Breaking News:

Dedi Mulyadi

Dedi Mulyadi Janji Bansos Rp 500 Ribu Buat Pria Jabar Berhenti Bikin Anak, Pengamat: Tak Ada Etika

Dedi Mulyadi janji Bansos Rp 500 ribu buat para suami di Jawa Barat yang berhenti 'bikin anak' lewat vasektomi, pengamat: Tak ada etika, langgar HAM

|
Tribun Jateng
STOP BIKIN ANAK DAPAT BANSOS - Dedi Mulyadi janji Bansos Rp 500 ribu buat para suami di Jawa Barat yang berhenti 'bikin anak' lewat vasektomi, pengamat: Tak ada etika, langgar HAM 

Dedi Mulyadi janjikan Bansos Rp 500 ribu buat para suami di Jawa Barat yang berhenti 'bikin anak' lewat vasektomi, pengamat: Tak ada etika, langgar HAM

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Yogi Suprayogi, mengkritik wacana Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang ingin menjadikan program KB vasektomi sebagai salah satu syarat bagi penerima bantuan sosial (bansos).

Menurut Yogi, gagasan tersebut tidak etis dan bahkan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).

"Tidak ada etika kebijakan. Boleh saja itu rasional, tapi tidak ada etikanya, apalagi dengan kultur kita di Indonesia," ujarnya saat dihubungi TribunJabar.id, Rabu (30/4/2025).

Dedi sebelumnya mewacanakan pemberian insentif sebesar Rp500 ribu bagi suami yang bersedia menjalani vasektomi. Ia menyebut kebijakan ini sebagai langkah untuk mengurangi angka kemiskinan dan mengendalikan pertumbuhan penduduk di Jawa Barat.

Namun, Yogi menilai pendekatan semacam itu justru mengarah pada bentuk pemaksaan terselubung.

"Yang siap (vasektomi) dikasih uang Rp500 ribu. Saya pikir itu seperti ada unsur pemaksaan. Itu sudah melanggar hak asasi manusia," katanya menegaskan.

Cara Hubungan Suami istri tak berujung kehamilan

Diketahui, vasektomi adalah prosedur kontrasepsi pada pria yang dilakukan dengan cara memutus saluran sperma dari buah zakar.

Dengan demikian, air mani tak akan mengandung sperma, sehingga kehamilan dapat dicegah.

Yogi mengatakan, prosedur melakukan vasektomi tidak bisa dilakukan sembarangan.

Karena, lanjut dia, jika terjadi kesalahan prosedural, tidak ada jaminan bagi suami yang menjalani vasektomi.

"Prosedur ini kan gak bisa seenaknya saja, karena kalau nanti terjadi kesalahan hanya dapat uang Rp500 ribu dan gak ada asuransinya."

"Harus ada prosedur kontrak dulu, jadi kebijakannya buat saya tidak beretika, kalau tepat ya tepat saja untuk mengendalikan penduduk," terangnya.

Yogi pun meminta agar Dedi Mulyadi mengkaji ulang untuk menerapkan kebijakan vasektomi tersebut.

Ia juga menyarankan untuk dilakukan koordinasi dengan kedokteran, apakah memungkinkan atau tidak untuk menerapkan kebijakan ini.

"Nah saya pikir Kang Dedi harus meninjau ulang lah kebijakan ini, karena dalam kebijakan itu ada etika ya."

"Dan etika itu harus dijaga dan diperhatikan jangan sampai ada masalah," tandasnya.

Yogi menambahkan, terkait kebijakan tersebut, jangan sampai terjadi kontra produktif terhadap pertumbuhan penduduk.

Sebab, menurutnya, masih ada cara lain yang bisa digunakan untuk mengendalikan jumlah penduduk dan menekan angka kemiskinan di Jawa Barat.

"Kalau kontrasepsi yang lain itu masih memungkinkan, tetapi vasektomi ini aneh, tidak jelas."

"Apalagi jumlah penduduk di Jabar belum menjadi ancaman, contohnya kalau gak salah di Depok sudah mulai berkurang," terangnya.

Mulanya, wacana ini disampaikan Dedi Mulyadi menyoroti banyaknya keluarga tak mampu yang memiliki banyak anak.

Dedi Mulyadi tak ingin bantuan dari pemerintah hanya mengalir untuk keluarga yang sama dalam jangka waktu lama.

"Seluruh bantuan pemerintah nanti akan diintegrasikan dengan Keluarga Berencana. Jangan sampai kesehatannya dijamin, kelahirannya dijamin, tapi negara menjamin keluarga itu-itu juga."

"Yang dapat beasiswa keluarga dia, yang kelahirannya dijamin keluarga dia, yang dapat bantuan perumahan keluarga dia, yang dapat bantuan pangan non-tunai keluarga dia. Nanti uang numpuk di satu keluarga," urai Dedi, dilansir YouTube KompasTV, Rabu (30/4/2025).

Ia juga menyinggung bantuan biaya melahirkan bagi ibu dari keluarga tak mampu yang kini naik kelas dengan proses caesar, menelan biaya hingga Rp25 juta.

Atas hal itu, Dedi mengimbau kepada keluarga tak mampu untuk berhenti memiliki anak jika tak bisa menafkahi.

GUBERNUR JABAR - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di Gedung Nusantara Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2025). Ia mengatakan siswa sering tawuran hingga main game Mobile Legend bakal dibina TNI. Dedi Mulyadi mewacanakan KB vasektomi jadi syarat penerima bansos.
GUBERNUR JABAR - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di Gedung Nusantara Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2025). Ia mengatakan siswa sering tawuran hingga main game Mobile Legend bakal dibina TNI. Dedi Mulyadi mewacanakan KB vasektomi jadi syarat penerima bansos. (Tribunnews.com/ Rizki Sandi Saputra)

"Makanya, berhentilah bikin anak kalau tidak sanggup menafkahi," terangnya.

Ia lantas mewacanakan vasektomi bagi penerima bansos.

Dedi Mulyadi berharap, dengan kebijakan vasektomi, angka kelahiran dan kemiskinan di Jabar bisa turun.

"Untuk itu, (vasektomi) ya agar kelahirannya diatur dan angka kemiskinan turun."

"Karena hari ini kan yang cenderung anaknya banyak itu cenderung orang miskin," jelasnya.

Wacana ini juga diiringi janji pemberian intensif terhadap suami yang bersedia melakukan vasektomi.

Dedi Mulyadi mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat bakal memberi Rp500 ribu bagi suami yang bersedia melakukan vasektomi.

Sementara, bagi desa-desa yang berhasil melaksanakan program KB, juga akan mendapat penghargaan.

Dedi Mulyadi menyebut, insentif itu berupa hadiah stimulus pembangunan sebesar Rp10 miliar.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Pengamat Unpad Kritisi Dedi Mulyadi Soal Wacana Vasektomi, Kebijakannya Dinilai Tak Beretika

(Tribun Newsmaker/ Tribunnews.com/Nanda Lusiana/Pravitri Retno W, TribunJabar.id/Hilman Kamaludin)

Tags:
Dedi MulyadivasektomiJawa Barat
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved