Berita Viral
Kisah Heroik Rafi, Selamatkan 2 Temannya saat Ponpes Al Khoziny Ambruk, tapi Nyawanya Tak Tertolong
Inilah sosok dan kisah heroik Rafi, sempat selamatkan 2 temannya saat Ponpes Al Khoziny ambruk, tapi nyawanya tak tertolong.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
Sosok Rafi, Sempat Selamatkan 2 Temannya saat Ponpes Al Khoziny Ambruk, tapi Nyawanya Tak Tertolong
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Namanya adalah Rafi Catur Okta Mulya, seorang remaja berusia 17 tahun yang dikenal tenang dan pendiam di lingkungan sekitarnya.
Rafi menjadi salah satu dari lima korban jiwa dalam peristiwa tragis ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, yang terjadi pada Senin (29/9/2025) lalu.
Kisah kepergiannya begitu menyayat hati, karena ia meninggal dunia saat berusaha menyelamatkan dua orang temannya dari reruntuhan bangunan yang mendadak roboh.
Sayangnya, meskipun sempat mendapat pertolongan medis dan dilarikan ke rumah sakit, nyawa Rafi tetap tidak bisa diselamatkan.
“Meninggalnya kemarin malam. Korban tiba di Jember pada pukul 05.00 WIB pagi. Memilih dimakamkan di Jember karena saya aslinya sini,” ungkap Mulyono, ayah Rafi dengan suara penuh duka.
Ucapan itu menggambarkan betapa besar kesedihan keluarga atas kepergian anak yang mereka banggakan.
Rafi sebenarnya berasal dari Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, Jawa Timur, tempat ia tumbuh besar bersama keluarga.
Namun, keluarga sepakat untuk memakamkan sang buah hati tercinta di kampung halaman ayahnya, tepatnya di Desa Tanggal Kulon, Kecamatan Tanggul, Jember.
Keputusan itu diambil sebagai bentuk penghormatan terakhir sekaligus agar Rafi bisa beristirahat di tanah kelahiran keluarganya.
Pemakaman dilakukan pada Kamis (2/10/2025) dengan suasana penuh keharuan yang menyelimuti setiap langkah pelayat.
Baca juga: 2 Santri Korban Ambruknya Al Khoziny Sidoarjo Diamputasi, Jadi Anak Angkat Cak Imin, Hidup Dibiayai

Rumah duka keluarga korban di Jember dipenuhi oleh kerabat, tetangga, dan sahabat yang datang silih berganti untuk memberikan doa serta ucapan belasungkawa.
Tangis haru pecah saat jenazah Rafi akhirnya disemayamkan, mengingat ia pergi dengan cara yang begitu heroik saat menolong teman-temannya.
Kehilangan Rafi meninggalkan luka mendalam bagi keluarga, namun juga menghadirkan rasa bangga karena keberaniannya di detik-detik terakhir hidupnya.
Bagi keluarga, kepergian Rafi bukan hanya kehilangan seorang anak, tetapi juga sosok teladan yang menunjukkan keberanian dan ketulusan hingga akhir hayatnya.
Baru saja mondok
Mulyono mengatakan putranya yang meninggal dunia baru pertama kalinya mondok (istilah santri yang belajar di pondok pesantren).
Bahkan baru tiga bulan belajar di lembaga pendidikan agama ini.
"Baru saja lulus SMP kemarin dan baru kemarin ini mondok, mungkin mau bulan ketiga," ujarnya saat dikonfirmasi.
Baca juga: Kesaksian Rizki Ramadhan, Santri Pondok Pesantren Al-Khoziny Disuruh Bantu Ngecor Karena Dihukum

Anak yang baik
Selama masih hidup, Mulyono mengungkapkan putranya terkenal pendiam tidak pernah nongkrong keluar rumah.
"Aktivitasnya hanya di pondok. Sebelumnya tidak pernah mondok, begitu lulus SMP, lanjut SMK sambil mondok di Ponpes Al Khoziniy. Jadi baru pertama kali mondok," paparnya.
Sementara ketika di rumah, Mulyono mengatakan putranya senantiasa membantu ibunya menjaga warung peracangan.
"Tidak pernah keluar rumah, aktifitas lain mungkin di musala.
Teman-temannya mungkin sering ke rumah, tetapi anaknya ketika diajak keluar selalu tidak mau," kenangnya.
Jumlah korban
Data sementara hingga Kamis (2/10/2025) sore, total korban bangunan ambruk ditemukan mencapai 108 orang.
Dari data tersebut, 103 orang berhasil diselamatkan dan lima orang dinyatakan meninggal dunia.
Kemudian, 59 santri diketahui masih belum ditemukan, sehingga masih dalam proses pencarian.
Mulai Gunakan Alat Berat
Tim SAR gabungan mulai mengerahkan alat berat berupa crane pada hari keempat, Kamis (2/10/2025), untuk memindahkan material reruntuhan dari bagian atas reruntuhan bangunan.
Sebelumnya TIM SAR belum menggunakan alat berat untuk menghindari bangunan menimpa beberapa korban yang masih tertimbun di reruntuhan.
SAR Mission Coordinator (SMC) Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo menjelaskan, penggunaan crane dilakukan setelah tim rescue BASARNAS melaksanakan rangkaian assessment sebanyak tiga fase, pada Rabu (1/10/2025) malam.
Pada fase pertama, tim melakukan pengecekan tanda-tanda kehidupan di Site A1, A2, dan A3 dengan cara memanggil korban secara bergantian.
Namun hasilnya nihil.
Fase kedua dilanjutkan dengan penggunaan search camera yang menjangkau celah hingga kedalaman lima meter.
Hasilnya, juga tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan.
Kemudian, fase ketiga dilakukan dengan wall scan suffer 400 untuk mendeteksi keberadaan orang di balik reruntuhan dinding beton. Hasil pemeriksaan tidak menemukan adanya tanda napas maupun denyut nadi.
Tak berhenti di situ, tim rescue BASARNAS beralih menggunakan multi search seismic scanner.
Peralatan ini berfungsi menangkap getaran dan suara kecil dari dalam reruntuhan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya korban hidup.
"Selama proses assessment dan reassessment, area lokasi reruntuhan disterilisasi agar tidak ada suara tambahan yang memengaruhi hasil deteksi," kata Bramantyo melalui keterangan tertulis.
(TribunNewsmaker.com/Tribunnews/ Surya.co.id)