Heboh Kerajaan Kandang Wesi di Garut, Raja Sebut Dirinya Pemangku Adat, Bantah Ajarkan Alirat Sesat
Setelah Keraton Agung Sejagat & Sunda Empire, kini muncul Kerajaan Kandang Wesi di Garut. Raja sebut ia pemangku adat, bantah ajarkan aliran sesat.
Editor: Listusista Anggeng Rasmi
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Belakangan ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan munculnya kerajaan-kerajaan baru.
Setelah Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah, kemudian muncul Sunda Empire di Bandung.
Belum reda kehebohan kedua kerajaan tersebut, kini muncul lagi kerajaan bernama Kandang Wesi di Garut.
Kandang Wesi berada di Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng.
Kerajaan tersebut dipimpin oleh seseorang yang bernama Nurseno SP Utomo.
Nurseno SP Utomo disebut-sebut sebagai raja.
Lantas seperti apa Kerajaan Kandang Wesi di Garut ini?

Meski disebut-sebut sebagai kerajaan, namun Nurseno tidak pernah mendeklarasikan diri sebagai raja.
Ia juga membantah Kerajaan Kandang Wesi sama seperti Keraton Agung Sejagat.
Terdapat deretan fakta terkait keberadaan Kerajaan Kandang Wesi di Garut.
Berikut fakta-fakta Kerajaan Kandang Wesi yang berhasil TribunJakarta rangkum:

Kerajaan Kandang Wesi
Dikutip TribunJakarta dari Kompas.com, tempat yang disebut Kerajaan Kandang Wesi berada di Kampung Cimareme.
Hanya saja, lokasinya berada di tepi perkampungan karena lahannya memang cukup luas, mencapai 1,5 hektar di sisi perbukitan.
Sebuah gerbang kecil dibangun dan dilengkapi dengan pagar besi.
Dari gerbang, ada jalan berbatu yang menghubungkan gerbang dengan sebuah bangunan seperti pendopo yang dijadikan tempat berkumpul.
Bangunan ini dibangun tanpa dinding.
Di samping bangunan tersebut, ada sebuah bangunan tembok kecil yang jadi kamar tidur.
Sementara itu, sisa lahan lainnya ada tempat penyimpanan batu-batu yang diduga sisa peninggalan Kerajaan Kandang Wesi.
Ada juga sebuah mata air kecil yang biasa digunakan untuk mandi batin murid perguruan Syah Bandar Karimadi.
Selain itu, ada juga sebuah lapangan voli kecil, masjid kecil, dan sebuah ruangan tempat parkir mobil.
Seluruh lahan masih ditumbuhi pepohonan rindang sehingga tampak asri.
Padepokan Silat
Nurseno mengaku, dirinya hanya mendirikan sebuah padepokan silat.
Namun, lokasinya berada di daerah yang menurut sejarah dan telah dibuktikan lewat penelitian pernah menjadi lokasi Kerajaan Kandang Wesi.
"Saya hanya jadi pemangku adat saja, untuk menjaga budaya yang ada," katanya.
Nurseno mengakui, dirinya memang mempunyai pengikut, yaitu para murid di padepokan silat.
Namun, tidak ada murid yang memanggilnya raja dan para murid juga tidak pernah merasa sebagai pengikut kerajaan.

Membatah Ajarkan Aliran Sesat
Nurseno pun membantah isu soal penyebaran aliran sesat di padepokannya yang sekarang disebut-sebut sebagai kerajaan.
Sebab, dirinya hanya mengajarkan soal seni beladiri yang menjadi adat dan kebudayaan bangsa Indonesia.
"Saya enggak pernah melarang orang shalat, apalagi sampai menyimpang dari ajaran agama, saya hanya mengajarkan beladiri yang jadi adat dan kebudayaan Indonesia," katanya.
Nurseno mengaku lahir dan dibesarkan di Desa Tegalgede.
Ia menyampaikan, saat ini memang ada padepokan miliknya di Kampung Cimareme, Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng.
Tempat ini pula yang sekarang diributkan sebagai kerajaan.
Tempat Pembuatan Senjata di Masa Kerajaan Padjajaran
Wahyudidjaya, Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Garut menjelaskan Kerajaan Kandang Wesi ada di sejarah.
Kerajaan itu lahir setelah Kerajaan Padjadjaran runtuh dan merupakan gabungan kerajaan-kerajaan kecil yang pernah ada di bawah kekuasaan Kerajaan Padjadjaran.
Pada masa Kerajaan Padjadjaran, Kandang Wesi adalah daerah tempat berlatih prajurit kerajaan dan pembuatan senjata.
Tanggapan Kesbangpolinmas
Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat ( Kesbangpolinmas) Kabupaten Garut, memastikan tidak ada kerajaan Kandang Wesi di Garut seperti yang ramai diperbincangkan di media sosial.
“Dari hasil klarifikasi dengan orang yang disebut-sebut sebagai raja kerajaan Kandang Wesi, kita pastikan tidak ada kerajaan di Garut,” jelas Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Garut Wahyudidjaya, Jumat (24/01/2020) malam di Kantor Kesbangpolinmas usai bertemu langsung dengan Nurseno SP Utomo.
Wahyu menyampaikan, isu soal Kerajaan Kandang Wesi di Garut, berangkat dari data yang salah.
Karena, setelah dilakukan klarifikasi langsung dengan orang yang disebut raja Kerajaan Kandang Wesi, ternyata tidak ada kerajaan seperti yang disebutkan di media sosial.
“Itu hanya sebuah padepokan Syah Bandar Karimadi (SKM) yang mengembangkan metoda pengobatan,” katanya.
Menurut Wahyu, Kerajaan Kandang Wesi sendiri, sepengetahuannya dari sejarah yang dibaca memang sempat ada.
Kerajaan Kandang Wesi ini lahir pasca-Kerajaan Padjadjaran runtuh dan merupakan gabungan kerajaan-kerajaan kecil di bawah Kerajaan Padjadjaran.
"Kita sudah konfirmasi ke Forkopimcam (Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan), mereka mengakui Nurseno orang Pakenjeng, tapi bicara kerajaan tidak ada, yang ada adalah padepokan,” katanya.
Dari laporan yang diterimanya dari Forkopimcam, menurut Wahyu selama ini Nurseno juga menjalankan ajaran agama Islam seperti umat Islam umumnya.
Hanya, memang Nurseno juga dikenal sebagai pelestari budaya.
“Jadi tidak ada kerajaan yang seperti di Jateng, gelar rajanya hanya penghargaan dari komunitasnya, (bentuk) kerajaannya sendiri lebih pada pendekatan budaya,
makanya tidak ada pertentangan dari masyarakat disana,” katanya. (TribunNewsmaker/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Usai Keraton Agung Sejagat & Sunda Empire, Kini Muncul Kerajaan Kandang Wesi di Garut, Ini Faktanya