"Apalagi kalau misalnya ini adalah kejadian pertama kali, dan akan enggan untuk bertemu kembali dengan pelaku. Pada dasarnya seperti itu, hasil penelitian banyak yang menunjukan seperti itu," tambahnya.
Untuk itu, kata dia, dugaan pelecehan seksual ini betul-betul harus dibuktikan oleh Putri Candrawathi jika memang benar terjadi.
"Ini makanya kita harus melihat bahwa victim presipitationnya di mana sih. Kalau tadi yang dibilang bapak-bapak pengacara, harus dibuktikan siapa yang mengawali untuk jadi pelaku, dan siapa yang mengawali untuk akhirnya jadi korban," kata dia.
Sebenernya, lanjut Monica, tidak serta merta karena Putri Candrawathi sebagai seorang perempuan lantas menjadi korban itu hal yang biasa, kemudian laki-laki untuk menjadi korban kekerasan seksual tidak lazim.
"Itu harus dibuktikan secara ilmiah, dari bukti-bukti misalnya nanti kalau terduga pelaku sudah almarhum, itu betul-betul harus dibuktikan lewat sistem peradilan pidana penyidikannya seperti apa, persidangannya seperti apa, bukti-bukti yang benar-benar konkrit yang harus bisa dihadirkan untuk membuktikan bahwa inilah fakta ilmiahnya," beber dia.
Baca juga: NGAKU Dilecehkan, Raut Wajah Putri Candrawathi saat Tiba di Jakarta Disorot Petugas PCR: Biasa Saja
Ia pun mengatakan bahwa ini menjadi tugas berat bagi pengacara dan hakim untuk mengungkap dakta yang sebenarnya.
"Kalau memang kasus ini mau dibawa ke nilai-nilai hukum yang objektifnya, dengan memberitahukan pada masyarakat bahwa sebenarnya seperti ini loh yang terjadi, tidak membohongi publik," ujarnya.
Ia pun berharap dengan pembuktian itu, publik akhirnya tidak memberikan kritikan yang negatif terhadap satu pihak, terhadap pelaku dan keluarganya, terhadap korban dan keluarganya.
"Bahkan itu harus betul-betul dibuktikan. Kita gak usah bicara logis dan tidak logisnya, tapi bukti konkritnya," tegas dia.
Menanggapi hal itu, Ferbri Diansyah pun mengurai alasan kenapa Putri Candrawathi masih memanggil Brigadir J dalam kamarnya usai diduga menapatkan pelecehan seksual.
"Ada situasi yang sangat berat di sana, kami juga membaca berkas ya. Ada situasi yang sangat berat ketika ini bukan soal dugaan kekerasan seksual dalam kacamata pelecehan seksual saja, tapi ada ancaman-ancaman yang diberikan pada saat itu," kata dia.
Hal itu menurut Febri Diansyah berdasarkan bekas perkara, dan nantinya tentu akan diuji di persidangan.
"Yang kemudian membuat Bu Putri berpikir situasi malam ini sampai kembali ke Jakarta itu betul-betul harus bisa terkontrol dan tenang. Kenapa? karena ada suara di ribut-ribut juga di bawah, Bu Putri tidak melihat melihat secara langsung tapi mendengar itu, dan kalau kita lihat di berkas perkara, di sana akan kelihatan bahwa ada situasi yang memang harus dicegah pada saat itu agar tidak terjadi korban yang lebih banyak di sana," tandasnya.
Susi dan Kuat Kompak Tidak Tahu
'Tidak tahu', jawaban sederhana dari asisten rumah tangga Ferdy Sambo, Susi di persidangan menimbulkan tanda tanya.
Pasalnya, dugaan pelecehan merupakan motif yang diyakini terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi sebagai alasan menghilangkan nyawa Yosua.
Pelecehan seksual, oleh Sambo dan Putri disebut terjadi di rumah Magelang, Jawa Tengah, meski tidak ada saksi yang melihat langsung kejadian tersebut.
Belakangan, tidak hanya Susi, sopir keluarga Sambo, Kuat Maruf yang berada di Magelang saat kejadian, juga sama-sama mengaku tidak tahu.
Pengacara Kuat menyebut kliennya hanya mengaku curiga pada Yosua yang mengendap-endap turun dari lantai 2, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Meski sama-sama menjadi saksi kunci peristiwa di Magelang, namun susi dan kuat kini kompak tidak tahu dugaan pelecehan seksual terhadap putri candrawathi, sehingga hanya proses pembuktian lah yang akan menjadi pertimbangan hakim di pengadilan nanti.
(Tribunnews.com/Salis/Igman Ibrahim/Rizki Sandi Saputra, Kompas TV) (TribunBogor)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ricky Rizal Sebut Tak Ada Pelecehan di Magelang tapi Ada Pertengkaran, RR Coba Tenangkan Situasi dan di TribunnewsBogor.com dengan judul Pengacara Ungkap Alasan Putri Panggil Yosua Usai Dugaan Pelecehan, Kriminolog Sebut Hal Tak Wajar