Breaking News:

Diplomat Kemenlu RI Tewas

Ayah Bongkar Rahasia Arya Daru, Cerdas tapi Dulu Pernah Frustasi, Yakin Tak Mungkin Akhiri Hidup

Rahasia Arya Daru semasa kecil dibongkar ayah, ternyata pernah frustasi, tak yakin akhiri hidup karena sifatnya ini.

Editor: ninda iswara
Kolase TribunNewsmaker.com/ Facebook Arya Daru Pangayunan/Tangkapan Layar Kompas TV
AYAH ARYA DARU - Sabtu (23/8/2025) sore di Kotagede, Yogyakarta, keluarga Diplomat Muda Arya Daru Pangayunan diwakili oleh ayah Daru Subaryono, memberikan pernyataan terbuka di depan media massa. Rahasia Arya Daru semasa kecil dibongkar ayah, ternyata pernah frustasi, tak yakin akhiri hidup karena sifatnya ini. 

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Setelah hampir sebulan memilih bungkam, Subaryono, ayah kandung Arya Daru Pangayunan, akhirnya angkat bicara.

Ia mengungkapkan sisi lain dari kehidupan sang putra yang kini telah tiada, sebuah potret pribadi Arya yang tidak banyak diketahui publik.

Kehadiran Subaryono di hadapan awak media menjadi momen emosional, mengingat kepergian Arya yang menyita perhatian nasional.

Ditemukan meninggal dunia secara misterius di kamar kosnya pada 8 Juli 2025 lalu, kasus Arya menjadi sorotan tajam, terutama karena kondisi mengenaskan jasadnya, kepala terlilit lakban kuning.

Pihak kepolisian, melalui penyelidikan Bareskrim Polri, menyimpulkan bahwa tidak ada keterlibatan pihak lain dalam kematian Arya.

Indikasi mengarah pada dugaan bunuh diri, namun polisi menyatakan masih membuka ruang penyelidikan jika ada bukti baru yang muncul.

Baca juga: Keluarga Arya Daru Terima Amplop Simbol Misterius, Kompolnas Hanya Lihat Fotonya, Ini Tanggapannya

Arya, Anak yang Dinanti dan Dibesarkan dengan Perjuangan

Bagi Subaryono, Arya bukan sekadar anak, tapi anugerah yang lahir dari perjuangan panjang dirinya dan sang istri, Titi Sulastri.

Setelah penantian yang tidak mudah, Arya akhirnya lahir pada tahun 1986 di Yogyakarta.

Tak lama setelah kelahiran Arya, kehidupan mereka berpindah arah.

Pada usia dua tahun, Arya diboyong ke Kanada, mengikuti ayahnya yang mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan S2 dan S3 di negeri tersebut.

“Daru bergabung dengan kami (saya dan istri), waktu itu berangkat sudah kelas 2 dan kemudian dia sekolah di Kanada. Di situlah dia berkembang,” kenang Subaryono.

Tinggal di lingkungan multikultural dengan sistem pendidikan yang terbuka, Arya kecil tumbuh dengan nilai-nilai moral dan kesopanan yang kuat.

Subaryono menyebut bahwa pendidikan di Kanada telah memberikan bekal yang sangat berharga bagi karakter putranya.

“Saya merasa bahwa apa yang Daru sekarang itu apa yang dia peroleh salah satunya pendidikan di sana. Di mana tata cara kehidupan yang baik itu diajarkan, manners, sopan santun. Mereka ajarkan dan Daru menerapkan itu, ada values di situ,” jelasnya.

Selain itu, Arya juga menunjukkan kemampuan luar biasa dalam berbahasa Inggris.

Sebuah kelebihan yang diakui langsung oleh sang ayah.

“Ada benefit yang dia peroleh dari situ yang saya ajak ke sana (Kanada), dia mampu berbahasa inggris lebih baik daripada saya. Karena anak-anak kan berkembang di situ,” tutur Subaryono.

Pulang ke Indonesia, Hadapi Sistem yang Berbeda

Setelah tiga tahun menetap di Kanada, keluarga kecil itu kembali ke tanah air.

Kepulangan itu menjadi titik balik dalam kehidupan Arya kecil. Ia harus beradaptasi dengan sistem pendidikan Indonesia yang sangat berbeda dari yang pernah ia jalani.

“Kami pulang, kembali ke Jogja. Dan Daru memulai kehidupan baru di Jogja yang harus beradaptasi dari berbahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia dengan sistem pendidikan yang sangat berbeda pada waktu itu. Masih zaman Pak Harto, setiap murid sekolah harus menghafal P4 pada waktu itu,” ungkap Subaryono.

Awalnya, Arya mengalami tekanan. Sistem hafalan yang kaku membuatnya frustrasi, terutama karena sebelumnya ia terbiasa dengan pendekatan pendidikan yang lebih menekankan nilai-nilai kehidupan.

Namun, berkat dukungan penuh dari orang tuanya, Arya mampu melewati masa-masa sulit tersebut

Ia tidak hanya mampu beradaptasi, tetapi juga menjadi murid yang berprestasi.

