Lihat Video Dokter Menangis Tolak Peluk Anak karena Takut Covid-19, Sudjiwo Tedjo: Mengandung Bawang
Sudjiwo Tedjo terharu lihat video dokter sambil menangis tolak peluk anak karena takut menularkan Covid-19. 'Mengandung sayatan bawang'.
Editor: ninda iswara
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Sudjiwo Tedjo terharu melihat video seorang dokter menolak pelukan anaknya karena takut menularkan virus corona.
Saat ini para tenaga medis seperti dokter hingga perawat sedang berjuang merawat pasien Covid-19 di rumah sakit.
Mereka rela bekerja belasan jam dan tak bertemu dengan keluarga demi merawat pasien corona.
Dokter dan perawat kini dianggap sebagai pahlawan garda terdepan di tengah wabah pandemi corona.
Mereka mempertaruhkan nyawa dalam merawat pasien Covid-19.
Tanpa disadari, bisa saja virus corona menempel di tubuh mereka.
• Demi Lindungi Anak Istri Agar Virus Corona Tak Menular, Dokter Punya Cara Mudah Tapi Harus Rela
• Profesinya Dokter, Istri Bani Seventeen Curhat Tiap Hari Bertemu ODP & PDP Corona Padahal Ada 2 Anak

Beberapa dokter pun rela tak bertemu dengan keluarga lantaran takut terpapar virus corona.
Seperti dalam sebuah video yang beredar di media sosial ini.
Dokter yang sudah lama tak bertemu anaknya justru menolak pelukan anak ketika mereka jumpa.
Dalam video yang diunggah akun Twitter @jesicatedja, terlihat seorang dokter yang masih mengenakan seragam rumah sakit pulang ke rumah.
Pulangnya sang dokter itu pun langsung disambut gembira oleh anak laki-lakinya.
Sang anak laki-laki itu pun langsung berlari menghampiri ayahnya.
Ia ingin memeluk hangat sang ayah yang diketahui sudah lama tak pulang ke rumah.
Akan tetapi, sang ayah langsung bilang tidak dan menolak pelukan anaknya.
• Kisah Dokter yang Rawat Pasien Corona, Dapat Perlakuan Diskriminatif, Diusir dari Kost, Tidur di RS
• Cerita Dokter di Surabaya Tertular Virus Corona, Hanya Dari Hal Sepele Tak Disengaja Pasien Covid-19
"La, la (tidak, tidak)," ujar sang ayah yang berprofesi sebagai dokter itu kepada anaknya.
Mendengar sang ayah menolak pelukannya, anak kecil itu masih berdiri sambil melongo heran sekaligus sedih.
Melihat ekspresi sang anak yang sedih, dokter itu langsung duduk bersimpuh sambil menangis.
Sang dokter ini sangat tak ingin jika anaknya tertular virus corona atau Covid-19 yang mungkin saja menempel di badannya.
"This is happening to everyone who works in Hospitals. Doctors, nurses, aides, housekeeping, janitors, maintenance, etc....
A doctor returns home from the hospital, tells his son to keep his distance, then breaks down from the strain.
(Ini yang terjadi kepada siapapun yang bekerja di rumah sakit. dokter, perawat, pembantu rumah tangga, petugas kebersihan, petugas pemeliharan dan lain lain
Seorang dokter pulang ke rumah dari rumah sakit. Lalu bilang ke anaknya untuk tetap menjaga jarak. Kemudian, ketegangan dan kesedihan itu muncul)," tulis akun @jesicatedja.
Melihat video tersebut, Sudjiwo Tedjo lantas memberikan tanggapannya.
• Cerita Pilu Putri dari Dokter yang Meninggal Corona: Ayah Sesak Sendirian, Keluarga Gak Bisa Masuk
• 6 Dokter Meninggal karena Virus Corona, Maia Estianty Ucap Duka, Singgung Perjuangan Tim Medis
Budayawan ini melihat pasti setiap ayah ingin disambut pelukan oleh anaknya sepulang bekerja.
Tak hanya itu, seorang ayah sekaligus dokter ini dijadikan pahlawan karena berhasil menyelamatkan pasien Covid-1.
Akan tetapi, jika nantinya kepulangannya hanya akan membuat sang anak celaka dengan tertular virus corona, maka itu sangat tak diinginkan.
"Hmm.. cita2 setiap ayah yg pulang kerja sederhana: dijadikan hero di ambang pintu dan dipeluk oleh anak2nya yg masih kecil, sebrengsek apa pun ayah itu termasuk yg sepertiku," tulis Sudjiwo Tedjo.
Maka dari itu, begitu melihat video ini, Sudjiwo Tedjo mengaku sangat tersentuh haru.
" Tak heran bila video ini mengandung sayatan bawang.. ," tulis Sudjiwo Tedjo.
Setelah itu, Sudjiwo Tedjo mengungkapkan kebanggannya kepada para petugas medis yang sudah menjadi garda terdepan dalam menyelamatkan pasien Covid-19 atau virus corona.
" Hmm #utangRasa kami semua pd petugas medis dan kesehatan," pungkas Sudjiwo Tedjo. (TribunNewsmaker.com/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Sambil Menangis Dokter Tolak Peluk Anak Karena Takut Covid-19,Sudjiwo Tedjo Terharu: Menyayat Hati
dan di Tribunnews.com Viral Video Dokter Menangis Tolak Peluk Anak Takut Tularkan Corona, Sudjiwo Tedjo: Mengandung Bawang

