Jadi Buronan, Veronica Koman Malah Mejeng di Media Australia, Tato di Lengan Kirinya Curi Perhatian
Jadi buronan polisi di Indonesia, aktivis sekaligus pengacara Hak Asasi Manusia, Veronica Koman malah tampil di media Australia, apa yang dilakukan?
Editor: Desi Kris
Selain mengeluarkan DPO, penyidik juga mengirim surat permohonan red notice kepada polisi internasional melalui Mabes Polri.
"Karena sudah DPO, kami minta siapapun warga Indonesia yang menemukan Veronica Koman, harap menghubungi polisi," kata Luki.
Twitter/Veronica Koman
Veronica Koman resmi menjadi tersangka atas perannya sebagai provokator saat kerusuhan Papua
Postingan Veronica Koman dalam rangkaian aksi protes perusakan bendera di Asrama Mahasiswa Papua Surabaya, Jatim, dianggap memprovokasi dan menyulut aksi kerusuhan di Papua.
Veronica 2 kali tidak merespons surat panggilan pemeriksaan sebagai tersangka.
Panggilan pertama ditujukan di 2 rumah keluarganya di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.

TRIBUNJATIM.COM
Biodata Veronica Koman yang Jadi Tersangka Kasus Hoaks Rusuh Papua, Pernah Demo Jokowi Soal Ahok
Kemudian, surat dikirimkan kepada Veronica yang saat ini disebut berada di Australia.
Pada 18 September 2019 kemarin adalah batas waktu terakhir dia menghadiri panggilan pemeriksaan, setelah polisi memberikan waktu tambahan 5 hari sejak 13 September 2019.
Meski telah jadi buronan polisi Indonesia, Veronica Koman kini justru berani tampil di hadapan media Australia.
Hal ini seperti dikutip GriHot.ID dari wawancara eksklusif SBS News yang diterbitkan pada 3 Oktober 2019.
Secara khusus media Australia tersebut mewawancarai Veronica Koman yang kini disebut bermukim di negeri Kanguru.
Veronica nampak berpose didepan kamera dengan meggunakan sweater bermotif stripe hitam putih.
Rambut panjangnya, ia biarkan terurai.
Veronica Koman nampak berdiri di trotoar yang berlatar belakang jalanan.

SBS NEWS
Penampilan terbaru Veronica Koman
Dalam wawancara tersebut, Veronica Koman mengatakan setidaknya 100 orang Papua Barat telah dipenjara karena berpartisipasi dan beberapa dituduh melakukan pengkhianatan karena memegang bendera Bintang Kejora yang dilarang.