Breaking News:

VIRAL Cover Skripsi Hak Istimewa Luhut, Dekan Unsoed: Dipastikan Dosen Pengampu Tak Akan Menyetujui

Viral cover skripsi Hak Istimewa Luhut Binsar Pandjaitan, Dekan Unsoed angkat bicara.

Editor: Irsan Yamananda
TribunNews/ Lendi Ramadhan
Luhut Binsar Pandjaitan 

Semua itu saya ingat waktu saya masih bujangan dan bahkan setelah saya menikah.

Pada saat itu bahkan tidak pernah terlintas di pikiran saya bahwa seorang prajurit RPKAD itu bisa mati terkena peluru.

Luhut Binsar Pandjaitan
Luhut Binsar Pandjaitan (TribunNews/ Lendi Ramadhan)

Sampai suatu ketika saya terjun di Timor Timur bersama anak buah saya, keesokan harinya saya ketahui ternyata anak buah saya ada yang mati.

Tapi itu semua kami lakukan karena kecintaan dan janji kami pada Sumpah Prajurit dan Sapta Marga.

Yang menjadi sebuah pedoman dan sumpah dari seorang perwira sewaktu kami jadi taruna di Lembah Tidar.

Jadi saya tidak akan pernah mengingkari sumpah saya sebagai seorang prajurit.

Tapi saya baru disadarkan saat kehilangan prajurit saya di daerah operasi, pada tahun 1975.

 Ratusan Anggota Kerajaan Dilaporkan Positif Corona, Raja Salman Mengasingkan Diri ke Laut Merah

 Peduli Wabah Corona, SBY Tulis Lagu Penuh Makna, Rangkul Sederet Artis Papan Atas

 Update Virus Corona Nasional 10/4/2020, Total 3.512 Kasus, 306 Meninggal, Cek Data Tiap Provinsi

Ternyata manusia memang terdiri dari darah daging dan tulang, juga emosi.

Namun ketika saya pensiun sebagai tentara, begitu banyak perspektif hidup yang berubah.

Terutama “utang” yang saya miliki kepada istri dan anak-anak. Selama puluhan tahun, terutama ketika harus menjalani tugas operasi ke daerah lain, tak terhitung berapa kali saya harus meninggalkan mereka.

Ada satu momen yang saya ingat sampai saat ini, yaitu suatu waktu anak saya Uli yang waktu itu berumur 3 tahun menangis ketika melihat saya pulang ke rumah.

Sayangnya dia bukan menangis karena lama menahan rindu ke ayahnya, tapi karena dia takut ada orang asing muncul di kamarnya. Dia tidak mengenali saya. Sebagai seorang ayah, hal itu sangat membuat saya terpukul.

Pada momen itu, saya berjanji pada diri saya sendiri, bahwa setiap berangkat menjalankan tugas negara, saya harus memastikan diri saya dan prajurit lainnya bisa pulang dengan selamat.

Artinya, semua misi harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya, sehingga kami bisa pulang untuk menebus utang waktu kami dengan keluarga.

Selesai bertugas sebagai tentara dan diberikan amanah untuk mengabdi dengan menjadi pejabat publik, semangat pantang menyerah itu tidak pernah luntur.

Ilustrasi
Ilustrasi (Shutterstock)
Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Tags:
Luhut Binsar PandjaitanUnsoeddekan
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved