Breaking News:

Kisah Penjual Kue Keliling Jadi Konglomerat, Harta Rp19Triliun, Dulu Sulit Cari Air Kini Punya Hotel

Dulu hidup susah sebagai penjual kue keliling, pria ini kini menjadi konglomerat ternama di Indonesia dengan total kekayaan mencapai Rp19 triliun.

Penulis: Dika Pradana
Editor: Dika Pradana
Edit by Tribunnewsmaker / YouTube Ciputra Way
Dulu penjual kue, kini berhasil jadi konglomerat, bisnis propertinya menjamur di Indonesia 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Dulu hidup susah sebagai penjual kue keliling, pria ini kini menjadi konglomerat ternama di Indonesia dengan total kekayaan mencapai Rp19 triliun.

Semasa kecilnya, dia membantu sang ibu berjualan kue demi menopang perekonomian keluarga.

Tak banyak yang tahu bahwa pria ini dulunya pernah tinggal di sebuah desa yang tergolong miskin.

Baca juga: Dulu Sopir Angkot, Pria Ini Sekarang Jadi Konglomerat, Hartanya Rp800 Triliun, Intip Ladang Cuannya!

Saking miskinnya pada waktu itu, warga setempat termasuk dirinya kesulitan untuk mencari air bersih.

Hidupnya semakin merana saat ditinggal pergi oleh sang ayah selamanya.

Meski demikian, hal tersebut justru semakin melecut semangatnya untuk terbebas dari belenggu kemiskinan.

Kerja kerasnya pun kini telah terbukti berhasil dan membuatnya memiliki sejumlah bisnis properti.

Kini dirinya terkenal sebagai taipan properti di Indonesia dengan sejumlah aset seperti real estate, perumahan, hotel, lapangan golf, dan masih banyak lagi.

Lantas, siapakah sosok pria yang dimaksud?

Dulu penjual kue, kini berhasil jadi konglomerat, bisnis propertinya menjamur di Indonesia
Dulu penjual kue, kini berhasil jadi konglomerat, bisnis propertinya menjamur di Indonesia (Edit by Tribunnewsmaker / YouTube Ciputra Way)

Dia adalah Ciputra, pemilik grup bisnis terkenal bernama Ciputra Group yang membawahi sejumlah perusahaan besar di Indonesia.

Diketahui, konglomerat yang satu ini dulu tinggal di sebuah desa terpencil di Sulawesi. Di tanah asalnya, Ciputra kehilangan ayah tercinta.

Berdasarkan pengakuannya dalam video di channel Kompas TV yang diunggah pada 21 Agustus 2018, Ciputra mengaku, ayahnya ditangkap oleh polisi Jepang.

Kemudian, nyawa sang ayah pun meninggal di dalam penjara.

Baca juga: 7 Ide Bisnis Modal HP, Cuan Puluhan Juta, No 5 Bisa Sambil Rebahan, Cepat Kaya Bak Rachel Vennya

Raffles Jakarta Hotel asetnya dimiliki oleh keluarga Ciputra
Raffles Jakarta Hotel asetnya dimiliki oleh keluarga Ciputra (Raffles Jakarta Hotel)

"Ayah saya ditangkap oleh polisi Jepang, diseret mati di penjara sehingga saya kehilangan ayah," katanya.

Hidup tanpa ayah, Ciputra pun harus menelan kesulitan. Terlebih, daerah tempat tinggalnya serba terbatas.

Untuk bisa mendapatkan air minum sulit bagi Ciputra. Tak hanya itu, ia di tempat tinggalnya bahkan tak ada aliran listrik.

Jalan di kawasannya bahkan tak diaspal. Hal itu pun membuat Ciputra bertekad dan bercita-cita menjadi seorang arsitek.

"Waktu saya berpikir untuk mengatasi kemelaratan saya yang saya tinggal di satu desa kecil, tanpa air minum, tanpa jalan aspal, tanpa listrik, saya bilang saya harus menjadi arsitek," katanya.

Setelah lulus SMA, Ciputra pun melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi untuk mencapai cita-citanya.

Ia merantau ke Kota Bandung mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung.

"Saya ke ITB Bandung, saya punya cita-cita untuk jadi arsitek," kata Ciputra.

