Buku Harian Ibu Jadi Petunjuk Nirina Zubir Bongkar Kejahatan ART: Uang Aku Ada Tapi pada Kemana Ya

Editor: galuh palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rilis penangkapan tiga pelaku penggelapan aset orangtua Nirina Zubir, di Polda Metro Jaya, Semanggi, Jakarta Selatan, Kamis (18/11/2021).

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Nirina Zubir tengah disorot lantaran memperkarakan kasus penggelapan tanah warisan ibunya yang dilakukan oleh ART bernama Riri Khasmita.

Nirina mengetahui fakta ini setelah membaca catatan di buku harian ibunya dan kemudian merasa curiga.

Sebelum meninggal, ibunda Nirina sempat menulis curhatan aset hilang di buku harian yang akhirnya diketahui Nirina Zubir hingga menagis pilu.

Nirina Zubir tak bisa lagi menahan rasa sedihnya.

Pasalnya, sertifikat tanah dan rumah milik mendiang ibunya diketahui telah digelapkan oleh ART.

Riri Kasmita yang pernah bekerja sebagai asisten rumah-tangga di rumah orang tua Nirina Zubir diduga melakukan tindakan penggelapan.

Baca juga: Nirina Zubir Ungkap Akun Sosmed ART yang Curi Warisan Ibunya: Comment Boleh Tapi Plis Jangan Follow

Baca juga: Bukan ART, Riri Khasmita Ternyata Asisten Ibu Nirina Zubir, Mata-matai Keluarga Sejak 2010, Licik!

Nirina Zubir bersama Fajrul Islami (kiri) dan kuasa hukumnya Ruben Jefri (kanan pakai batik) usai menyambangi Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Rabu (17/11/2021). (Tribunnews.com/Bayu Indra Permana)

Pilunya Nirina Zubir begitu dalam meningat dalang dari penggelapan aset ibundanya adalah orang terdekat almarhum.

Isi catatan yang ditulis Ibunda Nirina Zubir

Selain itu, Nirina juga mencurahkan kesedihannya lantaran sang ibunda sempat menulis catatan sebelum meninggal dunia.

Disebutkan Nirina, catatan itu berisi curhatan sang ibu yang berpikir hartanya hilang entah kemana.

"Ibu saya sudah meninggal 2 tahun lalu. Dan berat buat saya karena saya tahu ibu saya itu meninggal tidak tenang.

Karena saya punya catatan yang ditulis ibu saya 'uang aku ada tapi pada kemana ya' gitu.

Trus surat-surat belum kelar-kelar," kata Nirina Zubir, yang tak kuasa menahan tangisnya.

Sebab itulah, Nirina kini berjuang untuk menghukum orang-orang yang bertanggungjawab atas kasus ini.

Ia berharap para tersangka mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatan mereka.

Halaman
123