Dalam perjalanan ke rumah sakit, Tina dihidupkan kembali sebanyak enam kali oleh petugas medis.
Petugas menggunakan peralatan seadanya melakuka tindakan medis paling akurat.
Namun, Tina dinyatakan meninggal dunia dalam perjalanan.
Sesampainya di rumah sakit, Tina Hines diintubasi di rumah sakit.
Tapi tak lama kemudian, Tina Hines mendadak terbangun dari kematiannya.
Pihak rumah sakit dan keluarga tercengang akan hal tersebut.
Baca juga: KISAH Cinta Terpaut 55 Tahun Kandas, Nenek Rohaya Meninggal Dunia, Selamet Pilu Antar Jenazah Istri
Anehnya, Tina Hines langsung meminta pena dan kertas untuk menuliskan pesan aneh pada keluarganya.
Dengan tulisan tangan yang nyaris tak terbaca, Tina menuliskan kata 'itu nyata'.
Ketika dia ditanya apa yang nyata, dia hanya mengangguk ke atas.
“Itu sangat nyata, warnanya sangat cerah,” kata Tina.
Dia mengaku melihat sosok yang dia yakini sebagai Yesus.
Namun pengalaman seperti ini tidak jarang terjadi.
Menurut penelitian, meskipun kebanyakan orang tidak memiliki ingatan tentang periode kematian mereka, sekitar 10 hingga 20 persen memiliki semacam episode visual atau sensorik pada saat tersebut.
Meskipun mungkin tampak mistis, para ilmuwan semakin dekat untuk menemukan kebenaran tentang apa yang terjadi selama pengalaman mendekati kematian ini.
Para peneliti di Universitas Michigan melakukan penelitian pada beberapa tikus pada tahun 2013.
Menurut laporan, lonjakan aktivitas di otak sesaat sebelum kematian lebih tinggi dibandingkan saat paling sadar
Pemimpin penelitian, Dr Jimo Borjigin, dari Universitas Michigan, mengatakan: "Banyak orang berpikir bahwa otak setelah kematian klinis tidak aktif atau hipoaktif, dengan aktivitas yang lebih sedikit dibandingkan saat terjaga, dan kami menunjukkan bahwa hal tersebut jelas tidak terjadi.
"Bahkan, ia jauh lebih aktif selama proses kematian dibandingkan saat terjaga."
Kesembilan tikus tersebut dipantau saat mereka sekarat, dan dalam periode 30 detik setelah jantung hewan tersebut berhenti berdetak, peningkatan tajam gelombang otak frekuensi tinggi diukur.
Mungkinkah pengalaman Tina hanyalah akibat dari lonjakan gelombang otak berfrekuensi tinggi? Kita mungkin tidak akan pernah tahu.
(Tribunnewsmaker.com/Eri Ariyanto)