Breaking News:

Setelah Insiden Susur Sungai, Kondisi Siswa SMPN 1 Turi Memprihatinkan, Trauma, Teriak hingga Nangis

Inilah kondisi sekolah SMPN 1 Turi, Sleman setelah tragedi susur sungai yang menewaskan 10 siswanya.

Kolase TribunNewsmaker - Dok.Pusdalops DIY dan Tribun Jogja/Hasan Sakri
Hari pertama sekolah di SMP N 1 Turi, Sleman, Senin (24/2/2020) pagi pascatragedi susur sungai kegiatan Pramuka yang menewaskan 10 siswanya. 

Nindia sendiri menceritakan bahwa adiknya masih tergoncang dengan peristiwa yang menelan banyak korban itu.

Bahkan teman satu kelasnya ada yang meninggal dunia, atas nama Nur Azizah (15).

Pasca kejadian itu, keluarga terus menenangkan hati Annisa.

Mereka pun tak lagi menanyai Annisa tentang kejadian itu.

Annisa akan marah dan melarang keluarga atau kerabatnya untuk bertanya tentang kejadian kemarin.

"Sekarang dia juga takut kalau lihat air, kalau di kamar mandi sendiri jadi takut," bebernya.

Siswa Enggan Bercerita

Rasa trauma juga dialami oleh Mahfud atorik (13) pelajar kelas 7 SMPN 1 Turi.

Ibunya, Ponirah (47) menuturkan bahwa kini anaknya tidak mau menceritakan kejadian itu lagi ke siapapun.

Kejadian buruk itu telah tertanam di benak anak-anak dan mereka ingin melupakannya.

"Anak saya masih grogi, enggak mau sendiri. Dia cari kesibukan biar tidak teringat. Sekarang jadi sering ke tempat temannya, saya izinkan agar hatinya juga tenang," ujarnya.

Sebagai seorang ibu, Ponirah tentu saja tak ingin anaknya mengalami trauma.

Ia pun mengapresiasi banyak pihak yang mau membantu menghilangkan trauma para siswa.

Relawan Beri Pendampingan Psikologis

Fakultas Psikologi UGM turut berpartisipasi dalam progam pendampingan psikologis kepada para siswa SMPN 1 Turi yang selamat dari musibah susur Sungai Sempor.

Selain itu, mereka juga melakukan pendampingan psikologis kepada orang tua siswa korban peristiwa nahas tersebut.

Tim relawan UGM ini terdiri dari para dosen, mahasiswa dan alumni.

Selain dari Fakultas Psikologi, tim relawan dari Gelanggang Emergency Response (GER) UGM yang terbentuk dari UKM-UKM di UGM juga telah membangun posko bantuan di Gelanggang sekaligus turut mengirimkan bantuan tenaga selama proses pencarian korban yang hilang terseret arus.

Drs Helly Prajitno Soetjipto, MA selaku Ketua HIMPSI DIY mengatakan program ini dilakukan mengingat suasana duka yang masih menyelimuti seluruh warga SMPN 1 Turi.

Ia mengatakan seharusnya hari ini sudah mulai kegiatan belajar mengajar efektif kembali.

Namun, mengingat peristiwa Jumat lalu itu maka program ini diperlukan untuk mengantisipasi dampak psikologis bagi para siswa serta orang tua siswa.

“Saya yang ikut menyalami para siswa dan hadir ke sekolah pagi tadi bersama para guru merasa terenyuh melihat semangat mereka.

Saya mengapresiasi kehadiran mereka pagi hari ini.

Mungkin ada di antara mereka yang biasanya datang berkelompok untuk masuk sekolah, tapi hari ini kehilangan salah seorang temannya.

Namun, dengan kehadiran mereka pagi tadi menunjukkan mereka telah berani,” ujar Dosen Fakultas Psikologi UGM ini, Senin (24/2/2020).

Menurutnya, upaya ini merupakan Psychological First Aid.

Jika pada kecelakaan dilakukan pertolongan pertama medis untuk mengobati luka fisik.

Namun, dalam peristiwa ini diperlukan pula pendampingan psikologis untuk menjaga kesehatan mental yang mungkin saja ikut terguncang.

Terakhir, Helly berharap agar musibah ini segera teratasi.

“Siswa yang kini masih di rawat di rumah sakit bisa segera sembuh. Serta para siswa yang telah masuk ini bisa kembali seperti sedia kala dan dapat melanjutkan proses belajar mereka. Mohon doanya saja,” ungkapnya.

Guru Olahraga Belum Diberhentikan

Plt Kepala Dinas Pendidikan Sleman, Arif Haryono
Plt Kepala Dinas Pendidikan Sleman, Arif Haryono (Tribun Jogja/ Alexander Ermando)

Guru berinisial IYA yang menginisiasi dan menentukan lokasi kegiatan dalam tragedi susur sungai Sempor saat ini telah ditahan oleh pihak Polda DIY.

Namun, yang bersangkutan belum diberhentikan dari status Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Untuk terkait dengan jam pelajaran yang kosong pihak sekolah diminta untuk memenuhi terlebih dahulu.

Pernyataan tersebut diucapkan oleh, Plt kepala Dinas Pendidikan Sleman Arif Haryono, saat dihubungi awak media, Senin (24/2/2020).

"Untuk guru yang ditahan belum diberhentikan dari status PNS, masih menunggu proses hukum hingga selesai," ucapnya.

