Berita Viral
'Apa Salah Mereka?' Tangis Dokter di Gaza Salatkan Ibu, Anak, & Saudaranya di RS, Langsung Pingsan
Dokter Iyaad Shaqura di Gaza tertunduk lemas lihat jenazah ibu, dua anak, dua saudaranya, tewas digempur Israel, langsung pingsan.
Editor: Dika Pradana
TRIBUNNEWSMAKER.COM - TANGIS seorang dokter di Gaza, Palestina tak dapat lagi terbendung tatkala salatkan jenazah ibu, dua anak, dan dua saudaranya yang tewas dibom oleh tentara Israel.
Sosok dokter tersebut sempat pingsan ketika melihat anggota keluarganya satu persatu gugur dihabisi oleh militer Israel.
Dia berulang kali bertanya-tanya apa salah anggota keluarganya hingga harus menjadi korban kekejaman perang Hamas-Israel.

Diketahui, sosok dokter farmasi yang berduka tersebut bernama Iyad Shaqura.
Iyad Shaqura yang kini menjadi dokter darurat karena perang Israel-Hamas sudah terbiasa melihat banyaknya korban tewas atau terluka yang mengalir masuk ke rumah sakit di Khan Yunis, Jalur Gaza selatan, Palestina.
Namun, pada Senin (6/11/2023) malam, ia pingsan saat melihat jenazah kedua anaknya, ibu, dan kedua saudara laki-lakinya tiba di UGD (Unit Gawat Darurat).
Keluarganya tewas akibat serangan yang menghantam rumah mereka di Khan Yunis.
Wilayah Palestina dibombardir besar-besaran oleh Israel yang hendak menghancurkan Hamas, setelah kelompok Palestina tersebut menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023.
Pada Selasa (7/11/2023) pagi, dengan mata berkaca-kaca, Shaqura melihat para mendiang yang dicintainya untuk kali terakhir.
Tubuh mereka sudah dibalut kain kafan putih dan ditempatkan di meja kamar mayat UGD Rumah Sakit Nasser, menurut rekaman AFPTV.
Sambil menunjuk jenazahnya satu per satu, Shaqura menyebutkan nama mereka.

“Ibuku, Zeinab Abu Dayya, saudara laki-lakiku Mahmud dan Hussein Shaqura, saudara perempuanku Israa dan kedua anaknya Nabil dan Nur, serta kedua anakku, buah hatiku, Abdelrahman (7) dan Omar (5)". ujar Iyaad.
Shaqura kemudian menempelkan keningnya ke Abdelrahman dan berkata bahwa dia memiliki lima anak.
“Apa salah mereka sampai berton-ton bom dan bahan peledak dijatuhkan di kepala mereka di rumah?"
"Tuhan memanggil mereka kembali kepadanya seperti banyak anak-anak lain sebelum mereka," lanjutnya.
Hancur hatinya kehilangan orang-orang tercintanya gegara konflik Hamas - Israel.

Data terbaru yang diterbitkan Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas menyebutkan, rentetan serangan Israel menewaskan lebih dari 10.300 orang termasuk 4.237 anak-anak sejak 7 Oktober.
Adapun serangan Hamas menewaskan lebih dari 1.400 orang Israel dan mayoritas adalah warga sipil.
Shaqura berasal dari keluarga pengungsi Palestina yang terusir dari tanah mereka saat pembentukan Negara Israel pada 1948.
Para pengungsi dan keturunan mereka kini berjumlah sekitar 80 persen dari 2,4 juta orang yang tinggal di Jalur Gaza, menurut data PBB.
“Jika musuh memburu kami lagi, kami akan beritahu mereka bahwa Tuhan sudah menjanjikan kami salah satu dari dua hal: kemenangan di tanah kami yang telah dibebaskan atau dikuburkan di sana,” ucap Shaqura.

“Sekarang, saya akan menguburkan anak-anakku dan kembali bekerja".
Ia kemudian memimpin shalat jenazah di halaman rumah sakit bersama rekan-rekan dan kerabatnya.
Dia merasa prihatin dengan kondisi peperangan yang kini kian parah.
Korban berjatuhan banyak dari rakyat sipil terutama lansia dan anak-anak.
PECAH TANGIS Jurnalis di Gaza:'Kemarin Saya Tangisi Anak Orang Lain Tiada, Hari Ini 4 Anakku Tewas!'
Seorang jurnalis tak kuasa menahan tangisnya ketika tugas liputan di Gaza dan mendapatkan kabar bahwa keempat anaknya telah tewas dalam pengeboman Israel belakangan ini.
Isak tangis jurnalis tersebut tak dapat dibendung saat bertugas meliput kondisi di Gaza beserta korban.
Tak pernah disangka olehnya harus kehilangan keempat anaknya saat dirinya bertugas meliput tragedi di Gaza.

