5 Kebijakan Mantan Dirut Ari Askhara, dari Memindah Bawahan Hingga Pertunjukan Musik di Pesawat
Berikut 5 kebijakan mantan dirut Garuda Indonesia, Ari Askhara yang jadi sorotan, mulai dari memindah bawahan hingga pertunjukan musik
Editor: Talitha Desena
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Selama menjabat jadi dirut Garuda, Ari Askhara membuat kebijakan yang jadi sorotan.
Kebijakan-kebijakan tersebut pun banjir kritikan.
Apa saja kebijakan dari Ari Askhara?
Berikut 5 kebijakan mantan dirut Garuda Indonesia, Ari Askhara yang jadi sorotan, mulai dari memindah bawahan hingga pertunjukan musik
Kasus Garuda Indonesia masih menjadi bahan perbincangan oleh masyarakat Indonesia.
Ari Askhara, mantan dirut Garuda terseret dalam kasus penyelundupan barang-barang mewah dan langsung diberhentikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
Dikutip dari Kompas.com pada 6 Desember 2019, petugas Bea dan Cukai menemukan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton ilegal pada maskapai Garuda Indonesia berjenis Airbus A3330-900 NEO.
"Dengan itu, saya akan memberhentikan Saudara Direktur Utama Garuda dan tentu proses ini kami, karena Garuda adalah perusahaan publik, akan ada prosedur lainnya," kata Erick Thohir.
Erick Thohir pun dipuji atas ketegasannya atas perlakuannya terhadap pelanggaran yang merugikan negara tersebut.
Sebagai bentuk ungkapan kegembiraan, ada beberapa karangan bunga yang tampak menyambut keputusan Menteri BUMN baru itu.
Kegembiraan ini sendiri bukan tanpa sebab, pasalnya beberapa kebijakan yang diberlakukan oleh Ari Askhara kerap dinilai kontroversial.
Sosok Ari Ashkara sendiri juga menjadi sorotan.
Ari Askhara menjabat sebagai direktur utama Garuda Indonesia pada 12 September 2018.
Masih dikutip dari Kompas.com, Ari Ashkara pernah memegang jabatan Direktur Keuangan maskapai Garuda Indonesia pada medio 2014 sampai April 2016.
Selama menjabat, Ari Askhara ternyata pernah membuat kebijakan yang menjadi sorotan.
Berikut beberapa kebijakan Ari Askhara yang dinilai 'kejam' yang dikutip dari Kompas.com.

1. Memindah para bawahan yang melakukan kesalahan
Berdasarkan pernyataan Sekretaris Ikatan Awak kabin Garuda Indonesia (IKAGI), Jacqueline Tuwanakotta, selama Ari Askhara menjabat sebagai Dirut Garuda Indonesia, para awak kabin merasa bekerja dalam tekanan.
Ia juga menyampaikan apabila awak kabin melakukan kesalahan maka manajemen Garuda Indonesia akan langsung memindahtugaskan para awak kabin.
Hal ini membuat para awak kabin dihantui rasa cemas, karena bisa dipindahtugaskan kapan saja.
“Lakukan kesalahan sedikit langsung dipindahkan ke Papua, kemudian kesalahan yang harusnya masuk dalam pembinaan, tiba-tiba di-grounded, tidak boleh terbang,” kata dia, seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Senin (9/12/2019).
2. Bekerja di luar batas
Kebijakan lain yang dianggap tak manusiawi adalah kebijakan Ari tentang kerja para awak kabin yang di luar batas.
Jacqueline mencontohkannya penerbangan Jakarta-Sydney.
“Itu harusnya tiga hari, tapi jadi PP (pulang pergi).
Itu memberi dampak tidak bagus kepada awak kabin," kata Jacqueline.

Hal serupa juga disampaikan oleh salah seorang pramugari senior Garuda Indonesia bernama Hersanti.
"Saya kesini juga agak-agak meriang juga, karena 18 jam saya harus bekerja, harus buka mata," ujarnya seperti yang dikutip dari Kompas TV.
Dalam beberapa kasus kebijakan ini membuat sejumlah awak kabin mengalami sakit dan menjalani perawatan di rumah sakit.
3. Tak diberi fasilitas penginapan
Di era Ari Askhara memimpin, para pramugari juga tak diberi fasilitas penginapan saat melayani penerbangan ke Australia.
Hal ini disampaikan oleh Hersanti saat ia bertugas di penerbangan Jakarta-Melbourne.
Dia yang harus bekerja dan stand by selama 18 jam.
Hersanti bahkan berharap jika pihak manajemen Garuda Indonesia bisa memperlakukan para awak kabinnya seperti manusia biasa.

"Sebetulnya kami manusia bukan robot, gitu aja.
Jadi sebaiknya kami diperlakukan seperti manusia biasa yang harus tidur gitu," pinta Hersanti.
4. Mengubah rute penerbangan
Di kesempatan yang sama, Ketua Umum Ikagi, Zaenal Muttaqin mengatakan, Ari Askhara mengubah rute penerbangan Jakarta-Amsterdam menjadi Bali-Medan-Amterdam.
Akibat dari perubahan rute ini, para awak kabin bekerja lebih lama.
Zaenalpun tak tahu pasti kenapa perubahan rute itu bisa terjadi.
5. Live Accoustic di pesawat
Zaenal juga keberatan dengan kebijakan Ari Askhara yang mengizinkan live music di pesawat.
Dilansir dari pemberitaan Kompas.com pada 9 Januari 2019, Ari Askhara kala itu mempromosikan Live Accoustic Entertainment " GIAcoustic" yang dapat dinikmati oleh penumpang dengan rute penerbangan lebih dari 1 jam.
Live Accoustic tersebut diluncurkan sebagai salah satu passanger treatment.
"Ini rute harus lebih dari 1 jam, agar mereka bisa lebih berekspresi dan memang (penampilan perdana) kami ingin Denpasar.
Nanti kami ingin bisa ke Balikpapan, Denpasar, Medan, Makasar yang berdurasi lebih dari 1 jam. Tapi domestik dulu," ujar Ari saat ditemui di Bandara Soekarno Hatta, Rabu (9/1/2019).
(Tribunnewsmaker/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di hype.grid.id dengan judul 5 Kebijakan 'Kejam' di Bawah Pimpinan Dirut Ari Askhara Ini Dianggap Tak Manusiawi, Pramugari: Kami Manusia Bukan Robot