Selain itu dirinya juga menyampaikan terkait jam pelajaran yang kosong lantaran guru yang mengampu ditahan oleh Polda, pihak sekolah diminta untuk mengisi kekosongan jam pelajaran.

"Kalau bisa diisi oleh guru internal dari sekolah (SMP N 1 Turi), kalau tidak memungkinkan bisa dari guru disekitar situ (Turi). Di sana kan ada beberapa sekolah misalnya SMP N 2 Turi, SMP Muhammadiyah Turi dan lainnya," papar Arif.

Disinggung mengenai apakah IYA yang ditahan saat ini oleh Polda diberhentikan sementara, Ia menuturkan saat ini guru yang bersangkutan belum diberhentikan sementara.

"Belum masih menunggu pemeriksaan lebih lanjut," tegasnya.

Dirinya menjelaskan untuk sanksi bagi PNS terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu rendah, menengah, dan berat.

Untuk sekarang ini pihaknya masih menunggu proses hukum dari pihak kepolisian.

Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Yulianto mengatakan IYA adalah guru yang menginisiasi dan menentukan lokasi kegiatan dalam tragedi susur sungai Sempor, dan telah ditetapkan menjadi tersangka.

Selain itu, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap 19 orang.

"Masih memungkinkan untuk tersangka bertambah, hingga saat ini kami sudah memeriksa sebanyak 19 orang. IYA bukan ketua pembina tetapi anggota pembina," katanya.

Yulianto menjelaskan sebelum kejadian tragedi susur sungai Sempor, IYA tidak berada di lokasi kejadian.

Jumlah total pembina ada sebanyak 7 orang, satu pembina berada di sekolah sedangkan 6 orang mengantar ke sungai.

"Dari 6 orang, 4 orang turun ke sungai, satu orang di tempat finish, dan satu lagi pergi karena ada urusan. Yang pergi IYA itu," katanya.

Dirinya enggan membeberkan kemana IYA pada saat itu pergi meninggalkan anak-anak yang sedang melakukan susur sungai Sempor.

"Untuk kemananya saya tidak mau menjawab. Pada saat anak-anak hanyut dia juga datang kelokasi dan sempat membantu," ucapnya.

PGRI Beri Pendampingan Hukum

Polisi telah menetapkan pembina Pramuka SMPN 1 Turi sebagai tersangka dan telah dilakukan penahanan.

Tersangka yakni IYA (36) warga Caturharjo, Sleman yang berstasus sebagai PNS dan menjadi guru olahraga di SMP N 1 Turi.

Atas kasus ini, Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) akan memberikan pendampingan hukum kepada tersangka.

Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi saat berkunjung ke SMPN 1 Turi Senin (24/2/2020) menjelaskan bahwa kedatangannya hari itu selain mengungkapkan belasungkawa juga ingin mendengar bagaimana persoalan ini terjadi dan langkah penyelesaiannya.

"Kami berharap tidak ada judgement sepihak bahwa guru melakukan (kesalahan) itu, (kegiatan susur sungai) ini semua terencana dengan baik. Kita tidak dapat perkirakan (jatuh korban).

Yang namanya susur sungai niatnya membersihkan ini juga sudah dari 2017," tuturnya.

Ia memaparkan, bahwa peristiwa ini haruslah menjadi refleksi agar ke depan tidak ada lagi kejadian serupa.

Semua pihak harus memperhitungkan faktor cuaca dan lainnya baik itu kegiatan indoor atau outdoor.

"Yang utama adalah keselamatan dan keamanan anak-anak kita dan para guru," imbuhnya.

 

Ia menekankan bahwa PB PGRI siap memberikan pendampingan hukum pada guru yang dinilai bertanggung jawab atas kecelakaan yang telah terjadi.

Sementara itu, Ketua Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Pengurus Besar (LKBH PB) PGRI Pusat, Akhmad Wahyudi menuturkan bahwa pihaknya akan melakukan penelusuran secara prosedural dari hulu ke hilir.

"Setelah kami telusuri secara prosedural, kegiatan ini terencana melalui RKS (Rencana Kegiatan Sekolah) yang sudah di sahkan menjadi APBS (Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah).

Terdokumentasi dengan baik.

Baik anggaran, kegiatan secara prosedur sudah tepat dan benar," ujarnya.

Hanya saja, dari sisi lain, kejadian ini dinilainya diluar dari jangkauan dan kemampuan pembina.

Ia menekankan bahwa di balik peristiwa ini tidak ada unsur kesengajaan atau keteledoran dari pihak sekolah karena program sudah terencana dengan baik.

Namun saat disinggung tentang adanya kelalaian, Wahyudi mengatakan bahwa hal tersebut akan diserahkan kepada pihak penyidik

"Tentang kelalaian ini, yang bisa mengukurnya kan penyidik, kami gak berani karena itu wilayah hukum.

Hulu hilirnya tentang prosedurnya, perencanaan administrasinya yang di permukaan sudah benar, termasuk pembina sudah ditunjuk dan diputuskan melalui SK sekolah. Itu sudah benar," paparnya. (TribunNewsmaker/*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Kondisi SMPN 1 Turi Pasca-Tragedi Susur Sungai: Siswa Ada yang Berteriak-teriak Hingga Menangis

Tags:
susur sungaiSMPN 1 TuriSleman
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved