Breaking News:

Palestina vs Israel

Bukti Baru Kebrutalan Israel pada Sandra Palestina: Dipukuli, Dilecehkan Seksualnya, Digigiti Anjing

Berikut bukti baru terkait aksi kebrutalan yang dilakukan tentara Israel terhadap para sandra Palestina.

Editor: Eri Ariyanto
Wartakota
Bukti baru kebrutalan Israel pada sandra Palestina 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Berikut bukti baru terkait aksi kebrutalan yang dilakukan tentara Israel terhadap para sandra Palestina.

Ternyata tentara Israel melakukan tindak kriminal kepada sandra Palestina seperti memukul, melecehkan seksualnya hingga menyiksa mereka dengan anjing.

Tindak kriminal yang dilakukan tentara Israel itu disampaikan oleh Badan PBB yang menangani para pengungsi Palestina, UNRWA.

Perlakuan buruk dialami para warga Palestina yang ditahan di Penjara Israel.
Perlakuan buruk dialami para warga Palestina yang ditahan di Penjara Israel.

Baca juga: Miliki Bayi Kembar setelah 10 Tahun Menanti, Ibu Ini Sedih 2 Anaknya Meninggal dalam Serangan Israel

Berbagai bentuk penyiksaan itu tercantum dalam laporan internal PBB yang dikompilasi oleh UNRWA.

Laporan tersebut kebanyakan didasarkan pada hasil wawancara dengan para tahanan Palestina yang telah dibebaskan di persimpangan Kerem Shalom sejak Desember 2023.

Dikutip dari The Guardian, dalam laporan itu disebutkan bahwa ada lebih dari 1.000 tahanan yang telah dibebaskan sejak penghujung tahun lalu.

Diperkirakan ada lebih dari 4.000 orang yang terdiri atas pria, wanita, dan anak-anak di Gaza yang ditangkap sejak perang meletus tanggal 7 Oktober 2023.

Di sisi lain, Israel membantah semua klaim kekerasan dalam laporan itu dan menyebutnya sebagai propaganda yang terinspirasi oleh Hamas.

Laporan UNRWA menyebutkan bahwa sejumlah stafnya juga ditahan Israel saat sedang membantu warga Palestina. Para staf itu juga menjadi sasaran tindak pelecehan oleh Israel.

Disebutkan bahwa Israel melakukan tindak kekerasan agar bisa mendapat informasi dari para tahanan.

UNRWA berujar dari 1.002 tahan yang dibebaskan sejak Desember 2023 di Kerem Shalom, terdapat 29 anak-anak, 80 wanita, dan 21 staf UNRWA.

Bukti baru kebrutalan Israel pada sandra Palestina
Bukti baru kebrutalan Israel pada sandra Palestina (Wartakota)

“Para tahanan dilaporkan dibawa dengan truk ke ‘barak-barak militer’ sementara yang berukuran besar, masing-masing berisi 100 hingga 200 orang, di sana mereka ditahan, seringkali selama berminggu-minggu dalam satu waktu, di antara masa-masa interogasi di lokasi terdekat,” demikian pernyataan dalam laporan UNRWA.

UNRWA mengklaim pelecehan terparah terjadi di pusat penahanan dan interogasi sebelum para tahanan dibawa ke penjara Israel.

Adapun undang-undang yang disahkan oleh parlemen Israel sejak perang Israel-Hamas meletus memungkinkan dinas keamanan Israel menahan para tahanan selama 180 hari tanpa memberi mereka akses terhadap bantuan pengacara.

“Metode perlakuan kejam yang dilakukan meliputi pukulan fisik, pemaksaan [tubuh tahanan] dalam posisi stres dalam jangka lama, ancaman kekerasan terhadap tahanan dan keluarga mereka, serangan dengan anjing, dan pelecehan terhadap kehormatan pribadi dan penghinaan, misalnya diminta berperilaku seperti hewan, atau dikencingi, penggunaan musik keras dan kebisingan, kurang air, makanan, tidur, dan toilet,” kata UNRWA.

Di samping itu, para tahanan juga dilarang menggunakan hak mereka untuk beribadah.

“Pukulan-pukulan itu, termasuk pukulan benda tumpuk pada kepala, pundak, ginjal, leher, dan kaki dengan batang logam dan bagian belakang senjata api dan sepatu bot, dalam beberapa kasus menyebabkan tulang rusuk patah, bahu terpisah, dan cedera permanen,” kata laporan itu.

