Pengungsi Rohingya

MISTERI Hilangnya Nahkoda Kapal Pengungsi Rohingya di Sumut, Diduga Kabur setelah Merusak Kapal

Editor: Dika Pradana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapal pengungsi etnis Rohingya tiba di Pulau Sumatera

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Misteri keberadaan nahkoda kapal pengungsi Rohingya yang karam di perairan Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut) masih belum terpecahkan.

Sosok nahkoda tersebut menghilang setelah kapal yang mengangkut pengungsi Rohingya tiba di kawasan Sumatera Utara (Sumut).

Diketahui, kapal tersebut membawa 156 pengungsi Rohingya dan singgah di Desa Kuala Besar, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang.

Ratusan pengungsi Rohingya yang tinggal sementara di tenda penampungan di Desa Kuala Besar, Kecamatan Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumatera Utara, Minggu (31/12/2023) (Kompas.com)

Usut punya usut, saat kapal mendekati Deli Serdang, nakhoda kapal diduga sengaja merusak kapal tersebut.

Hal itu dilakukan oleh nahkoda tersebut agar kapal itu karam.

Setelah kapal tersebut karam, keberadaan nahkoda tersebut tak diketahui.

Diduga nahkoda kapal tersebut kabur agar tidak dimintai pertanggungjawaban.

"Diduga kapal yang membawa pengungsi Rohingya asal Bangladesh ini karam. Ada unsur sengaja merusak kapal dari pihak tekong nakhoda," ujar Kapolres Belawan, AKBP Janton Silaban saat dihubungi Kompas.com melalui telepon seluler, Senin (1/1/2024).

Baca juga: NELANGSA Wanita Rohingya Kehilangan Putranya usia 14 Tahun saat Berlayar ke Aceh: Didatangi di Mimpi

Baca juga: DETIK-DETIK Warga Rohingya Baku Tembak dengan Polisi Malaysia, 3 Tewas: Terlibat 50 Aksi Perampokan

Janton mengemukakan, setelah kapal rusak, nakhoda tersebut meninggalkan para pengungsi.

"(Nakhoda) melarikan diri dengan menggunakan boat kecil," ujarnya.

Sebelumnya kepala Desa Kuala Besar, Amiruddin mengatakan para pengungsi Rohingya tiba di Deli Serdang, Sabtu (30/12/2023) pukul 23.00 WIB.

Warga yang berempati kemudian memberikan makanan dan mengobati pengungsi Rohingya yang sedang sakit.

"Jadi kondisinya ada (pengungsi) yang sakit, tapi ya kita atas dasar kemanusiaan yang sakit kami obati masih dibawa ke desa kami" ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com.

Kapal pengungsi etnis Rohingya tiba di Pulau Sumatera (AMANDA JUFRIAN/AFP / Kompas.com)

Saat tiba di Deli Serdang, para pengungsi dalam kondisi kelaparan.

Oleh karena itu, pihaknya berusaha memberikan bantuan makanan untuk pengungsi Rohingya.

"Mereka juga gak punya makanan, jadi kelaparan, jadi warga kami juga kasih makanan," jelasnya.

Sementara itu Pangdam 1 Bukit Barisan, Mayjen Mochammad Hasan mengatakan kedatangan pengungsi ini menggunakan cara baru.

Hal ini lantaran sebelumnya para pengungsi Rohingya sempat ditolak saat memasuki perairan Provinsi Aceh.

Pengungsi Rohingya telah mendarat di Aceh sejak 14 November 2023. (kompas.com)

Dia menyarankan agar pengamanan di pantai timur Sumut diperketat untuk menekan kedatangan pengungsi Rohingya.

"Ini sudah menjadi pola baru, mereka yang selama ini masuk ke Aceh atau ke Sabang, sekarang sudah mulai masuk ke wilayah kami pantai timur, Sumut," ungkap Hasan.

Saat ini para pengungsi Rohingya tersebut tinggal di sebuah teluk dengan menggunakan tenda.

Warga dan pemerintah setempat membantu kebutuhan makan para pengungsi.

Hasan juga memastikan suasana di sana kondusif.

Hingga kini pihak kepolisian masih berusaha mengusut kasus tersebut.

NELANGSA Wanita Rohingya Kehilangan Putranya usia 14 Tahun saat Berlayar ke Aceh: Didatangi di Mimpi

 Hancur hati seorang wanita Rohingya di Bangladesh saat mendapati kabar bahwa putranya menghilang saat berlayar ke Indonesia.

Sudah berbulan-bulan lamanya tak mendapatkan kabar keberadaan putranya, wanita Rohingya tersebut mengaku didatangi anaknya melalui mimpi.

Wanita tersebut begitu terpukul saat mendengar kabar bahwa kapal yang ditumpangi anaknya menuju Aceh dihantam badai.

Dalam foto yang dibagikan oleh keluarga, pengungsi Rohingya, Muhammad Ansar, 14, berpose untuk difoto pada 20 November 2023, hari ia meninggalkan tempat penampungan keluarganya di kamp pengungsi Bangladesh, untuk menaiki perahu menuju Indonesia yang kini telah hilang. (VOA)

Dalam kasus ini, remaja berusia 14 tahun bernama Muhammad Ansar sempat pamit untuk meninggalkan kamp pengungsi Cox’s Bazar di Bangladesh.

Ansar pamit kepada keluarganya untuk pergi ke Indonesia bersama ratusan orang lainnya.

Sang kakak, Noor Fatima tak kuasa menahan tangis kala mengantarkan adiknya itu ke tempat keberangkatan kapal.

Keluarga berharap Ansar mendapatkan pekerjaan di Indonesia yang dapat membantu menghidupi mereka.

Baca juga: Perjuangan Nur Islam Pengungsi Rohingya 23 Tahun di Makassar, Susah Cari Kerja: Ingin Bikin KTP

Baca juga: DETIK-DETIK Warga Rohingya Baku Tembak dengan Polisi Malaysia, 3 Tewas: Terlibat 50 Aksi Perampokan

Hanya ada sedikit hal yang bisa dilakukan di kamp pengungsian Cox’s Bazar.

Bangladesh telah melarang penghuni kamp untuk bekerja, sehingga kelangsungan hidup mereka bergantung pada jatah makanan yang diberikan PBB.

Saat itu tanggal 20 November 2023, Ansar akan melakukan perjalanan menggunakan kapal bersama beberapa kerabatnya, termasuk sepupunya yang berusia 20 tahun, Samira Khatun, dan putranya yang berusia 3 tahun.

Keesokan harinya, Samira menelepon keluarga Fatima dan memberi tahu mereka bahwa mereka berada di kapal yang dimaksud.

“Kami sedang dalam perjalanan. Doakan kami," katanya, dikutip dari AP News.

Baca juga: ALASAN Ustaz Derry Sulaiman Mau Tampung Pengungsi Rohingya, Dicarikan Kerja: Saya Siap Menerima!

Ilustrasi wanita Rohingya / remaja Rohingya bernama Muhammad Ansar yang hilang saat berlayar ke Aceh (Kompas.com / VOA)

Beberapa hari setelah perjalanan, kapal Rohingya lainnya melihat kapal yang membawa Ansar dan Samira mengalami keruskaan mesin dan air mulai masuk ke lambung kapal.

Tak ada yang bisa dilakukan oleh kapal tersebut, mereka juga khawatir jika menolong orang-orang di kapal Ansar, akan ikut tenggelam karena kelebihan muatan.

Akhirnya kapten kapal hanya bisa menolong dengan menarik kapal tersebut menggunakan tali.

Lalu, dua atau tiga malam kemudian, badai melanda laut.

Gelombang besar menghantam kedua kapal tersebut dan mengakibatkan tali penghubung kedua kapal putus.

Orang-orang yang berada di kapal Ansar dan Samira menangis dan berteriak keras, 'Tali kami putus! Tali kami putus! Tolong bantu kami!'.

ditumpangi oleh Ansar dan Samira hilang dari pandangan.

Pengungsi Rohingya telah mendarat di Aceh sejak 14 November 2023. (kompas.com)

“Mereka juga beragama Islam. Mereka juga bagian dari komunitas kami,” kata Rujinah saat menyaksikan kapal Ansar hilang dari pandangam.

“Itulah sebabnya rakyat kami juga menangisi mereka,” katanya lagi.

Sementara itu, kamp pengungsian di Cox’s Bazar berduka atas hilangnya kapal yang membawa Ansar dan Samira bersama 180 orang itu.

Menurut penyelidikan AP News, kapal tersebut telah tenggelam di dasar laut dan orang-orangnya telah meninggal.

Fatima yang berada di kamp pengungsian Bangladesh, kesulitan untuk tidur sambil menunggu kabar tentang Ansar.

Dengan satu atau lain cara, katanya, mereka hanya menginginkan jawaban, apakah Ansar masih hidup atau tidak.

Warga Aceh Ngamuk Banyak Pengungsi Rohingya BAB Sembarangan di Tambak Ikan (Istimewa)

Suatu malam, kata Fatima, Ansar mendatangi sang ibu dalam mimpi dan memberitahunya bahwa dia berada di sebuah pulau.

Keluarga yakin Ansar masih hidup dan berada di suatu tempat.

Sementara keluarga lainnya, Shukkur juga bermimpi tentang putrinya, Kajoli yang berada di dalam kapal tersebut.

Namun ia bermimpi bahwa kapal yang ditumpangi putrinya itu telah tenggelam.

Dia yakin gadis kecilnya dan semua penumpang lainnya telah meninggal.

Penderitaannya bergema di seluruh tempat penampungan yang penuh sesak di kamp Cox’s Bazar.

Artikel ini diolah dari Kompas.com