“Dia (Daru) sangat frustasi pada waktu itu. Karena dia tidak menerima pendidikan semacam itu (di Kanada) tapi lebih pada hal-hal kebaikan apa, bukan menghafal kata demi kata. Tapi dia bertahan dan kami terangkan bahwa 'ini sebentar saja kamu akan terbiasa'. Dia menurut untuk itu. Dia masuk di SD Serayu, dia berprestasi sehingga bisa masuk SMP bagus di Jogja,” jelas sang ayah.

Baca juga: Sosok Ayah Diplomat Arya Daru, Muncul Usai 40 Hari Almarhum Pergi, Terpuruk Kehilangan Anak Tunggal

KOLASE FOTO - Subaryono (70) ayah diplomat muda Arya Daru Pangayunan (37). Subaryono meminta agar Presiden Prabowo Subianto mengungkap misteri kematian Arya.
KOLASE FOTO - Subaryono (70) ayah diplomat muda Arya Daru Pangayunan (37). Subaryono meminta agar Presiden Prabowo Subianto mengungkap misteri kematian Arya. (Tangkapan Layar Kompas TV dan Dok Pribadi)

Puncak Prestasi dan Keberanian Menentukan Jalan Hidup

Memasuki bangku SMA, Arya semakin menunjukkan jati dirinya.

Ia dikenal sopan, cerdas, dan pandai bersosialisasi.

Keputusannya untuk memilih jurusan IPS di tengah dominasi jurusan IPA pada masa itu menjadi bukti keberanian Arya untuk mengambil jalan berbeda.

“Dia berpikir apakah masuk SMA favorit, kita berembuk, akhirnya dia masuk SMA Muhammadiyah 1 Jogjakarta. Di situ dia mulai berani melawan arus, memilih jalannya dia. Pada waktu itu semua ingin masuk ke sekolah IPA, tapi dia memilih sosial. Dia menonjol di kelas itu, dia seleksi pertukaran mahasiswa se-Asean, Daru terpilih untuk itu, mulai dari SMA dia mulai berkenalan dengan dunia internasional, bergaul,” kata Subaryono dengan bangga.

Anak Tunggal yang Tak Pernah Menyusahkan

Sebagai anak semata wayang, Arya tidak pernah menjadi anak yang manja.

Justru sebaliknya, ia tumbuh menjadi pribadi mandiri yang tahu apa yang ia inginkan dan bekerja keras untuk mencapainya.

“Jadi dia meskipun anak tunggal, dia tumbuh menjadi mandiri, dia bukan anak tunggal yang cengeng merengek minta sesuatu, dia akan tunjukkan apa prestasi dia, itu yang saya amati dari kecil, jadi dia pekerja keras sesuai passion dan dia tidak menuntut siapapun untuk menghargai dia,” ujar Subaryono.

Dengan segala kebaikan dan nilai hidup yang dipegang Arya sejak kecil, Subaryono merasa sulit menerima kenyataan bahwa putranya mengakhiri hidupnya sendiri.

Meski pihak kepolisian telah menyampaikan kesimpulan penyelidikan awal, di mata sang ayah, Arya Daru adalah sosok kuat yang selalu melangkah dengan penuh nilai dan tanggung jawab, bukan seseorang yang menyerah begitu saja.

Sosok Subaryono 

Pilu menceritakan sosok Arya Daru semasa hidup, Subaryono sejatinya ingin mengurai penegasan.

Bahwa ia masih mempercayai bahwa kematian Arya Daru adalah tidak wajar, bukan seperti rilis kepolisian yang beberapa minggu lalu diungkap.

Karenanya, Subaryono meminta bantuan kepada khalayak untuk terus mengawal kasus kematian Arya Daru.

Pun dengan pihak pengacaranya yang meyakini Arya Daru tewas bukan karena mengakhiri hidup.

Lantaran hal tersebut, Subaryono meminta bantuan kepada presiden Prabowo Subianto.

"Kami memohon kepada yang terhormat presiden Republik Indonesia yang terhormat bapak Prabowo Subianto, kami memojon dengan rendah hati dan kami mohon setulus-tulusnya," kata Subaryono di depan awak media pada Sabtu (23/8/2025).

"Kami mohon presiden menginstruksikan kepada Kapolri, kepada Panglima TNI, kepada Menteri luar negeri agar bisa segera bisa menjelaskan kepada kami tentang misteri yang terjadi kepada anak kami," ungkapnya.

Ingin kasus kematian sang putra kembali diusut secara serius oleh kepolisian, sosok Subaryono nyatanya punya rekam jejak karir mentereng.

Subaryono merupakan dosen senior di Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM).

Berhasil menyelesaikan pendidikan hingga bergelar doktor Ph.D di Kanada, Subaryono dikenal sebagai dosen terbaik di bidang geodesi dan geomatika di Indonesia.

Subaryono adalah salah satu dosen yang membentuk kurikulim khusus terkait geodesi dan geomatika untuk mahasiswa.

Ia juga tergabung dalam jaringan alumni Teknik Geodesi UGM dan berpengaruh membentuk laboratorium keahlian di departemen Geodesi.

Karenanya meski sudah pensiun jadi dosen, kakek usia 70 tahun itu tetap dihormati di UGM sebagai dosen senior terbaik.

(TribunNewsmaker/TribunBogor)

Sumber: Tribun Bogor
Tags:
Arya DaruSubaryonoKemenlu
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved