Tanggapan Psikolog Atas Perilaku Raffi Ahmad yang Berkumpul Usai Divaksin, Bisa Berbahaya karena Ini

Editor: Talitha Desena
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Raffi Ahmad minta maaf.

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Raffi Ahmad tengah menjadi buah bibir karena dianggap tak menjalankan protokol kesehatan setelah divaksin.

Usai divaksin, Raffi Ahmad justru kumpul-kumpul dengan temannya dan tampak tidak mematuhi protokol kesehatan.

Hal ini tentu saja memicu respons warganet, termasuk Sherina Munaf.

"Halo Raffi Ahmad, setelah divaksin bukan berarti keluyuran rame2 dong.

Anda dipilih jatah awal2 vaksin karena followers banyak.

Dengan alasan yang sama, tolong berikutnya konsisten beri contoh yang baik.

Please you can do better than this.

Your followers are counting on you," tulis Sherina dalam akun Twitternya @sherinasinna.

Baca juga: PROTES ke Raffi Ahmad Karena Keluyuran Setelah Divaksin Covid-19, Sherina Kena Sindir Balik Tim RANS

Baca juga: 5 Fakta Raffi Ahmad Divaksin Corona, Foto Bareng Anya Geraldine Tanpa Masker hingga Permintaan Maaf

Berkaitan dengan tindakannya, Raffi Ahmad telah meminta maaf kepada publik sekaligus melakukan klarifikasi atas kejadian semalam melalui video yang tayang di akun Instagramnya, @raffinagita1717.

Namun, perilaku Raffi Ahmad sebagai salah satu orang yang mendapat vaksin pertama kali rupanya menimbulkan kekhawatiran bagi psikolog sosial.

"Raffi Ahmad sehari-hari di (depan) publik, dia terlihat tidak pakai masker cuma pakai face shield doang," kata Rizqy Amelia Zein, psikolog sosial yang mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

"Kan ruwet kalau sudah divaksin, dilihat orang banyak (dengan perilaku seperti itu), terus ada kabar dia kena Covid-19.

Itu yang bahaya," imbuh perempuan yang akrab disapa Amel itu dihubungi Kompas.com, Rabu (13/1/2021).

Amel menjelaskan, hal ini bisa menjadi bumerang dan berbahaya karena masyarakat dapat menilai bahwa percuma divaksin jika tetap masih bisa terinfeksi Covid-19.

Padahal, vaksin bukanlah obat.

Halaman
123