“Ketika berada di luar lokasi, beberapa orang dilaporkan dipaksa masuk ke dalam kandang dan diserang oleh anjing.”

Sejumlah orang, termasuk seorang anak, memperlihatkan luka gigitan anjing ketika mereka dibebaskan dari tahanan.

Dugaan penyiksaan itu belum bisa diverifikasi secara independen. Namun, dugaan itu sejalan dengan keterangan yang diberikan kepada The Guardian dan keterangan yang dikumpulkan oleh organisasi hak asasi manusia.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membantah semua dugaan penyiksaan itu.

“Perlakuan buruk terhadap para tahanan saat mereka ditahan atau saat diinterogasi melanggar nilai-nilai IDF dan bertentangan dengan perintah IDF sehingga dilarang sepenuhnya,” kata IDF dalam pernyataanya kepada The Guardian.

Kabar Gaza Terkini

Setidaknya 124 warga Palestina tewas dan 210 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir karena serangan Israel di Gaza.

“Israel melakukan 13 pembunuhan terhadap keluarga-keluarga di Jalur Gaza, menyebabkan 124 orang mati syahid dan 210 lainnya terluka selama 24 jam,” kata Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Senin, (4/3/2024), dikutip dari Anadolu Agency.

“Banyak yang masih terjebak di bawah puing-puing dan di jalanan karena tim penyelamat tidak bisa menjangkau mereka.”

Israel terus menggempur Gaza meski Mahkamah Internasional sudah mengeluarkan keputusan yang isinya meminta Israel untuk mencegah genosida di wilayah itu.

Kini sudah ada lebih dari 30.500 warga Palestina yang tewas karena serangan Israel. Sebagian besar di antara mereka adalah wanita dan anak-anak.

Adapun korban luka dilaporkan mencapai 71.920 orang.

Perang di Gaza membuat 85 persen warga Gaza terpaksa menjadi pengungsi. Mereka mengalami kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan.

Menurut PBB, sebanyak 60 persen infrastruktur di Gaza telah rusak atu dihancurkan.

Menteri Keuangan Israel dan pemimpin Partai Religius Zionis Bezalel Smotrich menghadiri pertemuan di parlemen, Knesset, di Yerusalem pada 20 Maret 2023. -- Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich membuat blunder setelah membuat komentar tentang sandera Hamas bukanlah hal yang penting.
Menteri Keuangan Israel dan pemimpin Partai Religius Zionis Bezalel Smotrich menghadiri pertemuan di parlemen, Knesset, di Yerusalem pada 20 Maret 2023. -- Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich membuat blunder setelah membuat komentar tentang sandera Hamas bukanlah hal yang penting. (GIL COHEN-MAGEN / AFP)

Ucapan Blunder Menteri Keuangan Israel Picu Amarah Keluarga Tawanan, Sebut Sandera Bukan Hal Penting

Pada Selasa (20/2/2024), keluarga sandera melakukan protes di Tel Aviv.

Semua dipicu karena ucapan dari Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich melakukan blunder.

Di depan wartawan, Menteri Keuangan Israel keceplosan mengatakan bahwa soal 134 tawanan yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza, bukan hal penting.

Baca juga: Brigade Al-Qassam Sukses Targetkan Tentara Israel yang Duduki Barat Khan Younis dengan Rudal SAM-7

Dalam sebuah wawancara, Smotrich diminta pandangannya tentang pemulangan 134 tawanan yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.

Mengejutkannya, menteri sayap kanan Israel tersebut malah menyebut pemulangan sandera bukanlah hal yang penting.

"Tidak. Itu bukan hal yang paling penting," kata Smotrich, dikutip dari Times of Israel.

"Mengapa menjadikannya sebuah kompetisi? Mengapa hal itu begitu penting saat ini?" tanya dia.

Saat ini, kata Smotrich, melenyapkan Hamas merupakan tujuan utama dari pemerintah Israel.

Baca juga: Bak Kena Prank, Israel Klaim Yahya Sinwar Hilang Kontak, Hamas: Masih Menjalankan Tugasnya!

"Kita perlu menghancurkan Hamas. Itu sangat penting," tegas Smotrich.

Smotrich juga mengecam mereka yang menyerukan kesepakatan yang akan memulangkan para sandera "dengan harga berapa pun".

