Tokoh masyarakat Desa Grabagan, Budi Aji (55), mengatakan, fenomena semburan lumpur di Bledug Cangkring jarang sekali terjadi.
Baca juga: Sosok Dwikorita Karnawati Kepala BMKG Sebut Gempa Megathrust Lumpuhkan Jakarta, S2 & S3 di Inggris
Menurut keyakinan warga setempat, jika muncul semburan lumpur di Bledug Cangkring, konon akan diikuti sebuah bencana buruk di Indonesia.
"Dan kepercayaan di sini adalah sebuah pertanda bakal ada bencana besar di daerah lain. Wallahu a'lam bishawab, semoga baik-baik saja," terang Budi.
Sebagai catatan, Bledug Cangkring adalah destinasi wisata alam serupa obyek wisata Bledug Kuwu di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Grobogan.
Lokasi keduanya pun hanya berjarak sekitar 2 kilometer.
Fenomena letupan-letupan lumpur berselimut asap putih dari dalam tanah di hamparan luas itu juga mirip dengan obyek wisata "Oro Oro Kesongo" di Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora.
Mitologi masyarakat setempat menyebutkan jika fenomena ketiganya saling berkaitan dengan legenda Jaka Linglung.
Sementara itu, merujuk pada penelitian, ketiga lokasi tersebut merupakan situs gejala geologi berupa gunung lumpur (mud volcano).
Ahli Geologi Handoko Teguh Wibowo menyampaikan, keberadaan gunung lumpur di Bledug Kuwu, Bledug Cangkring, dan Oro Oro Kesongo mengindikasikan lokasi tersebut bersemayam minyak dan gas.
Lokasi gunung lumpur jamak ditemui di Kabupaten Grobogan, Blora, Rembang, dan beberapa kabupaten di Jatim (zona kendeng).
Sementara di Indonesia mud volcano eruption yang masih sering dijadikan bahan perbincangan berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur.
Meski demikian, Dosen Teknik Geologi dan Pertambangan Institut Teknologi Adhitama Surabaya ini menyebutkan, mud volcano di Grobogan dan Blora ini berbeda dengan di Sidoarjo.
Mud volcano di Sidoarjo bersuhu 100 derajat celsius. Sedangkan mud volcano di Kesongo mengikuti suhu kamar berkisar 30 derajat celsius hingga 32 derajat celsius.
"Fenomena semburan ibarat erupsi tapi lumpur." kata Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Jatim.
"Mud volcano menjadi ciri minyak dan gas dan selalu berasosiasi dengan keberadaan migas baik di bawah atau di sekitarnya." sambungnya.
"Hal ini bisa kita lihat di sebelah barat Kesongo ada lapangan migas produktif, lapangan Gabus milik Pertamina," pungkasnya.
Hingga kini fenomena ini menjadi tontonan warga.
Tak sedikit warga yang berduyun-duyun mendatangi lokasi untuk mengabadikan fenomena langka ini.
(TribunNewsmaker.com/Kompas.com)