2. Mengintegrasikan Isu Kontemporer dan Digital:
- Materi Kewarganegaraan/IPS: Jika membahas hak dan kewajiban warga negara, kami tidak hanya menghafal pasal. Kami akan mendiskusikan isu-isu aktual yang terjadi di sekitar mereka (misalnya, pentingnya menjaga kebersihan lingkungan setelah ada tumpukan sampah, atau bagaimana berita hoax memengaruhi kerukunan).
- Strategi Pembelajaran: Memanfaatkan platform digital dan media sosial yang akrab bagi siswa sebagai alat belajar. Misalnya, membuat proyek vlog singkat tentang cara menjaga kebersihan lingkungan (aplikasi materi IPA/IPS dan keterampilan TIK), atau membuat poster digital kampanye anti-bullying (materi PKN dan desain grafis sederhana). Diskusi bisa dilakukan melalui forum daring yang dipandu.
Dengan pendekatan ini, pembelajaran menjadi lebih hidup, relevan, dan bermakna. Siswa tidak hanya menghafal, tetapi juga merasakan langsung keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dan lingkungan di sekitar mereka.
Kunci Jawaban Alternatif:
Sebagai guru di wilayah perdesaan, saya menyesuaikan materi dan strategi pembelajaran dengan lingkungan alam dan kehidupan sehari-hari peserta didik. Misalnya, saat mengajarkan teks prosedur dalam pelajaran Bahasa Indonesia, saya meminta siswa menulis langkah-langkah membuat pupuk kompos dari sampah organik di sekitar rumah mereka. Ini relevan karena banyak keluarga siswa berprofesi sebagai petani atau berkebun.
Strategi pembelajarannya menggunakan pendekatan proyek (project-based learning) yang melibatkan observasi langsung dan praktik di lingkungan sekitar. Dengan begitu, siswa merasa bahwa apa yang mereka pelajari berguna dalam kehidupan nyata. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan membangkitkan rasa percaya diri mereka karena berkaitan dengan pengalaman hidup mereka sendiri.
Kunci Jawaban Alternatif:
Menghadapi peserta didik yang tumbuh di era digital, saya menyesuaikan strategi pembelajaran dengan teknologi yang akrab bagi mereka. Contohnya, saat mengajarkan tema "cerita rakyat" di kelas Bahasa Indonesia, saya tidak hanya menggunakan buku cetak, tetapi juga memanfaatkan media digital seperti video animasi cerita rakyat dan membuat tugas membuat sinopsis dalam bentuk vlog pendek.
Strategi ini memanfaatkan kodrat zaman peserta didik yang sangat lekat dengan teknologi dan media sosial. Selain itu, pembelajaran jadi lebih menarik dan interaktif. Saya juga mengajak siswa membuat konten edukatif sederhana menggunakan aplikasi yang mereka kenal seperti Canva atau CapCut, sehingga mereka tidak hanya menjadi pengguna pasif teknologi, tetapi juga kreator yang cerdas dan bertanggung jawab.
Baca juga: Soal & Kunci Jawaban Post Test PPG 2025 Modul PSE 2, Tindakan yang Dilakukan untuk Menyakinkan Guru
Kunci Jawaban Alternatif:
Untuk menyesuaikan materi dan strategi pembelajaran dengan konteks peserta didik, saya akan berfokus pada keterlibatan aktif dalam komunitas mereka dan penerapan pembelajaran berbasis proyek yang relevan dengan kodrat alam dan zaman.
1. Keterlibatan Komunitas dalam Pembelajaran:
- Materi Bahasa Inggris: Jika materi adalah deskripsi tempat, daripada hanya membaca, siswa bisa mendeskripsikan tempat-tempat penting di desa/kota mereka (misalnya, balai desa, toko kelontong, lapangan bermain) dalam Bahasa Inggris. Mereka bahkan bisa mengundang tokoh masyarakat setempat yang menguasai Bahasa Inggris untuk berbagi cerita tentang sejarah atau keunikan daerah tersebut.
- Materi Seni Budaya: Siswa tidak hanya belajar tentang seni tari atau musik daerah lain, tetapi diajak mempelajari dan mempraktikkan seni atau permainan tradisional yang masih ada di komunitas mereka (misalnya, permainan engklek, gasing, atau lagu daerah setempat). Mereka bisa mengundang sesepuh atau seniman lokal sebagai narasumber langsung. Ini menghidupkan kembali warisan budaya lokal.
2. Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) Kontekstual:
- Proyek "Solusi Masalah Lokal": Siswa mengidentifikasi masalah sederhana di lingkungan sekolah atau sekitar rumah mereka (misalnya, sampah berserakan, kesulitan menanam pohon di lahan kering). Mereka kemudian merancang solusi konkret sebagai proyek. Contoh: membuat sistem pengomposan sederhana untuk sampah organik sekolah, atau membuat panduan menanam sayuran di pot untuk lahan terbatas. Proses ini melibatkan riset, perencanaan, pelaksanaan, dan presentasi.
- Pemanfaatan Teknologi Sehari-hari: Proyek-proyek ini akan melibatkan alat atau aplikasi yang akrab dengan dunia anak sekarang. Misalnya, mereka bisa merekam video tutorial (sesuai kodrat zaman) hasil proyek mereka, membuat presentasi digital, atau menggunakan platform kolaborasi online untuk kerja kelompok.
Melalui pendekatan ini, pembelajaran tidak terisolasi di dalam kelas. Siswa mengalami langsung aplikasi ilmu, berinteraksi dengan komunitasnya, dan menggunakan alat-alat modern yang akrab bagi mereka untuk memecahkan masalah nyata, sehingga pembelajaran menjadi sangat relevan dan bermakna.
*) Disclaimer: Kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 3 FPPN topik 1 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara materi Mendidik Sesuai dengan Kodrat Alam dan Kodrat Zaman dalam artikel ini hanya sebagai referensi bagi guru yang mengikuti PPG 2025 untuk mengerjakan di Ruang GTK.
(Tribunnewsmaker.com/Tribunnews.com/Sri Juliati)