Sudjiwo Tedjo Kritik Erick Thohir, Berhenti Jadi Menteri untuk Urus Film, Singgung Persamaan Nasib
Kritik Erick Thohir, Sudjiwo Tedjo sarankan berhenti jadi menteri untuk urus film. Singgung soal keadilan dan persamaan nasib.
Penulis: ninda iswara
Editor: Irsan Yamananda
Sudjiwo Tedjo awalnya memuji keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh generasi muda Indonesia.
Kendati demikian, ia menyayangkan generasi muda Indonesia yang begitu berprestasi ini tak ditemukan adanya unsur untuk mengikat mereka meraih tujuan yang sama.
"Kesatuan ini yang enggak ada," katanya.
Sudjiwo Tedjo menyinggung soal pemersatu bangsa di era Soekarno yang berasal dari kesamaan penderitaan dan nasib yang dialami oleh seluruh warga Indonesia.
"Melalui hal tersebut warga Indonesia dapat menjalin kesatuan dan bersatu bersama.
"Dulu iya, itu ada disimpulkan di belakang, Bapak saya dan Bapak-bapaknya Pak Karni, makannya ulat, karung goni semua, ada persamaan nasib," ujar Sudjiwo Tedjo.
Namun hal tersebut kini tak lagi bisa dirasakan.
Sudjiwo Tedjo pun mencontohkan perbedaan tersebut dengan membandingkan nilai arloji miliknya dengan jam tangan yang dipakai Erick Thohir.
"Arloji saya sama arlojinya Pak Thohir jauh banget. Gimana mau persamaan nasib?," lanjut Sudjiwo Tedjo.
Lagi-lagi Erick Thohir hanya tertawa mendengar kata-kata Sudjiwo Tedjo.
"Maka saya usul bangsa harus diikat di depan, apa? Tujuan," jelasnya.
Untuk meraih keadilan tersebut, Sudjiwo Tedjo tak keberatan apabila menghadirkan seorang pemimpin tirani atau diktator yang mengontrol penuh warganya.
"Nah tujuan itu memerlukan tirani kalau perlu, saya setuju, asal percaya," paparnya.
Sudjiwo Tedjo kemudian mencontohkan beberapa pemimpin tirani yang berhasil memajukan bangsanya.
Pemimpin-pemimpin tersebut di antaranya adalah Deng Xiao Ping, dan Park Chung Hee. (TribunNewsmaker.com/Ninda)