TRIBUNNEWSMAKER.COM - Di tengah pandemi virus Corona, ratusan orang justru berkumpul demi melihat Eva Yolanda LIDA.
Eva Yolanda sendiri baru-baru ini kembali ke kampung halaman setelah dieliminasi dari Liga Dangdut Indosiar.
Padahal, pemerintah telah menghimbau masyarakat melakukan social distancing.
Kedatangan Eva Yolanda ke kampung halamannya, Nusa Tenggara Barat, disambut oleh ratusan orang, himbauan pemerintah tak dipedulikan.
Kasus positif virus Corona telah mencapai lebih dari 2000 kasus.
Dikutip dari Kompas.com pada 6 April 2020, tercatat 2491 kasus dimana 2090 pasien tengah dirawat.
• Dampak Wabah Virus Corona, Bisnis 4 Artis Ini Terpaksa Tutup Sementara, Begini Curhat Mereka
• 10 Negara Terbanyak Korban Corona, Indonesia Termasuk Rendah, Bandingkan dengan 55 Negara Terpadat
Sementara yang meninggal 209 pasien dan yang sembuh 192 pasien.
DKI Jakarta adalah provinsi tertinggi ditemukannya virus Corona.
Pemerintah menerapkan berbagai kebijakan sebagai penanganan virus Corona di tanah air.
Salah satunya adalah penekanan social distancing.
pemerintah pusat juga melarang orang untuk pulang kampung alias mudik.
Ini demi menekan angka kasus positif virus corona di daerah-daerah.
Jika pulang kampung, maka dia wajib melakukan isolasi selama 14 hari di rumah dan melapor ke pihak berwajib di daerah.
Namun sepertinya dua hal tersebut tidak berjalan baik.
Kejadian ini terjadi di Nusa Tenggara Barat.
Dilaporkan Eva Yolanda, kontestan Liga Dangdut Indosiar (LIDA) yang mewakili Nusa Tenggara Barat pulang kampung.
Dia pulang kampung setelah gagal di Top 12 Group 3.
Tak hanya pergi dari Jakarta lalu ke NTB, Eva juga disambut ratusan warga Jengik, Lombok Timur.
Kepulangan Eva Yolanda langsung menarik komentar beberapa orang.
Hal ini terangkum dalam beberapa foto yang diunggah Lambe Turah dalam akun Instagramnya.
Terlihat ratusan orang berkumpul menyambut Eva di tempat tinggalnya.
Apa yang terjadi pada Eva tentu tidak sesuai dengan kebijakan yang pemerintah pusat dan daerah perintahkan.
Memang pemerintah tidak melarang mudik, namun meminta agar tetap bertahan di tempat sekarang.
Namun kejadian penyambutan yang dialami Eva adalah masalah.
(Tribunnewsmaker.com/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di intisari.grid.id dengan judul Baru Datang dari Provinsi yang Kasus Virus Coronanya Tertinggi se-Indonesia, Eva Yolanda Malah Disambut Ribuan Orang di Kampung Halamannya
Sebelumnya, Pasien Covid-19 Malah Terlantar di RSUD Padang Sidempuan Sampai 3 Jam, Pihak RS Beri Alasan
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Pasien Covid-19 dikabarkan terlantar di Rumah Sakit Padang Sidempuan.
Terantar selama 3 jam, pasien tersebut kemudian pindah ke rumah sakit lai.
Akhirnya, pihak RSUD Padang Sidempuan buka suara.
Kisah pasien yang positif virus Corona namun terlantar selama 3 jam, ini kata RSUD Padang Sidempuan, akui belum siap kamar.
Berbagai rumah sakit di Indonesia menjadi rujukan untuk penanganan pasien yang positif virus Corona.
Apalagi, pasien positif Corona terus bertambah setiap hari.
• Derita Pilu Perawat Corona, Dicakar dan Digigit Pasien, Lihat Lebam Merah di Kelopak Matanya, Ngilu!
• VIRAL Warga Menolak Jenazah Positif Virus Corona, Benarkah Bisa Menular? Ini Penjelasan Dokter & WHO
Dikutip dari Kompas.com pada 3 April 2020, tercatat 1986 kasus Corona.
Dimana yang meninggal 181 pasien, dan yang sembuh 134 pasien.
Sementara sebanyak 1671 pasien tengah dalam perawatan.
Baru-baru ini, seorang pasien positif Corona yang hendak dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Padang Sidempuan malah mendapat perlakuan yang tak terduga.
PDP Covid-19 terlantar selama 3 jam saat dibawa ke RSUD Kota Padang Sidempuan pada Selasa (31/3/2020) malam dengan alasan ruang isolasi masih belum siap.
Padahal RSUD Kota Padang Sidempuan adalah salah satu RS rujukan penanganan Covid-19.
PDP datang dari Kabupaten Mandailing Natal (Madina) menggunakan ambulans milik pemkab sekitar pukul 17.30 WIB,
Namun setelah tiga jam tertahan dan tidak mendapatkan penanganan, PDP tersebut dirujuk kembali ke RS GL Tobing di Deli Serdang.
Hal tersebut dikeluhkan oleh sopir ambulans, M Nasution.
"Tidak etis seperti ini, harusnya pihak RSUD Kota Padang Sidempuan sudah siap. Apalagi rumah sakit ini dijadikan pemerintah pusat sebagai salah satu rumah sakit rujukan penanganan Covid-19," kata Nasution.
Dia juga mengeluhkan tindakan pihak RSUD Padang Sidempuan yang terkesan lamban dan bertele-tele.
