Konon ada kedatangan Raja Solo, Pakubuwono IV yang akan ke Jogja rombongan kereta berhenti di tempat tersebut.
Ketika beristirahat, raja memakan buah nangka dan isinya dibuang dan berpesan jika sendang ini dinamakan Sinongko atau dalam Bahasa Indonesia sinangka.
Sendang Sinongko di Desa Pokak tersebut sebenarnya sudah ada sejak lama, dan sudah diketahui masyarakat setempat.
Dan dulunya, air sendang tersebut difungsikan warga secara turun-temurun untuk mengairi sawah mereka.
Selain itu, ada cerita mengenai seorang Adipati yang datang bersama pengawalnya Kiai Wirogupo.
Ketika bertemu para petani, Singodrono berpesan agar petani selalu bersyukur.
Pesan tersebut masih dilestarikan masyarakat sampai saat ini oleh masyarakat setempat.
Baca juga: Cuma 1 Jam dari Klaten Kota, Ada Wisata Museum Manusia Purba Terkenal, Cocok Dikunjungi Bersama Anak
Pada setiap hari Jumat Wage saat panen ketiga setiap tahun mengadakan syukuran dengan menyembelih kambing dan ayam.
Dan ada acara bersih sendang yang diadakan tiap tahun, dimana syukuran panen itu dengan menu utama daging kambing dan ayam.
Tradisi bersih Sendang Sinongko dengan syukuran makan bersama daging kambing dan ayam itu sudah ada sejak zaman dahulu.
Warga sukarela menyumbang kambing, ayam, dan makanan untuk menunjukkan rasa syukur mereka.
Setiap tradisi digelar, ribuan orang datang ke sendang, bahkan warga dari luar dan orang desa yang merantau ke luar pulang kampung untuk hadir.
(Tribunnewsmaker.com/Talitha)