Berita Viral
Fakta Jenazah di Gunung Ciremai, Hilang 3 Minggu & Mental Tak Stabil, Mendaki untuk Kenang Masa Lalu
Fakta sosok UR, jasadnya ditemukan di Gunung Ciremai, sempat hilang 3 Minggu keadaan mental tak stabil usai cerai, mendaki untuk nostalgia.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
Ringkasan Berita:
- Jasad seorang pria ditemukan membusuk di Gunung Ciremai.
- Sosok yang diketahui berinisial UR itu sempat menghilang tiga Minggu.
- Kondisi mentalnya tidak stabil setelah cerai, namun ia sudah lama menduda.
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Penemuan jenazah seorang pria di kawasan kawah Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, pada Rabu (29/10/2025), menggemparkan warga dan para pendaki.
Kasus ini menyita perhatian karena berbagai fakta mengejutkan yang terungkap, mulai dari kondisi jasad saat ditemukan hingga latar belakang korban yang disebut mengalami gangguan psikologis setelah menduda.
Kawasan Gunung Ciremai yang dikenal sebagai gunung tertinggi di Jawa Barat itu menjadi saksi bisu tragedi memilukan ini.
Petugas Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) yang tengah berpatroli menemukan jasad dalam kondisi yang sangat mengenaskan di sekitar area kawah gunung.
Tubuh korban sudah membusuk, sehingga diperkirakan telah meninggal dunia cukup lama sebelum akhirnya ditemukan.
Petugas BTNGC Kuningan bernama Adi membenarkan adanya penemuan tersebut. “Informasi ada mayat, betul terdapat di sekitar kawasan kawah. Namun, kondisi mayat sangat memperhatikan, karena mengeluarkan belatung begitu,” kata Adi saat dikonfirmasi TribunJabar, Rabu.
Pernyataan itu menggambarkan betapa parahnya kondisi jasad ketika pertama kali ditemukan.
Penemuan mayat ini bermula saat sejumlah petugas BTNGC melakukan patroli dan pengawasan rutin di wilayah hutan pegunungan.
Saat sedang memantau kondisi jalur pendakian, mereka mencium bau tidak sedap yang mengarah pada lokasi kawah.
“Jadi awal mengetahui ada mayat, itu dari petugas TNGC yang sedang melakukan pengawasan rutin dan patroli,” jelas Adi lebih lanjut.
Baca juga: Kisah Mahasiswa Rela Naik Kawah Gunung Lawu Demi Tanda Tangan Dosen Pembimbing Skripsi: Pas Banget
Setelah memastikan keberadaan jasad tersebut, pihak BTNGC segera berkoordinasi dengan Polres Kuningan dan BPBD Kuningan untuk proses evakuasi.
Namun, upaya evakuasi sempat terhambat karena cuaca ekstrem dan kondisi medan yang curam serta licin akibat hujan lebat yang mengguyur kawasan itu.
Butuh waktu berjam-jam bagi tim gabungan untuk mengevakuasi jenazah ke pos terdekat.
Proses penanganan pun dilakukan dengan sangat hati-hati mengingat lokasi yang berdekatan dengan kawah aktif Gunung Ciremai, di mana suhu udara ekstrem dan gas berbahaya sering muncul.
Setelah berhasil dievakuasi, jenazah langsung dibawa ke rumah sakit daerah untuk dilakukan identifikasi dan visum oleh pihak berwenang.
Dari hasil pemeriksaan awal, diketahui bahwa korban merupakan pria paruh baya yang sebelumnya dilaporkan memiliki kondisi psikologis tidak stabil setelah kehilangan istrinya beberapa waktu lalu. Informasi ini memperkuat dugaan bahwa korban mungkin naik ke gunung dalam keadaan depresi.
Gunung Ciremai sendiri merupakan gunung berapi tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Gunung ini berdiri megah secara soliter dan berbatasan dengan tiga kabupaten, yakni Kuningan, Cirebon, dan Majalengka. Kawasan ini dikenal dengan jalur pendakiannya yang menantang sekaligus pemandangannya yang menakjubkan.
Selain menjadi destinasi wisata alam, Gunung Ciremai juga memiliki nilai konservasi tinggi.
Kawasan ini telah resmi ditetapkan sebagai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) sejak tahun 2004, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 424/Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober 2004.
Penetapan ini diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan dan Majalengka untuk melindungi keanekaragaman hayati serta menjaga kelestarian hutan di sekitarnya.
Peristiwa penemuan jenazah di kawasan kawah ini menambah panjang daftar insiden tragis di gunung tersebut. Meski dikenal indah, Gunung Ciremai juga menyimpan bahaya tersembunyi berupa medan curam, perubahan cuaca ekstrem, serta potensi gas beracun dari kawahnya.
Oleh karena itu, para pendaki diimbau untuk selalu berhati-hati dan melapor sebelum maupun sesudah pendakian.
Hingga kini, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan penyebab kematian korban.
Sementara itu, pihak keluarga yang telah dihubungi berencana untuk menjemput jenazah setelah proses identifikasi selesai.
