Khazanah Islam

Benarkah Bulan Zulkaidah Dianggap Pembawa Sengsara Sehingga Dilarang Menikah? Ini Kata Buya Yahya

Editor: Sinta Manila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Benarkah bulan Zulkaidah diangap membawa kesialan?

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Pada kepercayaan beberapa masyarkat mereka selama ini meyakini bahwa bulan Zulkaidah dalam kalender Islam merupakan bulan kesengsaraan.

Bulan tersebut merupakan bulan kesebelas dalam kalender Hijriah.

Baca juga: Benarkah Suami Istri yang Bercinta di Malam Jumat Hukumnya Sunnah Rasul? Ini Kata Ustaz Adi Hidayat

Sedangkan dalam kalender Masehi, Zulkaidah akan dimulai sekitar 7 Juni 2024 mendatang.

Pada kepercayaan masyarkat sekarang, Zulkaidah diangap membawa kesialan.

Sehingga pada waktu-waktu bulan ini, seseorang dilarang menikah atau pindah rumah.

Benarkah seperti itu? Berikut ini bantahan keras dari ulama Buya Yahya.

Buya Yahya menasihati bagi orang-orang yang menganggap bulan Zulkaidah bulan sial patut waspada sebab bisa jadi itu doa untuk dirinya sendiri.

Saat ini berada di bulan Syawal, sebentar lagi menuju bulan Zulkaidah yaitu bulan ke-11 sistem penanggalan Islam.

Zulkaidah adalah termasuk salah satu dari empat bulan haram atau bulan mulia, bulan haram lainnya yakni Zulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Buya Yahya menerangkan sebagian orang di suatu daerah di Indonesia beranggapan jika bulan Zulkaidah adalan bulan naas, sial, atau kapit.

"Ini ungkapan paling kurang ajar kepada Allah, sebab Allah menyebut bulan Zulkaidah adalah bulan hurum, empat bulan haram di antaranya Zulkaidah," jelas Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Al-Bahjah TV.

Benarkah bulan Zulkaidah diangap membawa kesialan? (Youtube BahjahTV)

Buya Yahya menegaskan apabila ada orang yang menganggap Zulkaidah bulan sengsara, maka bisa jadi orang tersebut akan mendapat kesengsaraan.

Kesialan yang dimaksud misalnya dilarang menikah, membangun rumah, atau pindah rumah pada bulan Zulkaidah.

"Banyak toko bangunan mengaku sepi di bulan Zulkaidah, jangan membangun keyakinan sial seperti itu, Zulkaidah adalah bulan mulia," kata Buya Yahya.

Berprasangka buruk kepada Allah hukumnya haram, sehingga sebagai hamba-Nya harus selalu berprasangka baik.

"Tidak ada bulan kejepit, kapit, sial, bulan beruntung semuanya, dan ingat, hadist qudsi, Allah berdasarkan bagaimana hamba-Nya menduganya," ujar Buya Yahya.

Buya Yahya menambahkan, hari sial atau sengsara adalah hari dimana seseorang bermaksiat atau melanggar Allah. Selain itu semua hari atau waktu adalah baik.

Apabila umat muslim melakukan ibadah atau amal kebaikan maka itu adalah bulan baik baginya.

Hikmah bulan Zulkaidah sendiri adalah bulan dimana kaum muslimin berangkat melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.

Buya Yahya Al Bahjah (SERAMBINEWS.COM/SYAMSUL AZMAN)

"Sengsara itu zina tak mau nikah, sengsara adalah melakukan keharaman, jadi jangan percaya dengan hal-hal demikian," ucap Buya Yahya.

Sebaik-baik perkara ibadah yang dipercepat adalah yang paling baik, terlebih untuk menikah dapat menghindarkan diri dari zina.

Buya Yahya mengatakan sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW selalu berhusnudzon atau menganggap sesuatu adalah hal yang baik termasuk semua bulan.

Buya Yahya menambahkan jika seseorang tidak bisa selalu berbuat baik, maka hendaknya memohon kepada Allah secara terus-menerus agar diberikan kelapangan hati.

"Harus sadar dulu hati memiliki keinginan untuk berbuat baik, setelah itu meminta kepada Allah, mengadu kepada Allah urusan hati," terang Buya Yahya.

Misalnya Anda muslim kaya yang belum tergerak beramal shaleh dengan harta yang dimiliki, memohon kepada Allah agar hati terbuka dan ingin berbuat kebaikan dengan harta tersebut.

Berlaku pula ketika umat Islam diuji untuk melakukan maksiat, misalnya mata sudah ingin melihat yang haram segera berdoa kepada Allah sebelum melihatnya dihentikan terlebih dahulu.

Sesuatu tidak akan langsung sampai pada pikiran dan hati kecuali melalui pintunya. Pintunya sederhana, mata dan telinga saja, kalau kita bisa menjaga mata dan telinga kita, maka akan terhindar dari godaan apapun

Doa tersebut hendaknya terus dipanjatkan sampai tampaknya bentuk taqwa kepada Allah SWT.

"Maka cara agar hati tenang, apabila mendengar seruan kebaikan segeralah sambut biarpun mula-mula hanya dengan hati, lalu berdoa kepada Allah diringankan hati agar turut berbuat baik," ucap Buya Yahya.

Taqwa dapat dibuktikan dari adanya penyesalan setelah berbuat tindakan buruk atau maksiat.

Umat muslim tak terlepas dari khilaf, Buya Yahya menekankan jika terlanjur berbuat dosa maka segera hapus dengan cara menyesali perbuatan tersebut dan memohon ampun kepada Allah.

(Tribunnewsmaker.com/Banjarmasinpost)