Padahal status pasien yang dibawanya PDP dan harus mendapat penanganan yang baik.
"Tidak benar ini petugas rumah sakitnya. Sampai berapa jam menunggu, rupanya pasien dirujuk lagi ke Medan. Buat apa rumah sakit ini dijadikan rujukan," keluh sopir.
Ruang isolasi belum siap
Pelaksana Tugas Direktur RSUD Kota Padang Sidempuan Tetty Rumondang mengatakan pihaknya menolak PDP asal Madina karena fasilitas ruang isolasi masih dalam tahap pengerjaan.
Menurutnya ruang isolasi harus tetutup sehingga tidak mungkin menerima PDP tersebut.
"Ruangan isolasi kita masih dalam tahap pengerjaan. Dan tidak mungkin kita rawat pasien dengan ruangan yang tidak sesuai standarnya," ujar Tetty.
Karena belum ada ruang isolasi yang memadai, Tety mengatakan telah merujuk PDP tersebut ke RS GL Tobing di Deli Serdang,
"Kalau masalah sopir dan petugas medis yang mendampingi sudah kita siapkan dari kita, dan mereka yang mendampingi pasien untuk dirujuk ke RS GL Tobing," kata Tetty.
Klaim telah siapkan 4 ruang isolasi
Dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada Selasa, 3 Maret 2020, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Padang Sidempuan Elvi Junianti mengatakan RSUD Kota Padang sebagai rumah sakit rujukkan
"Untuk penanganan pasien corona, RSUD Kota Padang Sidempuan menjadi salah satu rumah sakit rujukan," ujar Elvi.
Sementara itu Direktur RSUD Kota Padang Sidempuan Tetty Rumondang mengklaim telah menyiapkan sedikitnya empat ruangan untuk pasien suspect maupun positif virus corona yang terinfeksi virus corona.
Tety mengatakan empat ruangan yang akan digunakan untuk ruang isolasi adalah bekas kamar yang sebelumnya digunakan tempat tinggal dokter-dokter muda yang bertugas di RSUD Kota Padang Sidempuan.
"Ini saya lagi rapat di Medan rapat terkait itu. Kita lagi membahasnya. Jadi, saat ini kita (rumah sakit) masih mempersiapkan ruangan yang akan dijadikan untuk pasien itu," ujar Tetty lewat sambungan telepon.
Ia juga menjelaskan telah akan memberangkatkan petugas medis ke Kementerian Kesehatan RI, untuk mengikuti pelatihan serta mengambil sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
"Sampai saat ini masih proses penyiapan ruangan, untuk pengobatan dan tindakan medisnya belum. Kelengkapan medisnya pun belum ada.
Minggu depan akan kita kirim dokter dua orang, dokter spesialis paru-paru dan dokter spesialis penyakit dalam serta 1 orang petugas laboratorium," kata Direktur RSUD.
Dikritik soal penanganan pasien
Ketua DPC Partai Demokrat Kota Padang Sidempuan Khoiruddin Nasution menyesalkan tidak siapnya pihak RSUD untuk penanganan Covid-19.
"Seharusnya dari awal disampaikan saja kondisi ril kesiapan RSUD seperti apa, agar pasien dan petugas medis yang telah datang tidak sampai terkatung-katung. Ini sampai menunggu beberapa jam, baru dinyatakan ruangan masih direnovasi.
Ini masalah yang urgent bukan main-main," ucap Khoir.
Ia mengatakan, peristiwa itu bukan kali pertama terjadi.
Sejak RSUD Padang Sidempuan ditetapkan sebagai RS rujukan, sudah ada beberapa warga yang berstatus PDP malah dirujuk kembali ke RS di Medan.
"Dari beberapa kejadian tersebut, jelas menunjukkan ketidaksiapan RSUD Pemkot Padang Sidempuan sebagai RS rujukan pemerintah pusat," ucap Khoir.
Tak hanya dikritik karena tak terima PDP.
RSUD Kota Padang Sidempuan juga dilaporkan warga berinisial Z ke Lembaga Perlindungan Anak dan Perempuan Burangir, Padang Sidempuan.
Z keberatan saat surat rujukan pasien dari dokter yang berisi identitasnya viral di media sosial.
Sementara surat rujukan itu berisi keterangan bahwa dia diduga terjangkit virus corona.
"Juga kesalahan pihak RSUD yang diduga membocorkan surat rujukan pasien hingga viral sampai menimbulkan kepanikan di masyarakat.
Juga statement Kepala Dinas Kesehatan yang melanggar kode etik kedokteran, padahal dia bukan dokter, namun menyebut identitas pasien," kata pendiri Lembaga Perlindungan Anak dan Perempuan Burangir Timbul Simanungkalit, Selasa (10/3/2020).
"Saya akan membantu Z agar nama baik dan perlakuan yang dialaminya dapat menjadi atensi pihak Pemerintah Kota Padang Sidempuan.
Apalagi, saat Wali Kota Padang Sidempuan Irsan Efendi Nasution datang ke rumah Z, Wali Kota tidak menyampaikan permohonan maaf dan Z merasa kecewa soal itu," kata Timbul.
(Tribunnewsmaker.com/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Menyoal Pasien Corona Terlantar 3 Jam di RSUD Padang Sidempuan, Alasan Ruang Isolasi Belum Siap
Dan di Tribunnews.com, Pasien Corona Terlantar di RSUD Padang Sidempuan 3 Jam & Sebut Penanganan Lamban, Ini Kata Pihak RS