditemukan, ada botol Baygon didekat jasad mahasiswi semester dua tersebut.

“Meninggal dan di tempat itu ditemukan Baygon,” kata Faidir kepada Tribun-medan, Senin (8/5/2023).
Ia menjelaskan, korban meninggal karena diduga menenggak racun, meskipun belum ada keterangan medis yang menjelaskan.
“Diduga karena minum racun itu, minum Baygon itu,” sebutnya.
Faidir juga membeberkan alasan, mengapa jenazah korban tidak dilakukan autopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya.
“Keluarganya kan keberatan (diautopsi), jadi tidak mau, sudah ikhlas karena meninggalnya minum itu,” ujarnya.
“Waktu itu orang tuanya tidak mau dilakukan autopsi, sama-sama orang tua angkat dan kandung,” sambungnya.
Meski demikian, dikatakannya polisi akan melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang terdekat dan juga sejumlah saksi.
“Lagi kita periksa itu, tetap dilakukan penyelidikan, kita periksa dulu saksi-saksi semua,” ungkapnya. (PROHABA.co/Muliadi Gani)
Berita ini diolah dari artikel PROHABA.co
3 Transfer Mencurigakan Putri Apriyani ke Bripda Alvian, Sebelum Tubuh Ditemukan Gosong di Kamar Kos |
![]() |
---|
5 Area Pesta Rakyat HUT ke-80 RI yang Bisa Dinikmati Gratis, Ada Kuliner, Hiburan, & Kembang Api |
![]() |
---|
Daftar Promo Pertamina dalam Rangka 17 Agustus, dari Bensin Pertamax Hingga Bright Gas, Ada Kuotanya |
![]() |
---|
Live Streaming Upacara Detik-detik Proklamasi Peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, Ada Hiburan Ini |
![]() |
---|
Gagal Romantis, 3 Pemuda Diciduk Polisi Gegara Tulis Ucapan Ultah Pacar di Tembok Fly Over Bekasi |
![]() |
---|