Kisah Dokter yang Rawat Pasien Corona, Dapat Perlakuan Diskriminatif, Diusir dari Kost, Tidur di RS
TRIBUNNEWSMAKER.COM - Kisah pilu dialami oleh tenaga medis yang merawat pasien virus corona.
Sebagai pahlawan garda terdepan, para tenaga medis berjuang merawat para pasien.
Resiko yang mereka tanggung pun tak main-main.
Nyawa para tenaga medis juga menjadi taruhan ketika merawat pasien Covid-19 demi kesembuhan mereka.
Terlebih kini jumlah pasien positif corona terus bertambah setiap harinya.
Selain itu, ketersediaan alat perlindungan diri (APD) jumlahnya kurang memadai.
• Cerita Dokter di Surabaya Tertular Virus Corona, Hanya Dari Hal Sepele Tak Disengaja Pasien Covid-19
• Pasien Sembuh Corona Bisa Terinfeksi Lagi? Ini Penjelasan Dokter, Beri Imbauan untuk Tetap di Rumah

Beberapa APD dan alat kesehatan kini semakin langka.
Bahkan jika tersedia, harganya melonjak cukup tinggi.
Ternyata perjuangan para tenaga medis ini tak hanya mereka rasakan ketika bertugas di rumah sakit.
Mereka juga harus berjuang bertahan di lingkungan tempat tinggal.
Beberapa tenaga medis mengalami nasib pilu lantaran tak dihargai oleh warga.
Bahkan, ada dokter yang sampai diusir dari tempat kost-nya lantaran merawat pasien Covid-19.
Hal ini dialami para staf medis, termasuk perawat dan dokter di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta.
• Tertular Corona, Dokter di Surabaya Sebut Awalnya dari Hal Sepele yang Tak Disengaja, Kini Sembuh
• Cerita Pilu Putri dari Dokter yang Meninggal Corona: Ayah Sesak Sendirian, Keluarga Gak Bisa Masuk
Mereka sempat mendapat perlakuan diskriminatif dari lingkungan sekitarnya di tengah pandemi Covid-19.
Mereka sempat diusir tetangga di sebuah indekos dekat RSUP Persahabatan, Jakarta Timur.
Sebagaian dari mereka, ada yang menginap sementara di rumah sakit karena tak punya tempat pulang.
"Memang saat itu ada yang diminta keluar dari kost-nya.
Pagi ini saya sudah dapat informasi valid bahwa mereka sudah dicarikan tempat oleh direktur rumah sakit," jelas Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah dikutip dari Kompas.com, Rabu (25/3/2020).
Tak hanya semalaman para tenaga medis yang mendapat perlakuan diskriminatif dari warga ini meningap di rumah sakit.

Namun, mereka sampai berhari-hari menginap di rumah sakit karena kebingunan mencari tempat tinggal.
Selepas tiga hari menginap di rumah sakit, mereka kini memeroleh tempat baru.
"Karena mereka 3 hari sudah menginap di rumah sakit," ia menambahkan.
Menurut Harif Fadhillah, RSUP Persahabatan turut memfasilitasi mereka dengan tunjangan akomodasi di tempat barunya.
"Pagi ini sudah dapat informasi, selama masa wabah ini ada pula fasilitas antar-jemput untuk mereka," kata dia.
• Corona Merebak, Mengapa Makin Banyak Dokter Jadi Korban Meninggal? Pakar Ini Bongkar Penyebabnya
• 3 Dokter & 1 Perawat di Indonesia Meninggal Diduga Terinfeksi Corona, Ini Deretan Faktanya
Harif memastikan bahwa insiden itu hanya terjadi pada sejumlah perawat dan dokter yang sebelumnya tinggal di sekitar RSUP Persahabatan.
Ia tak mendapatkan laporan ada peristiwa sejenis bagi perawat dan dokter dari rumah sakit lain yang juga turut menangani Covid-19.
"Hanya (perawat dan dokter) di rumah sakit satu itu saja, Rumah Sakit Persahabatan. Saya kira ini hanya penyimpangan saja, kecil," ujar Harif Fadhillah.
Takut Tertular
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Daeng M Faqih membenarkan informasi adanya dokter yang mendapatkan stigma negatif masyarakat karena merawat pasien terinfeksi virus Corona.
Menurutnya, warga takut tertular karena dokter tersebut merawat pasien Covid-19.
"Iya saya dapat laporan seperti itu (tenaga medis mendapat stigma negatif dari masyarakat), rupanya masyarakat takut petugas kesehatan tertular," kata Daeng dikutp TribunnewsBogor.com dari sumber yang sama, Selasa (24/3/2020).

