Berita Kriminal

MENJEMPUT MAUT! Berniat Jemput Pacar di Kafe, Pria di Jakarta Tewas Diamuk 4 Pemuda, Pacarnya Syok

Editor: Dika Pradana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI wanita sedih gegara pacarnya diamuk empat pemuda saat menjemputnya di kafe remang-remang di Jakarta Utara

TRIBUNNEWSMAKER.COM - BERNIAT jemput pacar di sebuah kafe remang-remang di Jakarta Utara, pria ini malah tewas diamuk empat pemuda.

Pria tersebut mendadak diserang dan dianiaya oleh empat pemuda beringas itu.

Sementara itu, pacar dari pria tersebut syok dan histeris ketika melihat kekasihnya terkapar tak berdaya.

Dia tak menyangka kekasihnya akan menjemput maut secepat itu di hadapannya.

Kapolsek Metro Penjaringan Kompol M. Bobby Danuardi ungkap kasus pengeroyokan di gang Royal. Pengeroyokan yang terjadi di lokalisasi Gang Royal, Penjaringan, Jakarta Utara pada Senin (10/7/2023) makan korban. (TribunJakarta)

Diketahui insiden tersebut terjadi pada Senin, (10/7/2023)

Pelaku pengeroyokan akhirnya berhasil diringkus polisi.

Dalam kasus ini, pengeroyokan tersebut di lokalisasi Gang Royal, Penjaringan, Jakarta Utara.

Pengunjung berinisial FDS (32) tewas dikeroyok empat karyawan kafe remang-remang di lokalisasi pinggir rel kereta itu.

Niat awal FDS yang hanya ingin menjemput pacarnya berujung tragis.

Baca juga: GEGER 2 Pemuda di Bogor Terlibat Adu Jotos, 1 Kena Tikam Senjata Tajam, Tubuh Berlumuran Darah Tewas

FDS harus merasakan keroyokan tangan kosong para pelaku sehingga dirinya berujung dijemput ajal.

FDS sampai meregang nyawa karena tidak diberi ampun oleh para pelaku yang mengeroyoknya dengan tangan kosong.

Dari keterangan polisi, empat pelaku pengeroyokan terhadap FDS masing-masing berinisial ADN (24), DI (32), DJ (25), dan A.

Tiga pelaku yang disebut pertama sudah ditangkap, sedangkan A masih dalam pengejaran.

Keempat karyawan kafe ini memiliki peran masing-masing pada saat mengeroyok FDS.

Baca juga: YA ALLAH, 14x Ditusuk! Lagi Nongkrong, Duda Muda di Semarang Tewas Dihajar 10 Pria: Anak Histeris

ILUSTRASI seorang pemuda dikeroyok (Tribun)

Tersangka ADN memukul kepala korban berkali-kali dengan tangan kosong.

DI dan DJ memiliki peran yang sama, yakni memukul korban di bagian wajah dan mengenai pipi kanan.

Di sisi lain, tersangka A yang masih buron menendang korban di bagian punggung belakangnya ketika korban sudah tergeletak.

Sebab, meski korban sudah terkapar tak berdaya, A masih saja menendanginya.

Adapun korban FDS dikeroyok ketika hendak menjemput pacarnya yang merupakan karyawati kafe di lokalisasi pinggir rel kereta itu.

Baca juga: SADIS! Pemilik Warung Kopi di Medan Tewas Ditusuk Orang Tak Dikenal, Pilu Leher Berlumuran Darah

ILUSTRASI wanita sedih gegara pacarnya diamuk empat pemuda saat menjemputnya di kafe remang-remang di Jakarta Utara (TribunPekanbaru / Istimwa)

Sesampainya di dalam kafe remang-remang tersebut, FDS langsung meminta pacarnya C ikut pulang bersamanya.

FDS yang dianggap melakukan pemaksaan saat menjemput kekasihnya langsung dikonfrontir keempat pelaku.

Keributan pun tiba-tiba terjadi, di mana empat pelaku langsung melakukan pengeroyokan dengan tangan kosong terhadap FDS.

"Pacarnya ini ada di Royal, setibanya di sana, korban masuk ke salah satu kafe ingin menjemput pacarnya ini," kata Kapolsek Metro Penjaringan Kompol M. Bobby Danuardi, Senin (24/7/2023).

"Namun oleh para tersangka malah karena menurut para tersangka korban ingin mengambil secara paksa saksi C," sambungnya.

Ilustrasi jenazah. (NST)

Korban yang babak belur dan terkapar langsung dilarikan ke RSUD Cengkareng, Jakarta Barat untuk menjalani perawatan intensif.

Namun, setelah empat hari dirawat, korban akhirnya meninggal dunia pada tanggal 14 Juli dengan luka memar di beberapa bagian tubuhnya.

"Para pelaku masing-masing ada yang mencekik, memukul kepala, menendang bagian perut dan punggung."kata Bobby.

"Korban menderita luka di kepala dan di bagian dalam badan," imbuhnya.

Setelah menerima laporan soal pengeroyokan maut ini, Unit Reskrim Polsek Metro Penjaringan di bawah pimpinan Kompol Harry Gasgari langsung menangkap para pelaku.

Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, para pelaku dijerat pasal 170 KUHP tentang penganiayaan.menyebabkan kematian.

