1. Keluarga Tolak Autopsi
Ayah korban, Yoyon Surono, menyatakan keluarga menolak proses autopsi dan menganggap meninggalnya Rheza sebagai musibah.
“Kami pasrah. Apapun yang terjadi itu musibah. Kami tidak mau autopsi,” ungkapnya, Minggu (31/8/2025), dikutip dari TribunJogja.com.
Autopsi adalah pemeriksaan medis terhadap jenazah dengan cara pembedahan untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian.
Ia tak punya firasat anaknya akan meninggal ketika demo.
“Baru saja kemarin dia bayar kuliah, baru masuk libur. Saya suruh di rumah saja,” imbuhnya.
Yoyon merasa janggal dengan kematian anaknya karena ditemukan sejumlah luka saat memandikan jenazah seperti bekas sepatu PDL, sayatan di kepala, hingga luka lecet di punggung.
“Kena gebukan tongkat, ada sayatan-sayatan. Dari gas air mata pun kulitnya putih-putih,” terangnya.
Selain itu, barang-barang yang dibawa anaknya juga belum ditemukan.
“Katanya yang mengantar dari Unit Kesehatan Polda DIY, cuma dua orang. Tidak ada dari yang lain. Dompet, KTP, bahkan motor Rheza pun belum kembali,” jelasnya.
Ia berharap tak ada lagi korban jiwa dan meminta kepolisian untuk tidak melakukan tindak kekerasan.
"Tapi semoga tak ada lagi keluarga lain yang harus merasakan apa yang kami rasakan hari ini,” pungkasnya.
Baca juga: Reza Tewas Demo di Mapolda DIY, Ayah Mahasiswa Amikom Syok Cek Jenazah: Tengkuk Patah, Pijakan Kaki
2. Pesan Sri Sultan Hamengku Buwono X
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, menggelar pertemuan tertutup dengan 10 rektor perguruan tinggi di DIY pada Minggu (31/8/2025) malam.
Sejumlah kampus yang hadir dalam pertemuan yakni UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga, UPN Veteran, ISI Yogyakarta, UII, UMY, Atma Jaya, Sanata Dharma, hingga Amikom.