Setelah terealisasi pelimpahan penerima bansos tersebut, nenek Arni menerima satu karung beras.
Namun karena merasa harusnya menerima dua karung beras, kemudian nenek tersebut menanyakan perihal bansos kepada Asep dengan nada emosi, kemudian oleh dijelaskan bahwa penerima atas nama menantunya sudah pindah ke Desa Leuweungkolot.
Akhirnya, bantuan itu dilimpahkan ke nenek Arni yang diberikan sebanyak satu karung atau 15 kilogram beras saja.
"Udah dapat satu, dikasihkan bukan dipotong satu karung bukan.
Karena satu karung jatah anaknya sudah pindah," kata Ade.
Kedua belah pihak saling bermaafan
Karena kasihan, ketua RT kemudian menjanjikan nenek Arni bantuan uang tunai bila ada.
Bantuan tak kunjung diterima.
Nenek Arni lantas menagih pada ketua RT.
"Datanglah si nenek itu nagih ke RT, katanya mau ngasih, RT bilang gak ada nek. Berarti maling kamu, si RT dituduh maling," jelas dia.
Lantaran tak terima dituduh maling di depan orang banyak, ketua RT akhirnya mendorong pipi nenek Arni.
Tak terima, nenek Arni mengadu ke anaknya.
"Kemudian dibawa berobat terlebih dahulu ke RSUD Leuwiliang sekaligus meminta visum (VER)," jelas dia.
Namun, lantaran belum ada laporan yang masuk ke pihak Kepolisian VER pun urung dilakukan.
Nenek Arni yang juga didampingi anggota KNPI Kecamatan Cibungbulang melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Cibungbulang.
Dengan adanya laporan tersebut, kdeua belah pihak dipertemukan di kantor Polsek Cibungbulang untuk melakukan musyawarah.
Kedua belah pihak, sambung Ade, akhirnya sepakat untuk berdamai.
"Kedua belah pihak saling memaafkan dan ketua RT ini memberikan biaya untuk pengobatan sebesar Rp 1 juta.
Pulangnya kita dari kepolisian kasih beras 5 kg," tandasnya. (Tribunnewsmaker/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nenek Asal Bogor Dianiaya Ketua RT gara-gara Bansos, Ini Kronologinya"
dan di Tribunnews Kronologi Nenek Asal Bogor Dianiaya setelah Protes Soal Bansos, Teriak & Menuduh Ketua RT Maling