Baca juga: 7 Strategi Jitu Berdagang Ala Konglomerat Tionghoa, Wajib Dicontek, Dijamin Banjir Cuan: Cepat Tajir

Dulu penjual kue, kini berhasil jadi konglomerat, bisnis propertinya menjamur di Indonesia
Dulu penjual kue, kini berhasil jadi konglomerat, bisnis propertinya menjamur di Indonesia (Ciputra)

Bisa sekolah di perguruan tinggi negeri ternama, Ciputra pun sambil bekerja untuk mendapatkan uang.

Ia memanfaatkan keahliannya untuk membuka biro rrsitek di Bandung.

"Waktu saya di ITB karena tidak punya uang dari orangtua saya bekerja sebagai kontraktor dan arsitek dan kemudian bikin biro arsitek di Bandung," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Ciputra memang disebut sempat mendirikan bisnis konsultan arsitektur bangunan bersama Budi Brasali dan Ismail Sofyan.

Memulai usaha sebagai konsultan, ia bermodalkan kantor di dalam sebuah garasi.

Pada akhirnya, setelah lulus menjadi seorang insinyur, Ciputra pun memilih berkarier di Jakarta.

Ia berhasil berkarir di bidang bisnis properti.

Ciputra sukses bekerja di Jaya Group, lalu mendirikan perusahaan bernama Metropolitan Group.

Selain itu, ia juga mendirikan bisnis keluarga, yakni Ciputra Group.

Terlilit Banyak Utang

Pada 1998, tiga perusahaan yang dikelolanya terpuruk akibat krisis ekonomi.

Mulai dari perusahaan keluarganya Ciputra Group, hingga dua perusahaan lainnya, yakni Jaya Group dan Metropolitan Group.

Masih dilansir dari video Kompas TV, ada tiga hal yang paling menyedihkan kala itu, yakni nasib karyawan, nasib pelanggan, hingga tak sanggup bayar utang ke bank.

"Yang paling sedih adalah tiga hal. Pertama adalah karyawan kita, sudah enggak ada pekerjaan. Kedua, customer kita, kita tak bisa deliver. Ketiga utang ke bank, kita sudah tak mampu bayar," ujar Ciputra.

Untuk mengatasi masalah itu, Ciputra pun merasa harus bertanggung jawab.

Akhirnya, karyawannya ditanya satu per satu apakah akan mengundurkan diri atau tidak.

"Satu per satu kita tanya mereka siapa yang ingin mengundurkan diri silakan, kita apa adanya kita berikan," katanya.

Selain itu, momen sedih lain yang diceritakannya, yakni ketika karyawannya menangis.

Dulu penjual kue, kini berhasil jadi konglomerat, bisnis propertinya menjamur di Indonesia
Dulu penjual kue, kini berhasil jadi konglomerat, bisnis propertinya menjamur di Indonesia (NET)

Ia mengaku, karyawannya kala itu sampai menangis karena tak bisa mengembalikan uang muka ke pembeli dan menjalankan bisnisnya ke pembeli.

"Pembeli, kita sudah terima uang down payment, tapi kita tak bisa kembalikan, itu sangat menyedihkan sekali. Karyawan saya nangis, utang saya gak bisa bayar, tidak bisa deliver," katanya.

Namun, kala itu pihaknya harus memenuhi syarat yang dipenuhi bahwa utang harus dibayar.

Akhirnya, Ciputra pun turun tangan untuk menyelamatkan perusahaannya.

Kepada pembeli, ia kemudian berunding untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Ia pun harus merelakan tanah hingga rumah untuk mengurus masalah dengan pembeli.

"Saya lantas berunding dengan pembeli. begini deh 'saya punya tanah, saya sudah terima uang sekian, you ambil tanah, you ambil rumah dua rumah'," katanya.

Tak hanya pada pembeli, Ciputra pun turun tangan berunding dengan pihak bank terkait utangnya.

Sejak krisis ekonomi itu, perundingan dengan pihak bank baru selesai pada 2004.

Hal yang disyukurinya kala itu adalah pihak bank tak sampai membawa permasalahannya ke pengadilan.

"Sampai 2004 baru selesai perundingan dengan bank. Kami sangat bersyukur tak ada satu bank bawa kami ke pengadilan, itu sangat bersyukur," kata Ciputra.

Kini, sosok Ciputra pun sudah tiada. Ia meninggal di Singapura pada 27 November 2019.

Meski telah tiada, namanya pun terkenal sebagai taipan properti di Indonesia.

(TribunNewsmaker.com/Dika Pradana)

Tags:
penjualberita viral hari inikuekonglomerathartaCiputraProperti
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved