Jokowi Alihkan Kerjasama Whoosh dari Jepang ke China, Mahfud MD: Kok Mau? Jangan-jangan Ada Main
Jokowi dulu alihkan kerjasama Whoosh dari Jepang ke China, Mahfud MD heran kenapa tidak dipermasalahkan: 'Jangan-jangan ada main'
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
Ringkasan Berita:
- Mahfud MD kembali menyoroti dinamika yang terjadi di balik pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau yang kini dikenal dengan nama Whoosh.
- Menurut Mahfud MD, keputusan pemerintah yang mengalihkan kerja sama proyek tersebut dari Jepang ke China sejak awal patut dipertanyakan.
- Ia juga menilai keputusan itu secara wajar memunculkan kecurigaan publik tentang adanya hal-hal yang tidak transparan.
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM RI (Menkopolhukam) Mahfud MD kembali menyoroti dinamika yang terjadi di balik pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau yang kini dikenal dengan nama Whoosh.
Ia menilai, keputusan pemerintah yang mengalihkan kerja sama proyek tersebut dari Jepang ke China sejak awal patut dipertanyakan karena menimbulkan tanda tanya besar di masyarakat.
Menurut Mahfud, perubahan mitra kerja sama itu bukan hanya mengubah arah kebijakan, tetapi juga membuat nilai proyek menjadi lebih tinggi dari rencana awal bersama Jepang.
Hal tersebut, katanya, secara wajar memunculkan kecurigaan publik tentang adanya hal-hal yang tidak transparan di balik keputusan tersebut.
“Dulu kok tiba-tiba pindah ke Cina? Dulu tidak dipersoalkan, harganya begitu tinggi kok mau saja? Jangan-jangan ini ada main? Kan gitu,” kata Mahfud MD, dikutip dari tayangan yang diunggah di kanal YouTube Forum Keadilan TV pada Kamis (31/10/2025).
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menjelaskan bahwa ia tidak menuduh secara langsung, namun menekankan pentingnya transparansi dan keterbukaan informasi publik terkait proyek berskala besar seperti KCJB.
Mahfud kemudian mengaitkan persoalan ini dengan hasil sebuah studi internasional yang dilakukan oleh lembaga media asal Jerman, Deutsche Welle, mengenai pola kontrak kerja sama yang dilakukan China di berbagai negara berkembang.
Ia menyebut, studi tersebut meneliti 142 kontrak kerja sama antara China dan 24 negara, dan hasilnya menunjukkan adanya pola yang hampir seragam.
Baca juga: Dugaan Korupsi Whoosh, Mahfud MD Ragu Luhut Terlibat, Tahu Karakter: Diminta Presiden ya Selesaikan
 
“Ada satu studi yang dilakukan Deutsche Welle di Jerman, terhadap 142 kontrak yang dilakukan China bersama 24 negara lain,” ujar Mahfud.
Penelitian itu, lanjutnya, dipublikasikan pada 31 Maret 2021, dan menyoroti secara khusus isi kontrak yang sebagian besar bersifat tertutup dan tidak bisa diakses publik.
“Isinya, yang paling penting itu kerahasiaannya. Utang negara peminjam terhadap China itu adalah utang rakyat, sehingga rakyat tidak boleh minta pemberhentian bayar, karena misalnya pemerintahnya dianggap curang.”
Selain itu, Mahfud juga menegaskan bahwa dalam kontrak-kontrak tersebut, biasanya terdapat jaminan yang wajib diberikan oleh negara peminjam kepada China.
“Lalu, ada satu lagi klausul; setiap negara peminjam menyerahkan agunan, jaminan, yang bersifat rahasia dan dokumen-dokumen jaminan itu hanya disimpan oleh China.”
Menurut Mahfud, inilah yang menimbulkan kekhawatiran terkait proyek Whoosh, sebab tidak ada kejelasan mengenai bentuk jaminan yang mungkin telah disepakati oleh pemerintah Indonesia.
Soal agunan inilah, kata Mahfud, yang perlu diselidiki lebih jauh agar publik mengetahui sejauh mana tanggung jawab finansial negara dalam proyek tersebut.
 
							 
												      	 
											 
											 
											