Diketahui, jurnalis tersebut bernama Mohammed Alaloul (37), jurnalis yang bertugas sebagai videografer di kantor berita Turkiye, Anadolu.
Saat bertugas, Mohammed Alaloul mengaku bukan hanya harus menyaksikan kematian anak-anak orang lain akibat pengeboman Israel, melainkan juga anak-anaknya sendiri.
"(Kemarin) Saya menangis di belakang kamera saya melihat anak-anak orang lain tiada. Hari ini, sayalah yang kehilangan anak-anak saya," ucap Alaloul kepada AFP, Minggu (5/11/2023).
Baca juga: Gelorakan Perdamaian, Paus Fransiskus Minta Gencatan Senjata Israel & Hamas:Singgung Perjanjian Oslo
Baca juga: SOSOK Chloe Tong Istri Pendiri Grab Diduga Pro Israel, Grab Indo Menepis: Donasi Rp3,5 M untuk Gaza
Empat anak Alaloul meninggal dunia akibat serangan Israel yang mengenai kamp pengungsi Al-Maghazi pada Sabtu (4/11/2023) malam.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas, serangan Israel yang menyebabkan hancurnya tujuh bangunan bertingkat di kamp pengungsi Al-Maghazi itu total menewaskan 45 orang.
Di antara mereka yang tewas, ada juga empat saudara laki-laki Alaloul dan beberapa keponakannya.
Saat kejadian, Alaloul tengan meliput serangan Israel di tempat lain.
Hancur hati Mohammed Alaloul ketika mendapatkan kabar dari sepupunya bahwa rumahnya telah hancur diserang Israel.

"Sepupu saya menelepon saya untuk memberi tahu saya bahwa rumah saya telah hancur dalam serangan terhadap bangunan tetangga," jelas dia.
"Di rumah saya, tidak ada seorang pun yang menjadi anggota kelompok bersenjata." ungkapnya.
"Tapi hari ini, saya hanya menyisakan istri dan satu anak laki-laki saya," katanya.
Alaloul menyebut, di antara anak-anaknya yang tewas, tiga adalah laki-laki dan seorang anak perempuan.
Sebelumnya, ia padahal sudah menjanjikan kepada mereka kehadiran seorang adik perempuan secepatnya.
Gaza telah dibombardir tanpa henti oleh Israel sejak kelompok Hamas menyerbu dari wilayah tersebut pada 7 Oktober.
Lebih dari 10.000 warga Palestina dilaporkan telah terbunuh dalam respons Israel terhadap serangan Hamas.
Baca juga: BOCOR! Skenario Amerika & Sekutu Jika Hamas Dilenyapkan Israel, Gaza akan Dikuasai Pasukan Ini!

Israel mengatakan bahwa mereka bertujuan untuk menghancurkan Hamas dan menyelamatkan lebih dari 200 sandera yang diyakini ditahan di Gaza.
Setelah serangan terakhir, tetangga Alaloul, Said al-Najma, dan puluhan warga lainnya langsung berupaya membersihkan puing-puing untuk menemukan korban yang selamat.
Mereka mencari di antara lempengan-lempengan beton yang berjatuhan dan berlumuran darah.
Namun, seringkali yang mereka temukan hanyalah mayat atau potongan-potongan tubuh.
"Kami tidak punya apa-apa untuk mencari atau membersihkan reruntuhan," kata Najma.
Kadang-kadang dalam pencarian ini, ada harapan.

Ketika seseorang ditarik dari bawah reruntuhan dalam keadaan hidup, warga akan langsung membawa mereka melewati puing-puing ke mobil dan bergegas membawanya ke rumah sakit terdekat.
Namun lebih sering, mereka yang berada di bawah reruntuhan sudah meninggal, dan jenazahnya dengan cepat ditutupi.
"Anda akan membutuhkan buldoser untuk menghancurkan tembok-tembok yang masih berdiri agar para penggali dapat mengakses dan mengeluarkan korban yang tewas dan terluka," ujar seorang warga, Abu Chandi Samaan (55)m yang telah mengais-ngais reruntuhan.
Dia berucap, di atas segalanya, yang paling membantu adalah diakhirinya perang ini.
"(Namun) Tidak ada yang menyuruh Israel untuk berhenti," keluhnya.
"Sementara kami tidak memiliki air, makanan, atau apa pun yang Anda butuhkan untuk bertahan hidup." imbuhnya.
"Orang-orang yang masih hidup di sini adalah mereka yang tidak diinginkan oleh kematian," ucap dia.
Sumber: Kompas.com
Nasib Dosen Wanita di Nias Sumut yang Lempar Skripsi hingga Bikin Mahasiswa Emosi, Jalani Pembinaan |
![]() |
---|
Sosok Bripda MA, Polisi Lempar Helm ke Pelajar Violent Agara Castillo hingga Jatuh Koma |
![]() |
---|
Pacaran 9 Tahun Tak Kunjung Dinikahi, Wanita di Banyumas Gugat Mantan Kekasih Rp1 M: Sudah Ada Anak |
![]() |
---|
Harta Kekayaan Haji Isam, Crazy Rich Batulicin Dapat Penghargaan dari Prabowo, Ini Gurita Bisnisnya |
![]() |
---|
Janda di NTB Dicor dan 'Ditanam' di Sumur oleh Pacar Sendiri, Imbas Cemburu Masih Chat Mantan |
![]() |
---|