Kendati demikian, ia mengenangnya sebagai pengingat agar dirinya tidak lagi kembali ke masa-masa itu.
Tak lupa ucapkan istighfar, diceritakanlah kisahnya yang kelam dulu.
"Astaghfiullah, bejat sekali saya waktu itu. Itu membuat murka Tuhan bahkan di agama saya terdahulu. Entah berapa ratus wanita yang saya tiduri," ujar dia.
Saat menceritakan masa kelamnya, sekilas terlihat penyesalan dari ekspresi wajahnya.
Muhammad Khoiruddin dulu dikenal sebagai penguasa kawasan Sadasari, Kuta, Bali.
Setiap hari ia hanya berusaha memenuhi nafsu duniawinya.
Meskipun setiap hari menikmati kenikmatan duniawi, namun kehidupan sebagai preman tentu bukan sesuatu yang selalu mulus.
Dulu dirinya pernah dikeroyok puluhan orang. Meskipun demikian, karena kesaktiannya ia mengatakan tidak terluka.
"Saya pernah dikeroyok puluhan orang dari kelompok lawan. Hingga saya dikubur di selokan dengan tumpukan bebatuan. Disangkanya saya mati," kata dia.
Akan tetapi, rupanya saat itu dirinya masih baik-baik saja. Ketika bangun, ia langsung mendatangi kelompok yang mengeroyoknya dan kembali berkelahi.
Sang Mantan Preman Mengenal Islam Menjadi Mualaf Semuanya dimulai tahun 1999 ketika dirinya satu kos dengan pemuda bernama Muhammad Yusuf, seorang santri.
Meskipun saat itu Khoiruddin masih hidup dengan gemerlap dunia preman, Yusuf tak pernah menghakiminya.
Yusuf hanya mengingatkan Khoiruddin saat ia minum minuman keras, agar tetap menjaga kesehatannya.
"Kadang ia mengingatkan, jaga kesehatan jangan terus-terusan mabuk," kata dia.
Pada suatu hari, dirinya sedang mabuk tak jauh dari sosok Yusuf yang sedang shalat.