Kota Yogyakarta Nol Kasus Baru Positif Corona Selama Berhari-hari, Ini Penyebabnya!

Editor: Talitha Desena
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona.

"Tapi bukan itu satu-satunya (indikator). Kita tidak ingin gegabah. Pendidikan kita pikirkan terakhir karena kita tidak ingin ada kluster sekolah. Tempat-tempat hiburan wisata kalau penyelanggara belum siap, SDM belum ditraining untuk SOP yang baru, ya jangan (buka)."katanya.

Malioboro Mengeliat

KEMBALI BERJUALAN. Pengunjung memilih baju yang dijual pedagang di kawasan Malioboro, kota Yogyakarta, Rabu (27/5/2020). Sebagain toko dan pedagang kaki lima di kawasan Malioboro kemnali membuka usaha mereka setelah beberapa waktu menutup usahanya karena pandemi Corona. (TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri)

PKL di kawasan Malioboro nampak mulai menjajakan dagangan mereka. Meski sepi pembeli lantaran tidak ada wisatawan yang datang ke Yogya, namun hal tersebut dilakukan semata untuk menggerakkan lagi roda perekonomian yang terhenti selama hampir 4 bulan belakangan.

Ketua PKL Pemalni Slamet Santoso yang mengayomi PKL di sepanjang Jalan Ahmad Yani Kawasan Malioboro mengatakan bahwa ia menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada rekan-rekannya kapan akan memulai kembali 'hidup normal' dari menjajakan aksesoris khas Yogya di kawasan Malioboro.

"Beberapa hari ini sudah mulai buka, mulai Sabtu (30/5) buka karena rapat Jumat (29/5) malam bersama Dinas Pariwisata dan UPT Malioboro. Hasil rapat saya share ke temen-temen. Ini hasil diskusi rapat, terserah kapan mau memulihkan ekonomi secara perlahan," ungkapnya kepada Tribun Jogja, Senin (1/6/2020).

Slamet menambahkan, ia dan teman-teman PKL yang lain tidak bisa menunggu ketidakpastian terkait kapan pandemi ini akan berakhir. Ia mengatakan sektor ekonomi yang bergantung dari pariwisata di Yogya telah macet total sejak Covid-19 terdeteksi di Indonesia, khususnya Kota Gudeg ini.

"Akhirnya sambil kita menunggu dengan tatanan baru, kita mencoba untuk mulai bergerak. Kita mencoba membuka lagi lapak di Malioboro sambil menunggu wilayah yang lain untuk membuka PSBB-nya sehingga mereka bisa keluar dan berwisata lagi ke Yogya tapi dengan beberapa SOP sesuai dengan protokol kesehatan," ungkapnya.

Slamet telah meminta agar anggotanya tertib dan selalu mengenakan masker saat berjualan, menyediakan hand sanitizer dan tempat cuci tangan, menjaga jarak, hingga memakai face shield.

"Kami mandiri menyediakan itu. Kami arahkan (PKL) pakai face shield. Kami siap mendukung Yogya masuk new normal apalagi untuk jadi percontohan tiga wilayah Yogya, Bali, Kepri. Kita buka perekonomian agar berangsur-angsur pulih, apalagi kami tergantung dengan pariwisata," ucapnya.

Ia menambahkan, ada rencana kerjasama dengan pihak Dinas Kesehatan, Satpol-PP, Dinas Perhubungan, hingga TNI-Polri untuk menjaga pintu masuk ke Malioboro, misal di Abu Bakar Ali.

"Ada pengecekan suhu untuk pengunjung Malioboro. Kalau suhunya 37 derajat ke atas bisa diarahkan ke pemeriksaan ketika sudah new normal. Kita sudah setuju dengan Dinas Pariwisata dan UPT," tuturnya.

Ia pun berharap agar wabah tersebut segera menghilang dan kehidupan normal segera bisa mereka rasakan.

Sebelumnya, ditemui seusai rapat bersama Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan new normal dilakukan untuk memberikan ruang bagi pelaku usaha untuk kembali bangkit lagi.

"Ekonomi (jalan) itu karena ada supply dan demand. Sekarang supply ada, demand-nya ada nggak. Protokolnya tentu physical distancing, sarung tangan. Intinya new normal ini membuka ruang pada pelaku usaha untuk menjajakan barangnya," bebernya.

(Tribunnewsmaker.com/*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun Jogja dengan judul Yogyakarta Nol Kasus Baru Positif Virus Corona Berturut-turut, Bertahan di Angka 237

Dan di Tribunnews.com, Kasus Baru Positif Corona di Kota Yogyakarta Tercatat Nol Selama Berhari-hari, Ini Penyebabnya!