Berita Viral
Tak Perlu Panik, Kasus Infeksi Mycoplasma Pneumoniae Tingkat Fatalitas Lebih Rendah dari Covid-19
Tingkat fatalitas dan keparahan akibat bakteri mycoplasma pneumoniae lebih rendah dibandingkan tingkat fatalitas karena Covid-19.
Editor: Sinta Manila
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Mycoplasma pneumoniae menjadi momok baru di kalangan masyarakat belakangan ini.
Pada beberapa negara kasus mycoplasma pneumoniae juga banyak ditemukan, bahkan di Tiongkok terjadi lonjakan.
Kasus mycoplasma pneumoniae pada anak-anak mencapai 'tingkat epidemi' di Denmark.
Baca juga: 6 Anak Indonesia Terinfeksi Mycoplasma Pneumoniae, Gejalanya Batuk, Ingusan, Hingga Sesak Ringan
Dokter Spesialis Anak di RS Cipto Mangunkusumo dr. Nastiti Kaswandani menegaskan, tingkat fatalitas dan keparahan akibat bakteri mycoplasma pneumoniae lebih rendah dibandingkan tingkat fatalitas karena Covid-19.
Karena itu, pneumonia akibat bakteri mycoplasma sering disebut sebagai walking pneumonia.
Sebab, gejala mycoplasma pneumoniae cenderung ringan sehingga pasien tidak perlu menjalani rawat inap di rumah sakit dan cukup melakukan rawat jalan.
Baca juga: Mirip Awal Mula Corona, Lonjakan Penyakit Pneumonia Misterius Sindrom Paru-paru Putih di Tiongkok

“Apabila dibandingkan dengan Covid-19, tingkat keparahan maupun mortalitas (kematian) akibat mycoplasma pneumoniae cenderung lebih rendah hanya 0,5 sampai 2 persen.
Itu pun pada mereka dengan komorbiditas,” kata dr. Nastiti dikutip dari siaran pers, Kamis (7/12/2023).
Ia mengungkapkan, jika kondisi tidak parah, anak tidak perlu menjalani rawat inap di rumah sakit. Ada pula anak yang hanya perlu rawat jalan dengan meminum obat secara teratur.
“Anaknya cukup baik kondisi klinisnya sehingga masih bisa beraktivitas seperti biasa, makanya sebagian besar kasusnya bisa dilakukan rawat jalan, pemberian obatnya secara minum, dan anaknya bisa sembuh sendiri,” jelasnya.
Baca juga: KRONOLOGI Kiki Fatmala Idap Kanker Paru-paru Stadium 4, Suami Pontang-panting Cari Dokter
Sementara itu, Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Prof. Erlina Burhan mengungkapkan, pneumonia akibat bakteri mycoplasma sebenarnya bukanlah penyakit baru.
Bakteri penyebab peradangan akut pada paru ini telah ditemukan dari lama, bahkan sejak periode 1930-an.

Namun belakangan, penyakit ini menjadi perhatian dan kewaspadaan dunia.
Sebab, bakteri mycoplasma pneumoniae diduga telah menyebabkan kenaikan kasus pneumonia di China Utara dan Eropa yang mayoritas menyerang anak-anak.
Karena bukan penyakit baru, pengobatan untuk mycoplasma pneumoniae tidak susah dicari. Obat dapat ditemukan di Puskesmas dan dapat diperoleh menggunakan BPJS.
Sumber: Kompas.com
Pekerjaan Rusli, Pria di Sulsel Nikahi 2 Wanita dengan Mahar Rp90 Juta Semua, Baru Pulang dari Cina |
![]() |
---|
Momen Bahlil Mencolek Paha CEO Danantara Saat Prabowo Bicara Kerugian Negara yang Ditaksir Rp 300 T |
![]() |
---|
Kyai Hannan Tak Putus Baca Al Kahfi saat Anak Terjebak Reruntuhan Al Khoziny, 2 Kali Alami Keajaiban |
![]() |
---|
Anak Terjebak Reruntuhan Ponpes, Kyai Hannan Berani Doa Minta Bayaran Atas Ibadah: Selamatkan Anakku |
![]() |
---|
Detik-detik Duel Maut Pria vs King Kobra di Sukabumi, Nyawa Petani Terenggut, Raja Ular Mati Tragis |
![]() |
---|