Walau Tak Percaya Kata-kata WHO, Jerinx Tetap Anjurkan Pakai Masker & Mencuci Tangan, Ini Alasannya

Penulis: Irsan Yamananda
Editor: ninda iswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jerinx SID dan Aiman Wicaksono

"Ada," kata Jerinx saat ditanya oleh Aiman apakah memiliki data di balik tudingannya.

Menurut Jerinx, ia memiliki bukti-bukti mengapa ada banyak kebetulan yang terjadi hingga membentuk suatu pola.

Ia mengatakan, jika melihat dari sejarah Rockefeller dan Bill Gates, mereka telah mensimulasikan sebuah bencana yang persis dengan keadaan saat ini.

"Saya punya bukti kenapa terlalu banyak kebetulan dan tidak ada kebetulan di dunia ini yang terjadi terus menerus, kalau terus menerus itu bukan kebetulan namanya, itu namanya pola," kata Jerinx. 

"Jadi kalau kita nyari sejarahnya Rockefeller, Bill Gates, mereka sudah sangat sering membicarakan hal ini, salah satunya ada event 2.0.1, mereka mensimulasikan bencana ini terjadi persis yang terjadi sekarang, itu bisa dicek di semua platform informasi," sambungnya.

Bahkan, menurut Jerinx, dalam dokumen Rockefeller terdapat sebuah skenario yang menyebutkan secara persis bahwa China menjadi wilayah pertama yang memberlakukan lockdown.

"Lalu ada yang namanya dokumen Rockefeller itu diterbitkan 2010 dimana tim Rockefeller bekerjasama dengan Bill Gates membuat sebuah dokumen, membuat skenario tentang bagaimana situasi sekarang ini terjadi dan di sana disebutkan persis kota pertama yang akan memberlakukan lockdown adalah China lalu kota-kota lain akan menirunya," ujar Jerinx.

"Lalu ketika lockdown dilakukan akan terjadi proses integrasi, integrasi semua sistem," tambah dia.

Jerinx SID (Instagram Jerinx SID)

Lebih lanjut, Jerinx mengatakan, ia telah merangkai satu per satu peristiwa yang pernah terjadi.

Menurutnya, apabila orang-orang mengikuti rangkaian peristiwa yang terjadi di dunia ini dan menggalinya lebih dalam lagi maka mereka akan menemukan nama yang sama muncul berkali-kali.

"Hal-hal yang terjadi sekarang termasuk Bom Bali, kejadian 911, semua itu saya rangkai, saya pertemukan titik-titiknya karena banyak banget ada dot-dot yang orang kalau tidak terlalu mengikuti mungkin mereka akan mikir oh ini cuma ilmu cocoklogi," kata Jerinx.

"Tapi kalau Anda gali lebih dalam lagi, kamu sambungkan semua titik-titik fenomena-fenomena yang membuat dunia ini berubah secara global, itu nama yang sama akan muncul berkali-kali," tambahnya.

Sementara itu, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra, membantah pernyataan Jerinx tersebut.

Menurut Hermawan, sejauh ini para peneliti melaporkan hasil dari swab tenggorokan melalui realtime PCR memiliki keakuratan 96 persen.

"Sejauh ini, para peneliti untuk swab tenggorokan melalui realtime PCR itu menganggap 96 persen hasilnya valid," kata Hermawan dalam acara yang sama.

"Agak berbeda dengan rapid test, kalau rapid test itu memang false negatifnya tinggi itu sekitar 36 persen efektivitasnya," tambah dia.

Halaman
123