TRIBUNNEWSMAKER.COM - Di balik tembok Gedung Kemlu Jakarta, misteri kematian diplomat asal Desa Gedongkuning, Kota Yogyakarta, masih menyisakan luka yang belum sembuh.
Arya Daru Pangayunan, sosok yang dikenal ceria dan penuh empati, ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan. Polisi menyebutnya bunuh diri tapi keluarga menolak percaya.
Sidik jari di lakban, luka tanpa pelaku, dan jejak digital konseling menjadi teka-teki yang belum selesai dibaca.
Baca juga: Tangis Pita Istri Arya Daru, Keluarga Korban Ragu Hasil Polisi: Dugaan Akhiri Hidup Sulit Diterima
Apakah benar Arya memilih mengakhiri hidupnya? Atau ada sisi lain yang belum terungkap?
Berikut penjelasan lengkap berdasarkan hasil forensik, digital, psikologis, dan tanggapan keluarga.
1. Hasil Forensik: Gangguan Oksigen, Bukan Luka Mematikan
Dokter forensik dr. G. Yoga Tohijiwa, Sp.F.M. dari RSCM menyatakan bahwa penyebab kematian ADP adalah mati lemas (asfiksia) akibat gangguan pertukaran oksigen di saluran napas atas.
Hal ini diperkuat dengan temuan:
- Luka lecet pada wajah dan leher
- Busa dan lendir di batang tenggorok
- Paru-paru sembap
- Tidak ada penyakit mematikan atau luka berat yang menyebabkan kematian
- Tidak ditemukan zat beracun seperti sianida, alkohol, atau narkoba
Polisi juga menegaskan bahwa tidak ditemukan tanda kekerasan dari orang lain maupun bukti serangan fisik yang mengarah pada tindakan kriminal.
2. Sidik Jari ADP Ditemukan pada Lakban
Salah satu bukti penting yang mendasari simpulan polisi adalah ditemukannya sidik jari ADP sendiri di lakban yang melilit kepalanya.