"'Dengan harga berapa pun' adalah sebuah masalah. Kami harus mengembalikan para sandera dan kami harus memberikan tekanan pada Hamas," ujar Smotrich.

Ucapan Smotrich ini langsung mendapat tanggapan dari keluarga para sandera.

Para keluarga sandera melakukan aksi protes dengan memblokir beberapa jalan utama di luar Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv.

Baca juga: AS Diduga akan Kirim Amunisi Senjata dan Bom untuk Israel Secara Diam-diam, Berdalih Situasi Darurat

Mereka menyerukan kepada masyarakat umum untuk datang dan bergabung dengan mereka dalam "protes kemarahan" terhadap pemerintah.

"Smotrich, biarkan mereka mengambil anak-anakmu dan saya akan berdiri di jalan dan berteriak, 'Itu bukan hal yang paling penting'," kata Eli Albag, yang putrinya masih disandera oleh Hamas.

Keluarga para sandera Israel menyerbu rapat Knesset pada Senin (22/1/2024). Mereka menuntut pemerintah Israel berbuat lebih banyak untuk segera membuat kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas di Jalur Gaza.
Keluarga para sandera Israel menyerbu rapat Knesset pada Senin (22/1/2024). Mereka menuntut pemerintah Israel berbuat lebih banyak untuk segera membuat kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas di Jalur Gaza. (x)

"Saya katakan kepada orang-orang Israel, siapa pun yang menganggap sandera tidak penting, biarkan mereka menyandera anak-anak Anda, baru Anda dapat berbicara."

"Karena kami telah menderita selama 137 hari, setiap hari, setiap menit. Kami tidak tidur di malam hari," teriaknya.

Ancaman Israel ke Hamas

Seorang anggota kabinet perang Israel mengancam akan melakukan serangan ke Rafah bila Hamas tidak melepaskan sandera yang tersisa pada awal bulan Ramadhan.

"Dunia harus tahu, dan para pemimpin Hamas harus tahu – jika pada bulan Ramadhan para sandera kita tidak ada di rumah, pertempuran akan berlanjut di mana-mana, termasuk wilayah Rafah," kata Menteri Kabinet Perang Israel, Benny Gantz, dikutip dari The Guardian.

Ancaman Gantz bahwa Israel tidak akan memperlambat atau menghentikan operasinya di Gaza muncul di tengah terhentinya perundingan yang bertujuan untuk gencatan senjata dan pertukaran tahanan dan sandera.

Serangan besar-besaran di Rafah, yang dikhawatirkan oleh para pemimpin dunia dapat menyebabkan bencana kemanusiaan, selama bulan Ramadhan juga dapat menjadi pemicu kekerasan lebih lanjut di Israel, wilayah pendudukan Palestina, dan wilayah yang lebih luas.

Pasukan Israel (Kiri) dan pasukan Hamas (kanan)
Pasukan Israel (Kiri) dan pasukan Hamas (kanan) (Kolase Istimewa)

Milisi yang didukung Iran di Irak, Suriah dan Lebanon telah terlibat dalam konflik tersebut.

Masa puasa seringkali menegangkan di Yerusalem.

Bentrokan di bulan Ramadhan mengenai akses ke Temple Mount, atau al-Haram al-Sherif, situs tersuci dalam Yudaisme dan tersuci ketiga dalam Islam, telah turut memicu perang di masa lalu.

Para pemimpin agama dan politik Arab pada hari Senin bereaksi dengan kemarahan terhadap berita bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah menerima rekomendasi dari menteri keamanan nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, untuk membatasi akses ke tempat suci bagi warga Palestina selama Ramadhan.

Tidak seperti biasanya, pembatasan tahun ini juga akan meluas ke minoritas Muslim Israel, yang berjumlah sekitar 18 persen dari populasi.

"Keputusan Netanyahu (merupakan) pukulan telak terhadap kebebasan beragama. Pria tersebut ditawan oleh terpidana teroris Ben-Gvir atas keruntuhan 7 Oktober," kata pemimpin partai Arab Taal yang beraliran kiri di Knesset, Ahmad Tibi.

"Ini adalah pemerintahan para pyromaniac. Waktunya telah tiba bagi Presiden Biden untuk menjatuhkan sanksi terhadap Ben-Gvir," tambahnya.

Diolah dari berita tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews.com
Tags:
PalestinaIsraelPBBpengungsiUNRWA
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved