“Anakku, tidak cukup bagimu hanya menyesali, meminta maaf dan memohon ampunan kepada Allah Swt. atas apa yang pernah engkau perbuat. Permintaan maafmu kepada orang yang pernah engkau sakiti, ibarat engkau mencabut paku-paku itu dari balok kayu. Pakunya bisa dicabut, tetapi bekas lubang pakunya tidak bisa hilang. Demikian juga dengan sakit hati, barangkali orang lain bisa memaafkan, tetapi belum tentu ia bisa melupakan apa yang pernah kita lakukan kepadanya. Oleh karena itu, janganlah engkau meremehkan kata-kata buruk, emosi dan kemarahanmu kepada orang lain, karena luka yang disebabkan oleh kata-kata, sama sakitnya dengan luka fisik yang kita alami” pungkas sang guru. Murid itu pun menunduk dan menyadari sifat temperamental yang ia miliki selama ini, ternyata berdampak buruk bagi orang lain dan merugikan dirinya sendiri, dan ia pun berjanji untuk menjadi orang yang lebih baik dengan mengendalikan amarah dan emosinya dalam kehidupan berikutnya.
(Dinarasikan kembali dari rumahinspirasi.com)
Jawaban:
Hikmah kisah 'PAKU DAN SEBATANG BALOK KAYU':
- Kita harus bisa mengontrol amarah kita dengan baik.
- Jangan sampai meluapkan amarah setiap saat, karena itu bisa menyebabkan orang sakit hati karena ucapan kita.
- Jika kita sedang marah, lebih baik kita memilih untuk diam dan menenangkan diri sampai amarah kita mereda.
(TribunnewsMaker.com/Heradhyta)