Breaking News:

Tangisan Tentara Israel, Disuruh Rela Mati Lawan Hamas Tapi Tak Dibayar Sepeser Pun, Anak Kelaparan

Para tentara mengeluh bahwa mereka tidak dibayar atas perjuangan dan nyawanya, sedangkan anak dan keluarganya kelaparan di rumah.

Editor: Sinta Manila
Miriam Alster/FLASH90/i24news
MENANGIS - FOTO FILE Seorang tentara Israel dari Brigade Golani (pasukan infanteri IDF) menangis saat menghadiri pemakaman Komandannya, Max Steinberg, pada 23 Juli 2014. 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Dituntut rela mati untuk perang di jalur Gaza melawan Hamas, rupanya ada fakta pedih yang diterima tentara Israel.

Para tentara mengeluh bahwa mereka tidak dibayar atas perjuangan dan nyawanya, sedangkan anak dan keluarganya kelaparan di rumah.

Kemarahan para tentara Israel ini diungkap oleh Lior Moshayev di Knesset.

Baca juga: Sosok Jenderal Top Iran, Sayyed Razi Mousavi, Terbunuh Rudal Israel Selepas Pulang Kerja di Kedutaan

Para tentara cadangan Israel menyatakan kemarahannya di Knesset setelah mereka terlibat dalam perang di Jalur Gaza dan kurangnya bantuan dari pemerintah.

Seorang tentara Israel, Lior Moshayev, menangis di depan Komite Keuangan Israel di Knesset, yang dihadiri oleh tentara cadangan Israel.

Lior Moshayev adalah tentara yang bertugas di Brigade Golani, pasukan elit Israel yang baru-baru ini ditarik dari Jalur Gaza setelah menderita kerugian besar.

Baca juga: Israel Tak Jadi Bangkrut, Intel Resmi Salurkan Dana Sebesar Rp 385 Triliun, Perluas Perusahaan Chip

"Kami berjuang atas nama Anda di Gaza. Semua bisnis kami telah runtuh.

Saya tidak punya uang untuk membeli susu untuk putri saya. Kulkas saya kosong!” kata Lior Moshayev, menggambarkan keluarganya yang mengalami krisis pangan, dikutip dari Sky News, Rabu (27/12/2023).

Ilustrasi Pasukan Israel.
Ilustrasi Pasukan Israel. (Istimewa)

Dalam pidatonya di Knesset, Lior Moshayev bercerita, dia dan saudaranya direkrut oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Baca juga: 6 Warga Gaza Tewas di Kamp Pengungsi Nur Shams, karena Serangan Israel Ada Penembak Jitu di Atap

Dia berada di Brigade Golani di Jalur Gaza dan saudaranya berada di Israel utara, yang melawan peluru dan rudal Hizbullah di Lebanon.

"Kami tidak berpikir dua kali ketika kami direkrut pada hari pertama. Kami meninggalkan keluarga dan pekerjaan kami lalu pergi," katanya.

Lior Moshayev mengatakan ia mungkin akan dikirim ke Gaza lagi.

"Saya bertempur di Shujaiya beberapa hari yang lalu dan sepertinya saya akan (dikirim) ke sana lagi," katanya.

Ketika ia menceritakan keruntuhan bisnisnya, ia menggambarkan situasinya sebagai sebuah bencana.

"Ketika saya pergi keluar, saya tidak tahu bagaimana membiayai hari saya. Saya takut membayar susu untuk putri saya dengan kartu kredit dan kulkas kami kosong,” tambahnya.

Tentara berduka saat upacara pemakaman Sersan Staf tentara Israel Aschalwu Sama, di Petah Tikva, pada 3 Desember 2023, setelah dia terbunuh dalam pertempuran di Jalur Gaza di tengah pertempuran yang berkelanjutan antara Israel dan kelompok militan Hamas. -- Sejumlah tentara Israel dihantui oleh gangguan psikologis setelah mundur dari perang.
Tentara berduka saat upacara pemakaman Sersan Staf tentara Israel Aschalwu Sama, di Petah Tikva, pada 3 Desember 2023, setelah dia terbunuh dalam pertempuran di Jalur Gaza di tengah pertempuran yang berkelanjutan antara Israel dan kelompok militan Hamas. -- Sejumlah tentara Israel dihantui oleh gangguan psikologis setelah mundur dari perang. (Tomer APPELBAUM / AFP)
Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Tags:
IsraeltentaraHamasGaza
Berita Terkait
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved