Breaking News:

Berita Viral

Tak Perlu Panik, Kasus Infeksi Mycoplasma Pneumoniae Tingkat Fatalitas Lebih Rendah dari Covid-19

Tingkat fatalitas dan keparahan akibat bakteri mycoplasma pneumoniae lebih rendah dibandingkan tingkat fatalitas karena Covid-19.

Editor: Sinta Manila
SHUTTERSTOCK/Kateryna Kon
Pneumonia terdiri dari empat tahap perkembangan infeksi, yaitu kongesti, hepatisasi merah, hepatisasi abu-abu, dan resolusi. 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Mycoplasma pneumoniae menjadi momok baru di kalangan masyarakat belakangan ini.

Pada beberapa negara kasus mycoplasma pneumoniae juga banyak ditemukan, bahkan di Tiongkok terjadi lonjakan.

Kasus mycoplasma pneumoniae pada anak-anak mencapai 'tingkat epidemi' di Denmark.

Baca juga: 6 Anak Indonesia Terinfeksi Mycoplasma Pneumoniae, Gejalanya Batuk, Ingusan, Hingga Sesak Ringan

Dokter Spesialis Anak di RS Cipto Mangunkusumo dr. Nastiti Kaswandani menegaskan, tingkat fatalitas dan keparahan akibat bakteri mycoplasma pneumoniae lebih rendah dibandingkan tingkat fatalitas karena Covid-19.

Karena itu, pneumonia akibat bakteri mycoplasma sering disebut sebagai walking pneumonia.

Sebab, gejala mycoplasma pneumoniae cenderung ringan sehingga pasien tidak perlu menjalani rawat inap di rumah sakit dan cukup melakukan rawat jalan.

Baca juga: Mirip Awal Mula Corona, Lonjakan Penyakit Pneumonia Misterius Sindrom Paru-paru Putih di Tiongkok

Pneumonia terdiri dari empat tahap perkembangan infeksi, yaitu kongesti, hepatisasi merah, hepatisasi abu-abu, dan resolusi.
Pneumonia terdiri dari empat tahap perkembangan infeksi, yaitu kongesti, hepatisasi merah, hepatisasi abu-abu, dan resolusi. (SHUTTERSTOCK/Kateryna Kon)

“Apabila dibandingkan dengan Covid-19, tingkat keparahan maupun mortalitas (kematian) akibat mycoplasma pneumoniae cenderung lebih rendah hanya 0,5 sampai 2 persen.

Itu pun pada mereka dengan komorbiditas,” kata dr. Nastiti dikutip dari siaran pers, Kamis (7/12/2023).

Ia mengungkapkan, jika kondisi tidak parah, anak tidak perlu menjalani rawat inap di rumah sakit. Ada pula anak yang hanya perlu rawat jalan dengan meminum obat secara teratur.

“Anaknya cukup baik kondisi klinisnya sehingga masih bisa beraktivitas seperti biasa, makanya sebagian besar kasusnya bisa dilakukan rawat jalan, pemberian obatnya secara minum, dan anaknya bisa sembuh sendiri,” jelasnya.

Baca juga: KRONOLOGI Kiki Fatmala Idap Kanker Paru-paru Stadium 4, Suami Pontang-panting Cari Dokter

Sementara itu, Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Prof. Erlina Burhan mengungkapkan, pneumonia akibat bakteri mycoplasma sebenarnya bukanlah penyakit baru.

Bakteri penyebab peradangan akut pada paru ini telah ditemukan dari lama, bahkan sejak periode 1930-an.

Ilustrasi anak balita pakai masker
Ilustrasi anak balita pakai masker (focus Taiwan)

Namun belakangan, penyakit ini menjadi perhatian dan kewaspadaan dunia.

Sebab, bakteri mycoplasma pneumoniae diduga telah menyebabkan kenaikan kasus pneumonia di China Utara dan Eropa yang mayoritas menyerang anak-anak.

Karena bukan penyakit baru, pengobatan untuk mycoplasma pneumoniae tidak susah dicari. Obat dapat ditemukan di Puskesmas dan dapat diperoleh menggunakan BPJS.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Tags:
mycoplasma pneumoniaeinfeksiPneumonia
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved