Pilpres 2024

Suara Ganjar di Jateng Menurun versi Berbagai Survei, Pengamat Ungkap Faktor yang Mempengaruhinya

Editor: Eri Ariyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo.

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Suara capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Jawa Tengah (Jateng) diketahui menurun versi berbagai survei.

Hal itu membuat pengamat memberikan tanggapannya terkait faktor-faktor yang mempengaruhinya

Pengamat Psikologi Politik Universitas Negeri Sebelas Maret Solo (UNS), Moh Abdul Hakim memberi tanggapan terkait sejumlah hasil survei yang menunjukkan turunnya suara capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Jawa Tengah (Jateng).

Ganjar Pranowo (Tribunnews/Irwan Rismawan)

Baca juga: Hasil Survei Terbaru versi PRC, Ganjar Terbawah, Prabowo dan Anies Berpeluang Masuk Putaran Kedua

Hakim mengatakan turunnya suara Ganjar tak luput dari munculnya sosok lain dari Jateng, yaitu Gibran Rakabuming Raka yang maju menjadi wakil Prabowo Subianto.

Prabowo-Gibran dinilai mulai menggerogoti suara pemilih di Jateng yang notabene merupakan 'kandang banteng'.

"Ada dua faktor. Efek Jokowi dan sosok Gibran mengamplifiksi. Awalnya, skeptis terhadap Gibran, ternyata dengan caranya sendiri menarik minat masyarakat."

"Survei elektabilitas Gibran sekarang sangat kuat. Dia punya model komunikasi lokalan seperti ngomong bareng di angkringan. Itu rasa politik masyarakat Jawa Tengah, di mana wilayah ini menjadi battle ground Pilpres 2024," ungkap Hakim kepada Tribunnews, Jumat (5/1/2023).

Sejumlah survei antara lain, CSIS pada 13-18 Desember 2023 lalu menunjukkan suara Ganjar di Jateng 43,3 persen, Prabowo yang dulu 10 persen naik menjadi 36,5 persen, dan Anies 13 persen.

Potret lainnya survei Indikator pada 23-24 Desember 2023 menunjukkan suara Ganjar di Jateng-DIY 44,9 persen, Prabowo 36,6 persen, dan Anies 12,3 persen.

Lalu pada bulan sebelumnya, LSI Denny JA juga memotret penurunan suara Ganjar menjadi 61 persen pada 6-13 November 2023

"Pada Pilpres lalu, mindset politik berbasis aliran terpatahkan karena kemenangan Jokowi yang diusung PDIP, ternyata lebih ke personalisasi."

"Setelah Jokowi memimpin dua periode, PDIP justru memperkuat basis elektoral dan asosiasi sendiri. Sampai sekarang pengaruh Jokowi lebih kuat, bahkan melebihi PDIP itu sendiri," katanya.

Lebih lanjut Hakim menilai ketokohan Gibran membuka tren migrasi dukungan terhadap dirinya di Pilpres nanti, dari kantong-kantong massa kandang banteng Jawa Tengah.

Menurutnya, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi dengan drama-drama yang terjadi.

"PDIP banyak memainkan politik drama. Misalnya insiden kader PDIP Boyolali berkonflik dengan tentara. PDIP (seolah-olah korban loyalitas dan teraniaya. Narasi seperti itu mulai ditinggalkan. Ini mungkin yang membuat PDIP semakin terjepit," katanya.

Halaman
123