Kabupaten Klaten
Mitos Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten, Sumber Airnya Disebut Dijadikan Air Kemasan Terkenal
Inilah mitos Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten, sumber airnya sisebut dijadikan air kemasan terkenal, benarkah?
Editor: Talitha Desena
Inilah mitos Umbul Sigedang-Kapilaler di Klaten, sumber airnya sisebut dijadikan air kemasan terkenal, benarkah?
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Umbul Sigedhang-Kapilaler adalah sebuah sumber mata air yang terletak di daerah perbatasan Kabupaten Magelang dan Temanggung, Jawa Tengah.
Air dari umbul ini dikenal dengan kejernihannya yang luar biasa dan digunakan oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari.
Namun, ada mitos yang berkembang di kalangan warga setempat mengenai asal-usul air dari umbul ini, yakni bahwa sumber airnya dijadikan air Aqua kemasan.
Mitos ini dipercaya oleh sebagian orang, meskipun belum diketahui kebenarannya.
Terlepas dari cerita tersebut, Umbul Sigedhang-Kapilaler tetap menjadi tempat yang dihormati dan diyakini memiliki kekuatan alam yang luar biasa oleh masyarakat setempat.
Baca juga: Nikmatnya Ayam Panggang Mbah Dinem, Kuliner Khas Klaten Langganan Pejabat, Bisa untuk Oleh-oleh
Umbul Sigedhang
Bila sendang di Umbul Kapilaler berbentuk lingkaran dengan diamater sekitar 20 meter, maka di sebelahnya, masih dalam satu komplek, ada umbul lain dengan kolam berbentuk persegi memanjang yang disebut Umbul Sigedhang.
Menurut keterangan yang tertulis di sana, dahulu di sekitar umbul ini terdapat banyak pohon pisang. Itulah yang menjadi asal-usul penamaan Sigedhang dari kata gedhang yang dalam bahasa Jawa yang berarti pisang.
Konon, pada tahun 1980-an, ada banyak arca yang ditemukan di sekitar ini.
Arca-arca tersebut diperkirakan berasal dari Kerajaan Mataram Kuno yang saat itu bercorak Hindu-Budha, menandakan arti penting mata air ini sejak dahulu.
Ketika dimanfaatkan kembali oleh masyarakat, Umbul Sigedhang hanya digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian.
Baca juga: Desa Wisata Pembuatan Wayang Kulit di Klaten, Tempat Wisata Edukatif Saat Libur Lebaran 2025

Namun, berkat inisiatif relawan desa yang menyadari bahwa air dari umbul ini sangat jernih dan istimewa, maka Umbul Sigedhang dibersihkan dan dikembangkan menjadi destinasi wisata yang menarik.
Kini, pengunjung bisa menikmati kesegaran airnya sambil merasakan suasana pedesaan yang asri dan tenang.
Umbul Kapilaler dan Umbul Sigedhang adalah sebagian dari puluhan umbul atau mata air yang ditemukan di Klaten. Saat ini kebanyakan umbul-umbul tersebut digunakan sebagai tempat wisata karena kelimpahan dan kejernihan airnya.
Dengan hanya membayar Rp 10.000 per orang, pengunjung sudah bisa menikmati kedua umbul, yaitu Sigedhang dan Kapilaler.
Harga ini berlaku baik pada hari kerja maupun akhir pekan, sehingga siapa pun bisa menikmati keindahan alam ini tanpa perlu mengeluarkan biaya besar.
Sambil menikati umbul, di dalamnya juga ada warung yang menyediakan berbagai makanan, termasuk tempe goreng, tahu, bakwan dan lainnya, beserta kopi atau teh yang cocok dinikmati setelah berendam di air umbul yang dingin.
Fasilitas seperti toilet serta ruang bilas dan ruang ganti juga disediakan.
Umbul Sigedhang-Kapilaler buka setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 17.00 WIB.
Waktu ini cukup ideal untuk menikmati kesegaran air di pagi hari atau bersantai di sore hari sambil menikmati pemandangan alam sekitar.
Di samping suasana pedesaan yang alami, yang membedakan, tidak seperti kolam renang buatan di kota, air yang muncul di umbul-umbul ini adalah air murni, tidak ada campuran kaporit atau bahan kimia lain, sehingga jauh lebih segar dan tidak pedih di mata.
Baca juga: Cuma 44 Menit dari Ponggok Klaten, Ada Wisata Alam Sejuk View Gunung & Sunset, Buat Libur Lebaran

Pemahaman dan Mitos Salah Soal Berenang di Air Aqua
Kejernihan air dan kesegarannya, ditambah dengan lokasinya yang bersebelahan dengan sumur arteri milik Aqua, meski berbatas tembok.
Sehingga sering disalahartikan oleh pengunjung bahwa mereka berenang di sumber mata air Aqua.
Padahal baik Sigedhang, Kapilaler, maupun sumber Aqua ketiganya berbeda.
"Kalau Sigedhang dan Kapilaler itu mata air, sedangkan yang digunakan aqua adalah air tanah dalam tertekan, dengan kedalaman sekitar 50-70 meter, sehingga mineralnya juga beda,
Dengan kata lain, meski bersebelahan yang dipakai Aqua adalah air tanah dalam, sedangkan yang dipakai wisata adalah spring, atau mata air permukaan," jelas Rama Zakaria, Stakeholder Relation Manager Aqua Klaten, Kamis (20/2/025).
