Gempa di Rusia
Perbedaan Ombak Biasa dengan Tsunami 50 Cm, Sama-sama Kecil Tapi Daya Rusak Berbeda
Perbedaan ombak biasa dengan tsunami, sama-sama besar tapi daya rusak berbeda.
Editor: Candra Isriadhi
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Perbedaan ombak biasa dengan tsunami, sama-sama besar tapi daya rusak berbeda.
Meskipun ombak di laut besar tak otomatis merupakan tsunami.
Namun, tsunami pasti merupakan ombak besar yang merusak.
Kapusdatinkom Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari PhD memberikan ilustrasi untuk memahami bahayanya.
Perlu diingat tsunami bukanlah ombak biasa yang datang dan pergi dalam hitungan detik.
"Tsunami adalah gelombang laut raksasa yang terbentuk dari pergerakan massa air secara mendalam dan masif akibat gempa bumi bawah laut, longsoran, atau letusan gunung api," kata Abdul Muhari melalui keterangan tertulis, Rabu (30/7/2025).
Nah, bayangkan gelombang tsunami seperti rangkaian gerbong kereta api yang sangat panjang—bisa mencapai ratusan kilometer panjangnya.
Baca juga: Air Laut Surut di Desa Ilodulunga Gorontalo Utara Saat Peringatan Tsunami, Tanda Bahaya?
Ketika gerbong paling depan (gelombang pertama) sampai ke daratan, gerbong-gerbong di belakangnya tidak otomatis berhenti.
"Justru mereka terus “mendorong” dari belakang," katanya.
Pada kasus tsunami lintas samudra seperti yang berasal dari wilayah Kamchatka, Rusia, gelombangnya bisa mencapai panjang hingga 250 kilometer.
Ketika gelombang ini memasuki wilayah pesisir yang sempit, seperti teluk atau muara sungai, topografi tempat tersebut bisa memicu amplifikasi gelombang.
Apa artinya? Energi yang datang dari gelombang di belakang terus terdorong masuk ke dalam teluk, menyebabkan osilasi atau getaran air yang berulang-ulang.
Akibatnya, ketinggian tsunami yang awalnya hanya 50 cm bisa melonjak drastis ketika sampai ke daratan.

Studi Kasus: Tsunami Jepang 2011 dan Teluk Youtefa, Jayapura
Contoh nyata dari bahaya tsunami kecil ini terjadi pada tsunami Jepang 11 Maret 2011.
Gelombang tsunami yang tercatat di stasiun pasang surut Jayapura hanya setinggi 50 cm.
Namun, saat memasuki Teluk Youtefa yang memiliki bentuk sempit dan tertutup, terjadi amplifikasi gelombang akibat osilasi air di dalam teluk tersebut.
Hasilnya? Tsunami setinggi 2,25 meter menghantam kawasan daratan dan mengakibatkan satu orang meninggal dunia.
Rekonstruksi numerik dan animasi dari kejadian tersebut menunjukkan betapa kompleks dan berbahayanya interaksi antara gelombang tsunami dan bentuk geografis pantai/teluk bahkan jika tsunami yang datang tampaknya kecil.
Jangan Remehkan, Lebih Baik Menghindar

Pesan pentingnya: jangan pernah meremehkan peringatan tsunami, sekecil apa pun tinggi gelombangnya.
Gelombang setinggi 30–50 cm bisa menjatuhkan orang dewasa, menyeret kendaraan, bahkan menghancurkan infrastruktur jika terjadi amplifikasi.
Selalu ikuti peringatan resmi dari BMKG, dan tetap berada di tempat aman hingga peringatan dicabut.
Jangan nekat turun ke pantai atau dermaga hanya karena merasa tsunaminya kecil.
Ingat, tsunami bukan soal tinggi air semata, tapi tentang energi besar yang tersembunyi di balik gelombang.
(TribunNewsmaker.com/Tribunnews.com)