Sedangkan sang ibu sudah lama berpisah dengan korban, dan anak-anaknya tinggal bersama korban.
Namun, pelaku terkadang kerap berpindah-pindah tempat tinggal di rumah keluarganya.
Sedangkan selama sepekan terakhir, pelaku kembali tinggal di rumah itu.
"Pelaku memang bengal, sering ribut, tapi masalahnya apa saya kurang tahu. Pelaku ini kurang menetap di sana, karena dia aktif ke mana-mana. Memang beberapa pekan ini pelaku tinggal di sana," jelas Hermanto.
Dia menyebut, keseharian pelaku yang merupakan seorang perempuan itu bergaya hidup tak seperti perempuan pada umumnya.
Pelaku kerap bersifat kelaki-lakian alias tomboi. Namun sepengetahuan masyarakat, pelaku tidak pernah berbuat onar di desa itu.
Sebelumnya pelaku juga telah menikah, setelah itu bercerai dengan suaminya.
Adapun korban, dalam kesehariannya merupakan praktisi pengobatan tradisional.
Bahkan korban juga dikenal baik dengan warga setempat.
"Keseharian korban itu baik. Pekerjaan keseharian merupakan pengobatan tradisional atau dukun kampung. Perkumpulan dengan masyarakat baik," ungkapnya.
Usai melakukan pembunuhan kata Hermanto, pelaku tidak melarikan diri.
Bahkan pelaku mengoceh-ngoceh di depan rumahnya, sembari membawa sebilah pisau.
Maka dari itu, tidak ada warga yang berani mendekat ataupun masuk ke kediaman korban.
"Diduga pelaku ini mabuk, usai menikam orangtuanya berada di depan rumah setelah kejadian, tidak lari, sambil mengoceh, tidak mungkin anak membunuh orangtua. Hanya saat ditangkap pelaku berada tak jauh dari rumah," imbuhs Hermanto.
Diberitakan sebelumnya, seorang pria paruh baya di Desa Rias, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tewas usai dibunuh anaknya sendiri menggunakan sebilah pisau pada Minggu (13/8/2023) malam.