Baca juga: Kronologi Sepasang Pendaki Meninggal Gancet di Gunung Jabar, Hasil Autopsi Ngeri: Akhirnya Dipotong
Berikut fakta-fakta penemuan jenazah di puncak Gunung Ciremai:
1. Evakuasi Sempat Terkendala Cuaca Ekstrem
Jenazah pria di kawasan puncak Gunung Ciremai baru bisa dievakuasi dua hari setelah ditemukan, yakni pada Jumat (31/10/2025) malam kemarin.
Jenazah berhasil dibawa turun oleh tim evakuasi gabungan SAR dan BPBD Kuningan dari jalur ekstrem Linggajati yang dikenal dengan tanjakan tinggi, melewati pos-pos seperti Kuburan Kuda dan Bapa Tere.
Proses evakuasi sempat terhenti sementara karena hujan deras dan kondisi cuaca ekstrem yang melanda sejak awal pendakian, Kamis (30/10/2025) malam, dilansir TribunJabar.
Hal tersebut memaksa 60 petugas beristirahat di Pos Batu Lingga yang berada di ketinggian 2.050 meter di atas permukaan laut.
Sehingga, target evakuasi jasad korban rampung pada Jumat sore keesokan harinya.
Kepala BPBD Kuningan Indra Bayu Permana mengatakan, proses evakuasi dilakukan secara estafet melalui beberapa pos pendakian agar tenaga tim tetap terjaga.
“Setelah beristirahat karena cuaca buruk, tim melanjutkan perjalanan ke lokasi pada pukul 10.00 WIB dan berhasil membawa jenazah turun ke bawah sekitar malam hari,” jelas Indra.
Jasad korban ditemukan di Blok Sangiang Uruy atau sekitar 200 meter dari median kawah Gunung Ciremai.
Diperkirakan, korban sudah meninggal dunia lebih dari satu minggu sebelum ditemukan.
Peristiwa ini menjadi kasus kematian pertama di Puncak Gunung Ciremai sepanjang tahun 2025.
2. Identitas Jenazah
Setelah jenazah berhasil dibawa turun pada Jumat malam, korban langsung diidentifikasi.
Jenazah tersebut diketahui berinisial UR (41), warga Dusun 1 Citelang, Desa Sangkanmulya, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Identitas korban dipastikan dari kecocokan sidik jari, pakaian, serta bekas luka di lengan kanan yang dikenali langsung oleh keluarga.
3. Keluarga Tolak Autopsi
Setelah dievakuasi, jenazah UR pun diserahkan langsung ke pihak keluarga dan rencananya akan diautopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu.
Bahkan, Polres Kuningan sudah menerjunkan tim identifikasi untuk mengumpulkan data dan mengungkap penyebab pasti kematian korban.
Namun, rencana autopsi terhadap jenazah UR dibatalkan oleh kepolisian atas permintaan keluarga korban setelah berhasil diidentifikasi.
Kapolres Kuningan AKBP Muhamad Ali Akbar mengumumkan pembatalan autopsi di lokasi penerimaan tim evakuasi di Desa Linggajati, Sabtu (1/11/2025), dilansir TribunCirebon.
Keputusan ini diambil setelah identifikasi awal oleh tim kepolisian dan konfirmasi langsung dari keluarga korban.
"Setelah berhasil melakukan identifikasi dan ada keluarga korban datang. Kami tidak melakukan otopsi dan ini sesuai permintaan keluarga korban," kata AKBP Muhamad Ali Akbar, Sabtu.
4. Hilang Lebih dari 3 Minggu
Pihak keluarga mengungkap, UR telah hilang selama lebih dari tiga minggu dan memiliki riwayat kondisi mental yang kurang stabil pasca-bercerai.
Hal ini disampaikan oleh sepupu korban, Zaenudin (41), sebagaimana diwartakan TribunJabar.id.
Pihak keluarga menyadari bahwa jasad tersebut adalah UR setelah melihat pakaian korban dalam pemberitaan media.
Kemudian, Zaenudin bilang bahwa kondisi psikologis mendiang UR tidak stabil, diduga setelah mengalami masalah rumah tangga dan bercerai.
Menurutnya, UR sudah menyandang status duda dalam waktu yang cukup lama.
"Iya, almarhum sudah lama menduda. Terus selama itu terlihat kurang semangat melakukan kegiatan. Jadi, almarhum selama menduda tidak kerja," ungkap Zaenudin saat diwawancara, Sabtu.
Zaenudin juga membenarkan bahwa mendiang UR semasa hidupnya gemar dan sering mendaki Gunung Ciremai sejak sebelum menikah.
Ia menduga, kemungkinan UR ingin mengenang masa lalu, tetapi akhirnya malah meninggal dunia di kawasan puncak gunung tersebut.
"Karena dia (korban) semasa bujangan sering naik gunung. Jadi tahu jalur pendakian, sehingga korban bisa di Puncak Gunung Ciremai," ujar Zaenudin.
"Mungkin, ingin mengenang masa lalu dan kembali merasakan suasana puncak," tambahnya.
(Tribunnewsmaker.com/ Tribunnews)