Kini pelaku terancam hukuman 12 tahun penjara.

'Nyawa Nggak Bisa Dibeli!' Bergetar Suara Ortu MA, Anak Tewas Tenggelam saat MPLS, Minta Keadilan

 Iman (39), orang tua MA (13), siswa baru SMPN 1 Ciambar, Kabupaten Sukabumi, yang meninggal karena tenggelam saat mengikuti kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di Sungai Cileuleuy masih diselimuti duka mendalam.

Iman meminta keadilan atas apa yang menimpa anaknya. Terlebih pihak sekolah sebelumnya tak mengetahui keberadaan korban.

Padahal kegiatan tersebut menjadi tanggung jawab sekolah.

Suara Iman bergetar saat menceritakan kematian anaknya.

"Nyawa enggak bisa dibeli. Kami meminta keadilan," ujarnya saat ditemui di kediamannya di Kampung Selaawi, Desa Cibunarjaya, Kecamatan Ciambar, Senin (24/7).

Iman mengatakan, sekalipun kegiatan di Sungai Cileuleuy saat MPLS itu jelas-jelas kegiatan resmi sekolah dan diikuti ratusan siswa, kegiatan tersebut seolah dilepas begitu saja tanpa ada pengawasan yang memadai dari pihak sekolah.

Baca juga: Guru Ditanya Tak Tahu Ortu Panik Anaknya Belum Pulang Sekolah, Ternyata Tewas saat MPLS, Tenggelam

Baca juga: INNALILLAHI! Ulang Tahun Kabupaten Buton Tengah Berubah Duka Cita, 9 Tewas Tenggelam, Kapal Terbalik

Unit PPA Polres Sukabumi Mendatangi keluarga MA di Kampung Selaawi, Desa Cibunarjaya, Kecamatan Ciambar, Senin (24/07/2023) sore.

Iman menduga, pihak sekolah bahkan tak menyadari ada seorang peserta MPLS yang hilang saat kegiatan di sungai itu selesai.

Terbukti, pihak sekolah bahkan tak bisa menjawab saat istrinya datang ke sekolah untuk menanyakan keberadaan anak mereka, Sabtu (22/7) lalu.

"Saat istri saya datang ke sekolah bertanya tentang keberadaan anak kami, pihak sekolah tidak ada yang menjawab.

"Karena tak kunjung ada kabar, istri saya akhirnya kembali datang ke sekolah bersama warga sampai tiga kali.

Baru setelah itu kepala sekolahnya ikut mencari keberadaan anak saya," kata Iman.

“Kalau saja istrinya enggak datang ke sekolah dan tanya anak kami di mana, mungkin keberadaan anak kami belum diketahui hingga kini.

"Pihak sekolah enggak ada yang datang pas hari pertama anak kami hilang.

Enggak ada yang ngasih kabar ke sini," lanjutnya.

Di mata keluarga, kata Iman, MA adalah anak yang sangat baik.

Ilustrasi tenggelam di sungai. (mysuperfoods)

"Dia enggak pernah pernah neko-neko," ujarnya.

Saat ditemukan, Sabtu sore, jasad MA masih mengenakan seragam pramuka.

"Kami meminta keadilan, kami ingin kasusnya diungkap," kata Iman.

Periksa Saksi

Kapolres Sukabumi, AKBP Maruly Pardede, mengatakan sejumlah saksi telah dimintai keterangan terkait kasus ini.

Dari keterangan para saksi, diketahui ada 120 siswa baru SMPN 1 Ciambar yang mengikuti kegiatan lintas alam yang merupakan bagian dari kegiatan MPLS tersebut.

Kapolsek Nagrak Iptu Teguh berada di rumah keluarga MA, korban tenggelam saat ikuti kegitan rangkaian MPLS, Minggu (23/7/2023). (Dok Polsek Nagrak Resor Sukabumi)

Sabtu itu, ujar Kapolres, para siswa baru mandi di sungai.

Acara berlangsung dari pukul 08.00 hingga pukul 11.00.

"Pada pukul 14.30 WIB ditemukan oleh warga, salah satu siswa MOS SMPN 1 Ciambar telah tenggelam di sungai, keadaannya sudah meninggal dunia," ujar Maruly, kemarin.

Kasus meninggalnya siswa saat MPLS ini, ujar Maruly, ditangani oleh unit PPA Satreskrim Polres Sukabumi.

"Polsek Nagrak dan personel Unit PPA Satreskrim saat ini sedang mengumpulkan keterangan saksi.

Total tiga saksi, dua yang sudah dimintai keterangan, baik dari saksi yang ada di lokasi saat kejadian maupun dari pihak sekolah," ujarnya.

Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan apapun dari pihak SMPN 1 Ciambar.

Tribun Jabar sempat mendatangi sekolah tersebut, Senin (24/7).

Namun, pihak sekolah menolak memberikan keterangan.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Jujun Juaeni membantah bahwa MA meninggal dunia saat mengikuti kegiatan MPLS. Kegiatan hiking di Sungai Cileuleuy, Sabtu lalu, ujarnya, bukan bagian dari MPLS.

"Siswa meninggal dunia di SMPN 1 Ciambar itu pada saat kegiatan hiking dan botram, jadi bukan di MPLS," kata Jujun.

Berita ini telah diolah dari artikel TribunJakarta.com.