Hal ini diperkuat dengan penelitian Profesor Heru Hendrayana, Senior Hydrogeologist di bidang Teknik dan Manajemen Sumber Daya Air Tanah dan pengajar di Jurusan Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Berdasarkan penelusuran menggunakan berbagai metode, air yang muncul sebagai umbul dan mata air di Klaten berasal dari daerah resapan atau recharge area di lereng timur Merapi, di ketinggian sekitar 1300 meter di atas permukaan laut.
"Namun jalurnya berbeda-beda, ada yang di dekat permukaan, ada juga yang di kedalaman.
Masing-masing aliran dibatasi oleh batuan impermiable atau lapisan kedap air," ujar Profesor Heru.
Dalam penelitiannya, Heru menemukan bahwa air yang meresap di wilayah lereng Merapi, tepatnya di sekitar Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatana Tamansari, akan membentuk air tanah dalam dan dangkal (dekat permukaan), tergantung batuan yang ada di bawahnya.
"Jadi di bawah itu ada beberapa lapis aliran air yang masing-masing dibatasi oleh lapisan impermiable (kedap air) sehingga alirannya tidak saling berhubungan,
Kadang-kadang dua sumber air yang berdekatan, belum tentu berasal dari kedalaman yang sama."
Mesi demikian, sebagian air limpahan dari sumur Aqua memang dialirkan ke Umbul Sigedhang. Tetapi hal ini ada alasannya.
Menurut Rama Zakaria, berdasarkan Surat Izin Pengusahaan Air Tanah (SIPA), sebelum tahun 2020, dari total ijin yang diberikan pemerintah, 10 persen --angka ini kemudian berubah menjadi 15 persen-- harus dikembalikan sebagai overflow ke perairan terbuka.
"Nah kalau di sini overflow itu dikembalikan pada masyarakat lewat Umbul Sigedhang. Jadi ada pipa dari sumur Aqua yang melimpahkan air ke umbul, jelas bukan berarti orang berenang di sumber Aqua."
Adapun sumur Aqua yang dipakai dalam produksi berada di area terlindung di Taman Keanekaragaman Hayati atau Taman Kehati.
Untuk memasuki taman tersebut, orang harus ijin jauh-jauh hari.
Selain itu tidak semua titik bisa dilihat, ada daerah yang tidak boleh dimasuki karena berkaitan dengan keamanan sumber air.
Ketika Kompas.com berkesempatan mengunjungi, kami harus melewati pintu gerbang yang tertutup, mencatatkan identitas dan keperluan, baru diantar untuk melihat taman. Itu belum sampai ke sumur arteri.
Bila akan ke sana, kita harus melewati jembatan gantung dengan pintu besi yang selalu digembok, dan hanya bisa dilalui 5 orang saja.
Setelah menyeberang, melewati jalan setapak, baru kita akan sampai ke sumur artesis. Di sini ada dua sumur, yang pertama airnya dialirkan ke desa setempat, sedangkan yang ke-dua dipakai dalam produksi Aqua.
Kedua sumur ini berasal dari mata air berbeda karena kedalamannya pun berbeda. Keduanya berjarak beberapa ratus meter dan masing-masing berada dalam rumah sumur yang terkunci rapat.
Nah, di antara keduanya, yang lebih sulit diakses adalah sumur produksi Aqua yang berada di ujung jalan setapak.
Rumah sumur artesis itu dipagari besi dan kawat berduri, dan dikunci, yang bisa membuka adalah security yang khusus ditugaskan di sana.
Kunci rumah sumur hanya dapat dibuka menggunakan kartu akses istimewa ditambah kunci security.
Saat terbuka, sirine akan berbunyi, menandakan pintu terbuka, mengingatkan kita pada instalasi militer yang rahasia.
Di dalamnya ada ruangan sangat bersih berlantai keramik putih. Di bagian tengah ruang ada pipa berdiamater 10 inci sedalam lebih dari 70 meter, yang disebut sumur artesis Aqua.
Bagian atas pipa tertutup kaca melengkung, lalu dilapisi penutup besi yang juga digembok.
Bila ingin melihat dalamnya, tutup besi harus dibuka dulu oleh petugas.
"Sumur artesis Aqua ini tidak menggunakan pompa, karena air sudah keluar sendiri ke permukaan, lalu dialirkan secara gravitasi ke pabrik,
Aqua mengambil sesuai dengan ijin yang diberikan pemerintah, namun sesuai peraturan, ada bagian yang dikembalikan ke alam, yakni lewat Umbul Sigedhang,
Nuansa inilah yang membuat Sigedhang seakan-akan dianggap sumber Aqua sehingga mereka menyebutnya mandi di air Aqua,
Padahal air dari Aqua hanya tambahan saja dari mata air yang sudah dimiliki Sigedhang sendiri," jelasnya.
Dan yang jelas, pengunjung tidak mungkin berenang di sumber Aqua, karena bentuknya berupa sumur artesis tertutup dan berada di bangunan dalam komplek tertutup yang untuk membukanya aja perlu ijin khusus dan usaha berlapis-lapis.
Sumber: Kompas.com
BNN Jateng Libatkan PKK Klaten untuk Cegah Narkoba dari Lingkup Keluarga |
![]() |
---|
Pemkab Klaten Raih Penais Award 2025, Bupati Hamenang: Terima Kasih untuk Penyuluh Agama |
![]() |
---|
Bupati Klaten Hamenang Datangi Murid SMP Viral Tak Sekolah Sepekan, Pastikan Hak Pendidikan Terjamin |
![]() |
---|
Petani Ringinputih Keluhkan Sawah Kekeringan, Bupati Klaten Hamenang Janji Cari Solusi |
![]() |
---|
Sepanjang Agustus, BPBD Klaten Drop Ratusan Ribu Liter Air Bersih untuk Warga Terdampak Kekeringan |
![]() |
---|