Breaking News:

Kabar Wilayah

Kenapa Banyuwangi Jawa Timur Dijuluki Kota Santet? Ini Sejarah Kelam yang Jarang Diungkap

Di balik pesona Kawah Ijen dan indahnya sunrise pertama di Pulau Jawa, Banyuwangi menyimpan luka sejarah yang masih dibicarakan hingga kini.

Editor: Eri Ariyanto
TribunNewsmaker.com | (Kompas.com/Rizki Alfian Restiawan)
KABUPATEN BANYUWANGI - Di balik pesona Kawah Ijen dan indahnya sunrise pertama di Pulau Jawa, Banyuwangi menyimpan luka sejarah yang masih dibicarakan hingga kini.  

TRIBUNNEWSMAKER.COM – Di balik pesona Kawah Ijen dan indahnya sunrise pertama di Pulau Jawa, Banyuwangi Jawa Timur menyimpan luka sejarah yang masih dibicarakan hingga kini. 

Julukan "Kota Santet" bukan sekadar mitos ia lahir dari tragedi berdarah pada 1998, saat ratusan orang dibantai karena dituduh dukun. 

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa nama "Banyuwangi" justru berasal dari kisah kesucian? Inilah sisi lain dari Bumi Blambangan yang jarang diungkap.

Baca juga: Pemuda Ditemukan Tewas Tanpa Kepala di Pesisir Pantai Limau Tanggamus, Ibu Syok: Bulan Ini Mau Nikah

Asal-usul Nama Banyuwangi

Nama Banyuwangi berakar dari legenda Sri Tanjung, yang menceritakan seorang perempuan setia bernama Sri Tanjung yang difitnah oleh Raja Sulahkromo.

Sang suami, Patih Sidopekso, yang termakan fitnah, membunuh istrinya di tepi sungai.

Sebelum menghembuskan napas terakhir, Sri Tanjung berpesan agar jasadnya diceburkan ke sungai untuk membuktikan kesuciannya.

Setelah jasadnya masuk ke dalam air, sungai yang sebelumnya keruh berubah menjadi jernih dan berbau wangi.

Dari situlah nama "Banyu Wangi" yang berarti air wangi berasal.

Sejarah Banyuwangi dan Julukan Kota Santet

Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Blambangan yang berusaha mempertahankan diri dari pengaruh VOC pada abad ke-18.

Perlawanan tersebut dikenal sebagai "Puputan Bayu," pertempuran besar yang akhirnya berujung pada jatuhnya Blambangan ke tangan VOC pada 1771.

Sejak saat itu, wilayah ini mengalami berbagai perubahan sosial dan budaya, termasuk kepercayaan terhadap praktik supranatural seperti ilmu putih dan ilmu hitam.

Julukan "Kota Santet" sendiri diduga berkembang akibat kepercayaan masyarakat terhadap praktik ilmu hitam yang tersebar luas di daerah ini.

Konon, dulu ada ungkapan bahwa seseorang bisa memesan santet hanya dengan lima ribu rupiah.

Kepercayaan ini semakin kuat setelah peristiwa pembantaian massal yang terjadi pada 1998.

WISATA BANYUWANGI - KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA)
WISATA BANYUWANGI - KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA) (KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA))

Tragedi Pembantaian Dukun Santet 1998

Peristiwa ini bermula dari keresahan masyarakat terhadap keberadaan dukun santet, yang dianggap memiliki kekuatan untuk mencelakai orang lain melalui cara gaib.

Pada Februari hingga September 1998, lebih dari 100 orang yang dituduh sebagai dukun santet dibunuh secara misterius.

Banyak dari korban merupakan tokoh masyarakat seperti guru ngaji, dukun suwuk, serta ketua RT dan RW yang sebenarnya tidak memiliki keterkaitan dengan ilmu hitam.

Pembunuhan ini dilakukan oleh kelompok sipil dan oknum asing yang sering disebut "ninja".

Mereka beraksi dengan mengenakan pakaian serba hitam dan menggunakan alat komunikasi seperti handy-talky.

Dalam satu hari, jumlah korban bisa mencapai dua hingga sembilan orang.

Peristiwa ini mendapat perhatian dari Komnas HAM serta pemerintah, yang akhirnya menangkap sejumlah pelaku untuk menjalani proses hukum.

KABUPATEN BANYUWANGI - Di balik pesona Kawah Ijen dan indahnya sunrise pertama di Pulau Jawa, Banyuwangi menyimpan luka sejarah yang masih dibicarakan hingga kini. 
KABUPATEN BANYUWANGI - Di balik pesona Kawah Ijen dan indahnya sunrise pertama di Pulau Jawa, Banyuwangi menyimpan luka sejarah yang masih dibicarakan hingga kini.  (TribunNewsmaker.com | (Kompas.com/Rizki Alfian Restiawan))

Faktor Penyebab Tragedi Santet Banyuwangi 1998

Meski motif pasti dari tragedi ini masih diperdebatkan, beberapa teori menyebutkan bahwa krisis moneter yang melanda Indonesia pada akhir 1997 hingga 1998 menjadi salah satu pemicunya.

Pada masa itu, terjadi perubahan dalam sistem pertanian yang menyebabkan kesenjangan ekonomi dan sosial antara tuan tanah dan petani penggarap.

Ketidakpuasan ini memicu konflik, di mana tuan tanah dituduh sebagai dukun santet dan menjadi sasaran pembunuhan.

Penelitian lain menunjukkan bahwa faktor utama di balik tragedi ini adalah dendam, kecemburuan sosial, dan fitnah yang berkembang di masyarakat.

Isu santet dijadikan alasan untuk menyerang orang-orang tertentu demi kepentingan pribadi atau kelompok.

Warisan Sejarah Banyuwangi

Meskipun tragedi santet 1998 menjadi bagian kelam dari sejarah Banyuwangi, kabupaten ini tetap memiliki warisan budaya yang kaya.

Keberagaman etnis dan budaya di daerah ini menjadikannya salah satu pusat kebudayaan di Jawa Timur, dengan seni khas seperti Tari Gandrung dan tradisi unik lainnya.

Kini, Banyuwangi lebih dikenal sebagai destinasi wisata dengan pesona alam yang luar biasa, mulai dari Kawah Ijen hingga Pantai Pulau Merah.

Julukan "Kota Santet" mungkin masih melekat, tetapi Banyuwangi terus berbenah dan membangun citra baru sebagai kota budaya dan pariwisata yang menarik.

(TribunNewsmaker.com/Kompas.com)

Tags:
BanyuwangiJawa TimurKota Santet
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved