TRIBUNNEWSMAKER.COM - Vaksin Covid-19 atau virus corona merupakan hal yang paling dinanti masyarakat dunia saat ini.
Seperti diketahui, sudah ada beberapa negara di dunia yang tengah berupaya untuk mengembangkan vaksin tersebut.
Dikutip dari Kompas.com, sebanyak 30 negara di seluruh dunia disebut terlibat dalam penelitian untuk menemukan vaksin Covid-19.
Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penelitian tersebut melibatkan sejumlah universitas, perusahaan farmasi, lembaga penelitian, dan laboratorium pemerintah.
Lembaga dan perusahaan China diberitakan mengerjakan 20 proyek penelitian vaksin virus corona.
Salah satunya perusahaan Sinovac Biotech Ltd yang menyerahkan calon vaksin corona ke Indonesia.
• Soal Vaksin Covid-19, Anggota DPR Khawatir Akan Dijadikan Bisnis Pemerintah Indonesia dan China
• Efek Samping Vaksin Covid-19 dari China setelah Diuji Coba ke Relawan, Ada Nyeri hingga Demam
• Vaksin Covid-19 Datang ke Indonesia: Siap Diuji Klinis Tahap 3 & Diproduksi Massal Awal Tahun 2021
Bio Farma dan Universitas Padjadajaran akan melakukan uji klinis tahap 3 untuk vaksin Covid-19 itu pada bulan Agustus 2020.
JIka berjalan lancar, vaksin Covid-19 ini rencananya bisa diproduksi secara massal pada awal tahun 2021 mendatang.
Lantas, apa saja informasi terbaru mengenai vaksin Covid-19 ini?
Mengutip dari Kompas.com, simak ulasan TribunNewsmaker berikut ini:
• SEBERAPA MANJUR Vaksin Sinovac yang baru Masuk Indonesia Buat Cegah Corona? Cek Fakta-faktanya Ini
1. Relawan Tak Dibayar Tapi Dapat Asuransi
Para relawan uji klinis calon vaksin Covid-19 yang merupakan warga Kota Bandung, Jawa Barat, tidak akan mendapat bayaran.
Hal tersebut disampaikan dokter Eddy Fadliana selaku manajer lapangan tim penelitian uji klinis tahap 3 calon vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
"Imunisasi ini sukarela, tidak dibayar," kata Eddy saat ditemui seusai audiensi dengan Wali Kota Bandung Oded M Danial di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Senin (27/7/2020).
Eddy menjelaskan, meski tidak mendapatkan bayaran, para relawan akan mendapatkan asuransi kesehatan secara penuh selama mengikuti masa pemantauan.
Jika nantinya di tengah jalan mengalami sakit, maka relawan dipastikan bisa berobat secara gratis di institusi kesehatan manapun.
"Segala sakit apapun selama periode penelitian akan kita cover. Sampai periode selesai sekitar 6 bulan," kata dia.
Tidak hanya asuransi kesehatan, tim peneliti juga memastikan akan mengganti ongkos berobat yang dikeluarkan oleh relawan yang telah disuntikkan calon vaksin Covid-19.
"Kalau nanti berobat pakai mobil, kita ganti uang transportasinya," tutur Eddy.
• Vaksin Covid-19 Datang ke Indonesia: Siap Diuji Klinis Tahap 3 & Diproduksi Massal Awal Tahun 2021
2. Syarat Jadi Relawan
Dalam uji klinis tersebut, sebelum disuntik calon vaksin Covid-19, para relawan akan diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan belum terjangkit Covid-19.
"Keuntungannya juga mereka dapat rapid test, swab test gratis. Syaratnya selain berusia 18 sampai 59 tahun, kondisinya harus sehat. Kalau lagi sehat, enggak ada penyakit, boleh," ujar Eddy.
3. Izin Belum Keluar
Terkait izin penelitian uji klinis tahap 3 calon vaksin Covid-19 dari Komite Etik Penelitian Universitas Padjadjaran, Eddy mengatakan, izin tersebut belum keluar.
Ketua tim Profesor Kusnandi Rusmil optimistis izin tersebut bisa keluar dalam waktu dekat.
"Hari ini mau rapat komite etik. Tujuannya adalah bagaimana caranya melindungi tim peneliti supaya enggak salah," kata Kusnandi.
Lantaran izin belum keluar, maka hingga saat ini tim belum membuka pendaftaran relawan uji klinis calon vaksin Covid-19.
• Gara-gara Satu Orang Diduga Positif Covid-19, Kim Jong Un Me-lockdown Kota Kaesong di Korea Utara
4. Kekhawatiran Anggota DPR
Uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac dikhawatirkan hanya dijadikan bisnis antara Pemerintah Indonesia dan China.
Hal tersebut diungkapkan oleh anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay.
Ia berpendapat, uji klinis vaksin ini dilakukan dengan pendekatan business to business (B2B).
Seharusnya, lanjut Saleh, pemerintah menggunakan pendekatan government to government (G2G).
"Persoalannya ini apakah business to business," kata Saleh dalam diskusi yang digelar secara daring, Minggu (26/7/2020) seperti dikutip dari Kompas.com.
"Ini yang tadi concern saya itu adalah didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan atau tidak," imbuhnya.
• Efek Samping Vaksin Covid-19 dari China setelah Diuji Coba ke Relawan, Ada Nyeri hingga Demam
• Vaksin Covid-19 Datang ke Indonesia: Siap Diuji Klinis Tahap 3 & Diproduksi Massal Awal Tahun 2021
• Kabar Baik, Vaksin Covid-19 dari China Akan Diproduksi Bio Farma Hingga 250 Juta Dosis, Rilis 2021?
Jika digunakan dengan pendekatan B2B, Saleh khawatir vaksin ini hanya dijadikan bisnis.
Ia juga mengkhawatirkan nilai-nilai kemanusiaan bakal hilang.
"Karena ini kan Covid-19 ini kan musuh bersama, musuh kemanusiaan itu yang harus ditekankan bukan uangnya, ini bukan persoalan uang," tuturnya.
Apalagi, dengan jumlah penduduk Indonesia yang begitu banyak, pengadaan vaksin Covid-19 bisa menjadi bisnis besar.
"Jika 270 juta (penduduk Indonesia) ini nanti dikasih vaksin misalnya katakan seperti itu, bayangkan betapa besar misalnya bisnis yang sedang berjalan di Indonesia ini," ucap Saleh.
• Vaksin Covid-19 Asal China Sudah Sampai di Indonesia & Diserahkan ke Bio Farma, Segera Diproduksi?
Alih-alih mengimpor vaksin dari China dalam jumlah besar, Saleh justru mendorong pemerintah memaksimalkan pembuatan vaksin Covid-19 dalam negeri.
Dalam rapat antara Komisi IX dengan pemerintah beberapa waktu lalu, Saleh menyebut bahwa Menristekdikti dan Menteri Kesehatan sempat menyampaikan sejumlah lembaga tengah melakukan penelitian vaksin Covid-19.
Disampaikan pula bahwa vaksin tersebut rencananya bakal siap pada awal Januari 2021 mendatang.
"Kenapa harus mengambil dari sana kan, kita juga nanti tinggal lima bulan ke depan itu sudah mau jadi (vaksin buatan Indonesia)."
"Kan bulan Januari mau dirilis, sementara yang ini (vaksin Sinovac) pun kalau misal dilakukan nanti kurang lebih Januari juga," kata Saleh.
• POPULER Vaksin Covid-19 Tiba di Indonesia, Siap Diuji Klinis hingga Diproduksi Massal Awal 2021
Saleh menambahkan, seandainya ke depan pemerintah membuat regulasi tentang impor vaksin, regulasi itu justru akan semakin menguntungkan bisnis.
Oleh karenanya, menurut dia, hal ini penting dikritisi lantaran menyangkut ketahanan nasional di bidang kesehatan.
"Walaupun ada regulasi yang mengatur justru regulasi itu menguntungkan bisnis. Itu kan supaya bisnisnya jalan dengan smooth, dengan baik, dibuatlah regulasi ini dengan kemudahan-kemudahan dan sebagainya," kata dia.
5. Klarifikasi Pihak Istana
Adapun dalam diskusi yang sama, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Dany Amrul Ichdan mengakui bahwa uji klinis vaksin Sinovac asal China dilakukan Pemerintah Indonesia dengan pendeketan business to business (B2B).
Namun demikian, Dany menyebut, pemerintah bakal menyiapkan payung hukum dalam pendekatan B2B vaksin Sinovac tersebut.
"Dalam pemahaman yang didapatkan dari berbagai paparan dari Pak Menristek, dari Menkes itu sebenernya penjajakan awal secara B2B," kata Dany.
"Tapi business to business yang dipayungi oleh regulator dalam hal ini memayungi, negara menyiapkan milestone-nya, menyiapkan pasar, support of technology juga joint research dengan BPPT dengan Kemenristek," ujar dia. (TribunNewsmaker/ Irsan Yamananda)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Fakta Baru Soal Vaksin Corona di Indonesia: Relawan Dapat Asuransi Hingga Kekhawatiran Anggota DPR.