"Pasiennya itu sudah ada gejala covid, cuma dia tidak menyampaikan ke dokter bahwa dia ada gejala Covid.
Ya termasuk riwayat perjalanannya, sehingga kena," ujar Wahyudi kepada Kompas.com melalui telepon, Sabtu (4/4/2020).
Ia menjelaskan selama wabah pandemi corona, dr Bernadette tak memiliki riwayat perjalanan dari zona merah Covid-19.
Desak pemerintah penuhi APD
Wahyudi mengatakan IDI Makassar mendesak pemerintah untuk memenuhi kebutuhan alat pelindung diri (APD) untuk para tenaga medis di rumah sakit.
Hal itu penting karena di Makassar sudah ada beberapa dokter yang terpapar virus corona termasuk dr Bernadette yang telah meninggal dunia.
Saat ini menurut Wahyudi banyak rumah sakit di Makassar yang kekurangan APD. Sementara di sisi lain jumlah pasien positif corona terus meningkat dan butuh pelayanan tenaga medis.
"Kami dari IDI Makassar meminta kepada pemerintah untuk segera menyiapkan APD jangan sampai, para medis ini bertumbangan semua, gimana mau melayani pasien, sementara dokternya tumbang, kan logikanya begitu," ujar Wahyudi.
Tak hanya itu, ia juga meminta agar warga yang terpapar corona tidak malu menyampaikan ke publik untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Ia memastikan pengungkapan identitas pasien Covid-19, kata Wahyudi, tidak menyalahi Undang-undang Kedokteran karena virus Covid-19 sudah merupakan pandemi global.
"Karena corona atau Covid-19 ini bukan aib, jadi sampaikan saja.
Jadi supaya kita tahu di wilayah ini ada pasien PDP jadi bisa di-tracing dia ketemu siapa saja, keluarganya siapa saja, apa-apa yang sudah dia bikin 14 hari ke belakang itu gunanya kenapa kita tracing," tutur Wahyudi.
Rapid test, terindikasi positif corona
Dokter Wahyudi Muchsin, humas IDI Makassar menjelaskan dari hasil rapid test, dokter Bernadette positif terinfeksi virus corona.
Sementara dari hasil foto thoraks, korban memiliki gejala pneumonia.