Petugas Dilengkapi APD
dr. Daeng M Faqih mengungkapnya, tenaga medis yang merawat pasien Covid-19 dilengkapi alat pelindung diri ( APD ) selama bertugas.
Sehingga, kata dia, masyarakat tak perlu khawatir takut tertular.
Menurut Daeng, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan tenaga medis untuk meyakinkan masyarakat tentang prosedur keselamatan dokter atau perawat selama merawat pasien covid-19.
"Pemerintah harus meyakinkan masyarakat bahwa petugas kesehatan sudah dilindungi APD dengan benar dan berstandar sehingga masyarakat tidak was-was," ungkap Daeng.
790 Orang Positif Corona
Pemerintah Indonesia mengumumkan penambahan kasus positif Covid-19 per tanggal 25 Maret 2020 sebanyak 105 kasus, yang mana hasil tersebut didapatkan melalui pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Rection) bukan dari rapid test atau test cepat.
Sebagai informasi, PCR adalah suatu metode pemeriksaan yang menggunakan sampel DNA dari cairan di kerongkongan, sedangkan rapid test merupakan metode untuk mengetahui antibodi menggunakan immunoglobulin di dalam darah.
"Kasus ini adalah kasus yang kita dapatkan dari pemeriksaan PCR bukan rapid tes," kata Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto pada konferensi pers Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Rabu (25/3/2020) mengutip Tribunnews.com

Dengan adanya penambahan tersebut sehingga total kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 790 kasus, dengan penambahan 1 kasus sembuh sehingga total menjadi 31 kasus dan ada 3 penambahan kasus meninggal dunia hingga totalnya naik menjadi 58.
Sebelumnya pada Selasa (24/3) tercatat 685 kasus positif, 30 orang sembuh dan 55 meninggal dunia.
• Beredar Potret Dokter Handoko Gunawan di Balik Ruang Isolasi, Tersenyum Memperlihatkan Kondisinya
• 6 Dokter Meninggal karena Virus Corona, Maia Estianty Ucap Duka, Singgung Perjuangan Tim Medis
Data Gugus Tugas mencatat Provinsi DKI Jakarta menjadi daerah penyumbang terbanyak penambahan pasien positif terjangkit Covid-19 sebanyak 39 orang, posisi kedua jumlah pasien tambahan positif COVID-19 di wilayah Jawa Tengah sebanyak 19 orang, serta Jawa Barat 13 orang.
Berdasarkan rekapan Gugus Tugas berikut jumlah penambahan pasien positif per 25 Maret, yakni Bali menjadi sembilan orang, Banten 67 orang, DI Yogyakarta 17 orang, DKI Jakarta 463 orang, Jambi satu orang, Jawa Barat 73 orang, Jawa Tengah 38 orang, Jawa Timur 51 orang, Kalimantan Barat tiga orang dan Kalimantan Timur 11 orang.
Provinsi Kalimantan Tengah tiga orang, Kalimantan Selatan dua orang, Kepulauan Riau lima orang, NTB dua orang, Sumatera Selatan satu orang, Sulawesi Utara dua orang, Sumatera Utara tujuh orang, Sulawesi Selatan 13 orang, Sulawesi Tenggara tiga orang, Lampung satu orang, Riau satu orang, Maluku Utara satu orang, Maluku satu orang, dan Papua tiga orang.
Adapun data yang dikumpulkan tersebut merupakan kasus yang dilaporkan dari 23 Maret pukul 12.00 WIB hingga 24 Maret pukul 12.00 WIB.
(TribunNewsmaker.com/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Kisah Perjuangan Dokter yang Rawat Pasien Covid-19, Diusir dari Kost Hingga Tidur di Rumah Sakit
dan di Tribunnews.com Cerita Dokter Rawat Pasien Corona Diperlakukan Diskriminatif, Tidur di RS karena Diusir dari Kost