Ramadan 2025
Bagaimana Cara Qadha atau Bayar Utang Puasa Ramadhan yang Benar? Berikut Tata Cara dan Keutamaannya
Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai bacaan niat puasa qadha, tata cara, serta keutamaannya, simak di bawah ini.
Editor: Sinta Darmastri
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Setelah selesai melaksanakan puasa Ramadhan, ada golongan tertentu yang diperbolehkan tidak berpuasa, seperti orang sakit, musafir, wanita hamil atau menyusui, serta mereka yang sedang haid atau nifas.
Bagi golongan ini, mereka diwajibkan mengganti puasa yang terlewat, baik dengan cara qadha (mengganti puasa) maupun fidyah.
Jika Anda termasuk golongan yang perlu mengganti puasa Ramadhan, penting untuk mengetahui bacaan niat puasa qadha serta tata caranya agar puasa bisa dilaksanakan dengan sah dan sesuai ketentuan.
Puasa qadha ini bisa dilakukan di bulan Syawal atau kapan saja sebelum datangnya Ramadhan berikutnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 184, yang artinya:
“(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Lantas, bagaimana tata cara dan bacaan niat puasa Qadha Ramadhan?
Waktu puasa qadha Ramadhan
Puasa qadha Ramadhan bisa dilakukan mulai hari kedua bulan Syawal hingga sebelum datangnya puasa Ramadhan tahun berikutnya, kecuali ketika Hari Raya Idul Adha dan hari tasyriq.
Jumlah puasa yang dilaksanakan yaitu sejumlah puasa Ramadhan yang ditinggalkan.
Baca juga: Memasuki Bulan Syawal 1446 H: Mana yang Didahulukan, Puasa Qadha atau Puasa Syawal?
Tata Cara Puasa Qadha Ramadhan
- Niat puasa qadha Ramadhan
Nawaitu shouma ghadin ‘an qadhaai fardhi ramadhaana lillaahi ta’alaa
Artinya: “Aku niat puasa esok hari sebagai ganti fardhu Ramadhan karena Allah Ta’alaa.”
- Makan sahur
Umat Islam yang hendak puasa qadha dianjurkan untuk melaksanakan sahur agar tetap mendapatkan energi saat berpuasa.
Rasulullah SAW juga menganjurkan sahur dalam hadits riwayat Bukhari yang artinya:
“Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat keberkahan.”
- Melaksanakan puasa
Sama seperti puasa wajib Ramadhan, qadha Ramadhan juga dilaksanakan mulai adzah subuh sampai matahari tenggelam atau ketika adzan maghrib berkumandang.
Bukan hanya menahan lapar dan haus namun juga menahan hawa nafsu, mengerjakan ibadah wajib, melaksanakan amalan sunnah, dan menghindarkan diri dari perbuatan yang dapat menimbulkan dosa.
- Berbuka puasa
Mengutip Buku Sukses Dunia-Akhirat dengan Doa-doa Harian (2019) karya Mahmud Asy-Syafrowi via Kompas.com, saat adzan maghrib berkumandang dapat berbuka puasa dengan membaca doa:
“Dzahabazh zhomaa’u wabtallatil ‘uruuqu watstabatal ajru in syaa Allah.”
Artinya: “Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insyaaAllah.”
Selain doa di atas, dapat juga membaca doa berikut ini:
“Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa ‘ala rizqika afthortu.”
Artinya: “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, dan atas rezeki-Mu aku berbuka.”
Keutamaan puasa qadha Ramadhan
Menjalankan puasa qadha Ramadhan memiliki fadhilah yang baik bagi umat Islam.
Baca juga: Ramadan 2025, Hukum Berhubungan Suami Istri Saat Puasa, Wajib Qadha? Simak Penjelasan Lengkapnya!
Berikut sederet keutamaannya:
Memenuhi kewajiban agama
Melaksanakan puasa qadha Ramadhan adalah bentuk dari tanggung jawab menggati ibadah wajib yang tertunda.
Allah SWT dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 184 telah menjelaskan siapa saja golongan yang diperbolehkan tidak berpuasa Ramadhan dan wajib mengganti di hari lain.
Bentuk disiplin spiritual dan keikhlasan
Qadha Ramadhan melatih kedisplinan dalam beribadah sekaligus mengingatkan pentingnya komitmen terhadap kewajiban agama.
Menghindari dosa
Menunda qadha tanpa alasan hingga Ramadhan berikutnya termasuk dosa.
Pada sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menegaskan pentingnya menunaikan hutang puasa:
“Siapa saja meninggal dunia dan mempunyai kewajiban puasa, maka walinya (keluarganya) berpuasa menggantikannya,” hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Maka, umat Islam yang memiliki hutang puasa Ramadhan sangat dianjurkan qadha Ramadhan sebelum bulan puasa Ramadhan di tahun berikutnya datang.
(Tribunnewsmaker.com/TribunJabar.com)